Dua Dua ; Satu Rahasia

14.1K 1.2K 96
                                    


Dery sadar dirinya sudah bersikap seperti pecundang. Memanfaatkan keadaan untuk mendekati Seyra ketika Chris menjauh karena suatu alasan. Namun harapan di lubuk hatinya sampai detik ini belum sirna. Bagaikan tunas yang tumbuh semakin besar dan lebat membuahkan rasa-rasa cinta.

Dia sendiri yakin Chris tidak akan melakukan tindakan sejauh ini kalau bukan karena alasan yang penting. Tapi Dery tetap tidak mau memakluminya, sejak dulu dia pun mencintai Seyra. Berharap ada sedikit saja kesempatan yang Tuhan berikan untuk merebut seseorang yang selama ini selalu dia puja.

Memerhatikan Seyra, adalah kegiatan termenyenangkan untuknya. sekali pun jauh di balik bayang, di mana Seyra tidak bisa balas menjatuhkan pandangan padanya. Dery tersenyum kecil melihat Seyra yang pagi ini terlihat jauh lebih cerah. Entah hal baik apa yang dia alami sehingga tidak memasang wajah semurung biasanya?

Cewek itu berjalan dengan jaket rajutan cokelat dengan kerah bulu yang tampak elegan saat dia yang menggunakan. Rambutnya dikuncir tinggi, dengan hiasan jepit kupu-kupu yang diberikan Boy untuknya tempo hari.

"Cantik kayak biasanya." Dery memuji takjub. Dia semakin sering saja mampir ke SMU One hanya untuk melihat Seyra seperti ini.

Cara Seyra berjalan masih tidak berubah. Dagunya sedikit terangkat seolah tidak peduli dengan bisikan-bisikan mengganggu dari orang-orang yang dilewatinya. Seyra dengan kepercayaan dirinya, tidak mudah diruntuhkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.

Mata itu sedikit menunjukkan sinarnya saat melihat cowok yang berjalan beberapa langkah di depannya. Chris tampaknya tidak menyadari keberadaan Seyra. Seyra mempercepat langkahnya kemudian menyambar tangan kanan Chris membuat cowok itu tersentak.

Dery merengut melihat sikap agresif Seyra.

"Chris, kemarin kamu gak masuk. Mama bilang kamu flu. Udah mendingan?" Seyra bertanya perhatian.

Chris menoleh, menatap Seyra beberapa lama kemudian memalingkan wajahnya, "Hm."

"Mau ke kelas barengan?"

"Gue sendiri aja." Chris hendak menghempas tangan Seyra, tapi tangan kecil itu justru mempererat cengkeramannya. Keduanya saling menumbuk mata. "lepasin."

"Kenapa gak ditepis kasar aja?" Seyra bertanya menggoda. Salah satu kebiasaan galak Chris saat disentuh seseorang yang cowok itu anggap pengganggu, adalah menepis kasar tangan itu bahkan tidak jarang sampai terdorong jatuh. Kalau Chris memang tidak suka Seyra sentuh, seharusnya dia diperlakukan sama bukan?

Chris berusaha menarik tangannya tapi Seyra justru mencengkeram tangan itu dengan kesepuluh jemari kecilnya. Cowok berlesung pipi menahan napas, dia menatap Seyra tajam. "Lepasin, Sey."

"Dorong atau pukul gitu." Seyra meringis. Dia menggenggam tangan Chris dan menautkan kesepuluh jemari mereka. Seyra tahu Chris tidak akan berani melakukannya, tidak mungkin Chris berani berbuat kasar terutama membuatnya sampai terjatuh.

"Mau lo apa?" Chris bertanya dingin. kepalanya sedikit pening, kondisi tubuhnya tengah tidak stabil. "Gue mau ke kelas."

"Kamu bahkan gak bisa ngasarin aku." Seyra menggedik, dia melepaskan tautan jarinya kemudian mendongak. Menatap kelereng hitam mantannya beberapa lama. "kamu bener-bener gak bisa bohong, ya?"

Chris terdiam. Dia tidak tahu harus membalas apa?

"Apa pun rencana kamu, pastiin jangan sampe sakit." Seyra mengulum senyum perhatian. Dia meletakkan punggung tangannya di kening Chris cemas. Chris masih demam. "apalagi ampe tidur di bawah kolong kasur aku kayak kemarin."

LovinHart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang