Epilogue: Little Family

1K 70 6
                                    

(A/N: mungkin ini bisa disebut sebagai sequel juga kali ya untuk menjawab part: 'Bonus Chapter: Phone' ? 😂 Ah, sebut saja part ini sebagai Epiloquel (?) Happy Reading this last part.)
.
.
.
.
.
.

2 tahun kemudian setelah kepulangan Junkai...

"Selamat datang kembali!" sambut Ibuku senang saat aku, oh lebih tepatnya, kami, baru saja memasuki pintu utama. Aku tersenyum dan memeluk ibuku erat.

"Aku merindukanmu, ma!" ucapku senang. Ibuku juga mengatakan hal yang sama dan kemudian melepas pelukanku.

"Dimana Zikay?" tanya Ibuku memandang kearahku penasaran. "Aku tak sabar ingin menemui cucu cantikku itu." ucapnya. Aku tersenyum geli.

"Dia bersama Junkai di kamar. Sebentar, Aku akan  memanggil mereka dulu" ucapku sambil tersenyum tipis, dan kemudian berjalan menuju kamarku yang untungnya, berada dilantai bawah. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menaiki tangga.

"Hei..." panggilku saat aku baru memasuki pintu kamar. Mereka, Junkai dan Zikay, yang sedari tadi berdiri di pintu pembatas kaca, langsung menoleh kearahku. Senyuman lebar terulas dari bibir mungil Zikay.

"Mama?" ujar Zikay senang dan berlari kecil kearahku. Aku berlutut dan kemudian memeluknya sekilas. Aku mengelus puncak rambutnya dan juga merapikan poninya sesekali.
"Nenek memanggilmu, loh.." ucapku.

"Nenek menyiapkan banyak permen didalam," ucapku mengjeda perkataanku. "Khusus untuk putri kerajaan kesayangannya..." candaku sambil mengedip-ngedipkan mataku. Raut wajah Zikay kini berubah menjadi berseri seri ketika mendengar kata-kata 'permen' dan juga 'kue'. Ia menatapku dengan pandangan berbinar-binar.

"Benarkah?" tanyanya mencoba meyakinkan. Aku mengangguk.

"Sana. Nanti permenmu habis dimakan oleh Xian jie, loh." guraku sambil sedikit terkekeh. Zikay mengangguk antusias dan mencium kedua pipiku sebelum akhirnya ia berlari  keluar dari kamarku untuk menghampiri ibu.

Aku menahan gelak tawaku saat melihat Zikay yang tampak kegirangan saat mendengar nama makanan manis itu.

Yah, dia sangat suka permen.

Sangat mirip denganku saat umurku sebaya dengannya, umur dua tahun.

"Kau tak memanggilku juga?" Junkai tiba tiba membuka suara. Aku mendengus kesal dan berjalan menghampirinya.

"Untuk apa?" tanyaku.

"Yah, siapa tahu, kau juga ingin memberikan sesuatu untukku." goda Junkai sambil terkekeh. Wajahku memanas, aku pun mengalihkan pandanganku kearah Junkai. Aku mengulas sebuah senyuman.

"Jangan harap." ucapku kesal. "Tapi, jika Natal nanti, mungkin aku akan memberimu hadiah." ucapku kembali mengulas senyuman tanpa arti.

"Jadi, aku harus menunggu selama tiga bulan itu mendapat kado spesial darimu? Begitu?" tanya Junkai kesal. Aku tertawa kecil dan kemudian mengangguk pelan.

"Hm, tebakanmu benar!" ucapku polos dan tersenyum lebar. Raut wajah Junkai tampak kesal saat aku mengatakan hal itu. Namun, sebuah senyuman (...lebih tepatnya seringaian, mungkin?) terulas dari wajahnya.

Teacher & Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang