"Jadi, kasih tau aja sama anak-anak yang butuh kerjaan, gue baru buka counter hape sama minimarket deket sekolah. Makin lama nih sekolah swasta bayaran makin mahal. Muridnye kabur semua tau rasa!" Chris tertawa renyah. Kelima temannya yang sedang memperhatikannya di dalam kelas tersenyum. Chris sedang duduk di atas meja seperti raja, sedangkan kelima temannya duduk di lantai layaknya ajudan setia.
Chris, memang cocok mereka jadikan pemimpin, dia selalu peduli dan memikirkan nasib teman-temannya sekalipun mereka jarang berkomunikasi. "Yaudah, bbmin aja semua. Gue cuma butuh empat orang shift malam di MM, sama dua orang di counter. Yang jujur, ya. Itu kalo mereka gak mau mampus." putusnya akhirnya. Chris turun dari meja lalu berjalan keluar kelas.
Lima orang itu melambaikan tangannya dadah-dadah, seolah Chris pergi ke Kutub Utara saja.
Chris mendumel. Padahal dia dan Seyra sama-sama mengambil Ipa, tapi kenapa mereka tidak pernah sekelas? Sekolahnya memang menyamaratakan semua kelas, tidak ada yang namanya 'kelas unggul', hal itu dilakukan agar tidak ada siswa yang merasa dibeda-bedakan karena kemampuan belajar mereka.
Sistem sekolahnya memang bagus, hanya saja bagi Chris itu cukup menyiksa. Kan pastinya belajar pun lebih menyenangkan kalau dia sambil menatap wajah judes pacarnya.
"Sey lagi apa, ya?" batin Chris sambil tersenyum. Dia memang selalu bersikap tidak jelas kalau sudah memikirkan Seyranya yang manis. Belakangan ini hubungan mereka juga semakin membaik. Tidak ada pertengkaran lagi, tidak ada diam-diaman lagi. Seyra ingin memperbaiki hubungan mereka, begitu juga dengan Chris.
Keduanya sama-sama senang karena saat ini ikatan mereka jauh lebih hangat juga harmonis.
"Apaan, sih, lo?!" bentak Chris saat Dara menabraknya, tepat waktu dia berbelok menuju kelas Seyra.
"Galak amat, aku kan gak sengaja!" cibir Dara sambil cemberut.
"Eh, gue pikir siapa? Duluan, ya." Chris tersenyum lalu berjalan melewati Dara. Sedang malas menanggapi Dara yang sering bersikap sok manja. Menyakitkan mata bagi cowok setia yang selalu fokus menatap Seyranya.
Dara berbalik dan menatap punggung Chris, dia tersenyum karena cowok itu selalu bersikap baik padanya. Memperlakukannya berbeda dengan cewek-cewek yang lain di sekolahnya. Dia tidak sadar saja Chris hanya sangat malas berurusan dengannya.
Tidak lama lagi, Dara yakin tidak butuh waktu lama baginya untuk merebut Chris dari Seyra.
***
Dengan langkah pincang Rani masuk ke kelas, matanya masih sembab. Dia berjalan menghampiri Seyra yang sedang membaca buku. Rani berdiri tegak di samping Seyra, dia tahu Seyra juga menyadari kehadirannya, hanya tidak mau menghiraukannya. Seyra yang tahu betul untuk apa Rani menghampirinya berdehem.
"Enyah lo! Bau!" kata Seyra sadis.
"Sey, gue mau minta maaf." ucap Rani serak, Seyra tidak memedulikannya. Enak saja, sudah seenaknya langsung minta maaf, dia pikir masalahnya akan selesai secepat itu apa?
"Sey, gue bener-bener minta maaf, tolong minta Chris akhirin semuanya. Gue mohon maafin gue." Rani kembali menangis terisak. Sudah tidak kuat menghadapi hukuman dari Chris lewat teman-temannya.
Bahkan sejak pertama menginjakkan kakinya di gerbang sekolah pagi ini, Rani sudah mendapatkan perilaku yang tidak mengenakan. Chris benar-benar mengibarkan bendera perang padanya. Membuat semua anak buahnya turun tangan ikut menyiksa sosok Rani yang tidak memiliki daya melawan mereka semua. Apalagi proses masa hukumannya masih lama, Dua puluh sembilan hari lagi.
Tuhan ... mana mungkin dia sanggup menahan semuanya? Sehari saja diperlakukan seperti ini, rasanya sudah membuat Rani putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovinHart (END)
JugendliteraturChris cowok ganteng, tajir, ramah, ketua klub olahraga, dan juga ketua gensters. dia dihormati semua teman sekolah bahkan guru-gurunya. Tapi Chris memiliki sisi kelam yang tidak bisa orang lain bayangkan. Chris akan berubah menjadi monster terkejam...