Chapter 2

8.4K 1.2K 30
                                    

"Mandilah, hari ini aku tidak bisa mengantarmu. Aku ada urusan" Ucap Davin.

Flara hanya diam, mungkin kesadaran Flara belum terkumpul sepenuhnya, atau mungkin Flara sedang berusaha mengingat sesuatu.

"Apa yang terjadi semalam?"

Setelah cukup lama diam, gadis itu menanyakan pertanyaan yang seharusnya ia sendiri tau jawabannya.

Davin mengerutkan dahinya lalu
menghembuskan nafasnya kasar. "Tidak ada, kamu hanya mabuk!" Davin bangkit dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya dan berniat keluar dari kamar Flara.

"Kamu pasti sudah memanfaatkan keadaanku yang mabuk kan?" Teriak Flara.

Sontak saja Davin menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya, menatap tajam Flara.

Dingin dan misterius itulah yang Flara tangkap dari tatapan Davin. Sedalam dan sejauh apapun ia berusaha mengartikan tatapan Davin, ia tetap tidak menemukan jawaban apapun dari tatapan mata yang begitu tajam tapi sangat teduh.

Sorot mata itu hanya akan membuat tubuhnya membeku seakan minta dihangatkan oleh Davin.

"Terserah kamu mau berpikir seperti apa! Sekali lagi, aku tegaskan, aku tidak peduli!"

Ucapan Davin membuat dada Flara sesak, tangannya sangat gatal ingin meninju mulut tajam Davin, tapi disadari atau tidak mulut tajam itu justru menjadi candu untuknya.

"Brengsek!!" Umpat Flara, gadis itu menatap kesal Davin.

Sedangkan Davin, pria itu terlihat lelah, sikapnya yang kadang lunak pada Flara, membuat Flara selalu berbuat seenaknya. Tapi bagaimana lagi, pria itu tidak pernah tega pada Flara.

"Aku memang brengsek! Tapi apa kamu tau? Aku mulai muak dengan sikapmu yang selalu menunjukkan baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak demikian, dan itu benar-benar membuatmu terlihat sangat menyedihkan! Apa tidak bisa jika kamu merasa terluka, tunjukkan lukamu, jika kamu marah, marahlah dan jika kamu perlu bicara maka bicaralah, tentu bukan bicara hal konyol, tapi bicara sesuatu yang mengganggumu" Ucap Davin.

Pria itu mengeluarkan kemarahan sekaligus kejengkelannya dan itu sukses membuat Flara terdiam.

Mata cantiknya berkedut dan memerah, air mata berkumpul dipelupuk matanya dan siap luruh membasahi pipinya, tapi Flara menahannya.

Flara tidak mau terlihat lemah di depan Davin atau siapapun.

"Kamu bicara apa sih, Dav? Aku memang baik-baik saja. Berhentilah mengalihkan pembicaraan, bukankah topik awalnya bukan itu!" Flara tersenyum sinis, nada bicaranya yang tenang membuat Davin menggeram dalam hati.

Flara masih saja menyangkal
kebenarannya, walaupun sudah terlihat jelas Flara tidak baik-baik saja tapi gadis itu rupanya tidak mau mengakuinya dan itu benar-benar membuat Davin kesal.

Dimata Davin, Flara itu ibarat buku terbuka dengan lembaran yang hilang entah sengaja dirobek atau memang menghilang dengan sendirinya. Tapi gadis itu begitu mudah terbaca, namun tetap memiliki sisi misterius.

"Baiklah, cukup diskusinya. Jangan bertingkah, aku tidak perlu menjelaskannya, karena kamu tau maksudku!" Davin kembali mendekati Flara lalu meraih kepala Flara dan mengecup puncak kepala Flara dengan sayang. "Semoga harimu menyenangkan" Ucap Davin sebelum akhirnya mengacak pelan rambut Flara, kemudian beranjak pergi dari kamar Flara.

Gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong tapi sarat akan kesedihan. Seakan ada sebuah luka yang menganga lebar dan itu membuatnya sangat kesakitan, namun dalam waktu bersamaan ia juga merasa kebas.

"Ada apa denganmu, Fla!" Flara menyembunyikan tubuhnya dibawah selimut.

Gadis itu memejamkan matanya, hingga akhirnya air matanya luruh tanpa tau alasannya apa.

DaFLa [Davin & Flara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang