Bonus Chapter: -Phone-

911 72 8
                                    

"Jadi, kapan kau akan pulang, Kai?"

Aku terkekeh pelan saat mendengar jawaban dari seseorang yang tersambung dalam telefon.

"Entahlah. Kupikir besok, atau...besok nya lagi. Kenapa? Kau merindukan ku, hng?"

Aku terkejut. Yah, maksudku, hanya sedikit tersentak. Wajahku terasa memanas.

Walaupun, 'dia' tidak ada didekatku sekarang.

Aku menahan nafasku untuk menetralkan rasa panas dipipiku.

"Apa salahnya?"

Aku sedikit memberi nada kesal di ucapanku. Terdengar suara kekehan seseorang dari seberang sana.

"Tak ada yang salah. Itu malah lebih bagus!" Terdengar seruan Junkai.
"Aku juga merindukanmu, my childsih wife."

Detak jantungku serasa menurun dan terasa ingin berhenti berdetak saat mendengarnya mengatakan hal memalukan seperti itu.

Padahal, bukan hanya sekali dua kali ia berkata seperti itu kepadaku.

Tapi, kali ini...berbeda!

"Wei? Kau masih disana?"

Lamunanku seketika buyar.

"Ah? Ya? Aku masih tetap disini. Memangnya kau pikir aku ingin mematikan sambungan telefon ini?"

"Tidak. Aku pikir kau tertidur karena mendengar suaraku yang.....yah, cukup membuat orang terlelap"

Lagi-lagi, aku tersedak kaget. Dia begitu percaya diri.

Tapi, ucapannya itu tidak sepenuhnya salah, sih.

"Percaya diri sekali" Gerutuku kesal. "Ah, sudah ya, sampai jumpa besok, Kai."

"Sampai jumpa besok, Minzi. Pastikan kau mimpikan aku, ya? Aku mencintaimu."

Setelah mengatakan hal itu, sambungan telfon langsung terputus. Pipiku lagi-lagi memanas. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk ke handphoneku. Aku melihat nama seseorang yang mengirim pesan singkat itu. Aku tersenyum.

'Besok aku pulang. Pastikan, kau menjemputku, ok? Aku benar-benar tak sabar melihat wajah mu itu! Rasanya baru dua hari, tapi, aku tidak melihatmu seperti seminggu saja💞'

Aku terkekeh pelan melihat pesan yang di kirimkan nya. Aku kemudian mulai mengetikkan sesuatu disana.

"Baiklah. Doakan aku agar aku bisa bermimpi tentangmu, prince"

Aku mematikan handphoneku dan kemudian mengenggam nya erat. Aku lagi-lagi tersenyum-senyum tidak jelas mengi gat isi pesannya dan juga percakapan ku dengannya saat di telefon.

Dia benar-benar mengesalkan. Sejak dulu, malah.

                          ***

Aku mengambil blazer putih milikku dan mengenakannya. Aku merapikan sedikit poniku dan menyampingkannya. Berusaha bersikap rapi saat ini.

Aku melirik kearah jam dinding. Lagi-lagi, aku mengulas senyuman lebar.

Junkai akan tiba ke Shanghai pukul 9.00 AM.

Ya. Junkai, dia sedang ada tugas dokter di salah satu rumah sakit Beijing selama 3 hari penuh. Dan sekarang, hari kepulangannya! Benar-benar tidak sabar!

Aku kembali melihat pantulan diriku dicermin.

"Baiklah," Gumamku dan kemudian meraih kunci mobil. Aku berjalan keluar dari ruangan ini dan menjalankan mobilku menuju bandara. Pudong Intnl. Airport.

                    ***
Aku berjalan memasuki bandara yang cukup besar ini saat mendengar sebuah informasi dari pengeras suara. Aku mencoba menerobos segerombolan orang.

Masih pagi, tapi orang sudah ramai?

Aku melihat kearah samping kiri dan kanan. Mencoba mencari keberadaan seseorang yang kucari. Junkai. Ya, siapa lagi kalau bukan dia?

"Hei, nona"

Aku merasakan seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku langsung menoleh dan melihat kearah orang yang menegurku itu. Aku mengerutkan keningku bingung.

"Kau?" Ucapku heran. Orang itu melepaskan maskernya dan tersenyum manis kearahku. Aku terkejut, namun, langsung digantikan dengan seulas senyuman manis juga.

"Junkai?" Ucapku percaya dan senang. Junkai mengangguk
Dia merentangkan kedua tangannya.

"Merindukanmu, hm?" Tanyanya masih tetap tersenyum. Aku langsung memeluknya erat.
"Menurutmu bagaimana?" Tanyaku mencoba menggodanya. Junkai hanya terkekeh.
"Aku tahu, pesonaku cukup membuat siapa saja merindukanku. Termasuk, kau kan?" Tanya Junkai sambil mengerlingkan matanya. Aku memanyunkan bibirku dan melepaskan pelukanku. Aku mencubit lengannya kesal.

"Sudah melakukan pelatihan, kau masih tetap mengesalkan!" Rajukku. Junkai tertawa. Ja merangkulku menjadi lebih dekat dengannya dan kemudian menatapku dalam.

Sebuah senyuman terulas dari bibirnya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan 'anak' kita?"
.
.
.
.
.
.
.

Yooho! Mungkin ini bisa dibilang epilogue (penutup) kali, ya? Hehe. 
Maaf, sudah lama membuat kalian menunggu💙 (...siapa yang nunggu emang, thor?)

Btw, what do you think about this epilog? Garing? Gaje? Gantung? Itu pasti lah ya.😂

Btw, thx udh nyempatin baca cerita ini❤ kalau bisa, nyempatin baca juga ceritaku yang lain(?) #promosi

Xie-xie for your all supporting.❤
Xoxo;
-watashiwayou❤💞

Teacher & Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang