2. Pangeran Bermata Biru

64.7K 4.7K 365
                                    

Yang di mulmed Erina... Susah nyari penggambaran yang aku bayangin buat Erin, tapi akhirnya nemu juga. Itu Davika Hoorne (buat yang kepo) artis Thailand. Kenapa Thailand, soalnya aku pikir Thailand masih mirip" mukanya sama org Indonesia... Hahaha, aku nggak nemu artis Indonesia yang mirip di bayangan aku, jadi pake dia aja gpp ya ^^

Sipp.. Happy reading

Koreksi kalo ada typo....

==o0o===

"Mas, Erin udah cantik belum?"

"Sudah kok."

"Erin udah kayak tuan putri ya?"

"Iya..."

"Nama Erin apa?"

"Heeemmm??? Putri Erina..."

"Hehe...Mas Abi jadi Pangerannya ya."

"Iya..."

"Pangeran Bermata Biru."

##

"Jadi, setelah kejadian itu dia langsung lepasin pelukan gue dan pergi tanpa ngomong apa-apa. Udahnya, gue nggak nemuin dia di mana-mana. Dia ngilang gitu aja. Gila nggak sih tu cowok?" Erina menceritakan sedikit kronologi kejadian satu minggu yang lalu pada sahabatnya-Ratna . Tentang pertemuannya dengan Abi setelah tujuh tahun tidak bertemu.

"Rin, yang gila di sini itu ya lo. Jelas dong dia kabur, lo main peluk begitu. Gimana nggak ilfeel coba dia?" Ratna yang saat itu mendengarkan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kelakuan sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia tiba-tiba meluk cowok begitu saja.

"Abisnya, 'kan kangen. Tujuh tahun nggak ketemu." Erina mencebik dengan mata berkaca-kaca.

Ratna lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Erina adalah gadis yang cantik, bahkan sangat cantik. Tubuhnya sempurna, tinggi, langsing, dan berisi di bagian tertentu. Dia bisa saja jadi model, tapi Erina tidak pernah sekalipun tertarik untuk menjadi seorang model. Dia hanya tertarik pada satu hal saja. Pada pangeran bermata birunya.

"Bukannya dia udah punya istri ya?"

"Isshh...jangan diingetin. Buat gue dia masih single."

"Single kepala lo. Suami orang itu. Udahlah, berhenti mikirin suami orang, mending mikirin cowok yang jelas-jelas suka sama lo. Tuh, si Sakti dari tadi ngelirik ke sini mulu."

Erina menyipitkan matanya pada Ratna, dia tidak suka jika Ratna sudah mulai membahas Sakti. Cowok yang katanya sudah naksir Erina sejak semester pertama. "Ih, kok malah ngomongin Sakti, kita 'kan lagi bahas Abi."

"Daripada bahas suami orang, mending ya bahas cowok single yang jelas-jelas ada rasa ke lo."

Erina berdecak, kesal karena keluh kesahnya tidak bisa tersalurkan lantaran Ratna tidak mau bekerja sama dengan terus ingin membahas Sakti. "Gue pulang deh," ujar Erina. Mengambil tasnya dan menyandangnya di bahu kanan.

"Loh? Kok pergi?"

"Males ngobrol sama lo." Erina berlalu dengan cepat, keluar dari suasana ramai di kantin kampus. Dia melewati begitu saja Sakti yang menatapnya penuh harap untuk di tegur. Erina tidak pernah bersikap baik pada sakti, tidak juga pernah bersikap ramah. Dia hanya tidak ingin membuat laki-laki itu berharap lebih karena keramahannya.

My Happy Ending [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang