TIGA

10.9K 371 12
                                    


Harta para perempuan Vander untuk perempuan Vander. Hal ini mengingatkanku akan sebuah cerita yang sagat suka diulang oleh Aunty Pam jika aku tidak bisa tidur. Tersebutlah tiga anak perempuan yang sedang berjalan mencari perlindungan karena negeri mereka telah porak poranda. Anak pertama sangat cantik dan lembut, anak kedua sangat pintar, dan anak ketiga sangat jujur. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan dua orang laki-laki yang berwajah sangat tampan, tetapi juga sangat ganjil rasanya. Kedua laki-laki ini kehausan.

Oleh karena persediaan minum mereka terbatas, mereka tidak bisa berbagi dengan dua laki-laki asing tersebut. Anak perempuan pertama tersenyum sambil meminta maaf bahwa air mereka juga sudah habis. Anak perempuan kedua menyembunyikan bekal minum mereka di balik kuda yang mereka bawa. Namun, anak perempuan ketiga menjawab jujur. Ia berkata tentang dua cara licik kedua kakaknya agar tidak membagi bekal minum mereka pada dua laki-laki asing tersebut. Dengan lembut, anak pertama meminta maaf lalu memberikan minum kepada kedua laki-laki.

Setelah itu, salah satu mata dari laki-laki tadi bercahaya, anak pertama menangkap sinar itu dengan tangannya, anak kedua meletakkannya di kepalanya, dan anak ketiga menggenggamnya erat sebelum memasukkan ke dalam dadanya. Kedua laki-laki itu berkata bahwa itu adalah balasan dari air minum yang mereka berikan sebagai tanda berterima kasih. Sejak saat itu, anak pertama dapat melihat masa depan dan masa lalu, anak kedua bisa melihat kehidupan, dan anak ketiga bisa melihat kematian. Dari ketiga kemampuan ini, melihat kematian hanya dimiliki oleh mereka yang berhati jujur. Kemampuan ini akan diturunkan dari tiga bersaudara perempuan ke keturunannya yang juga tiga bersaudara perempuan. Itu hanya cerita, tetapi menjelaskan mengapa Oma Meera memberikan semua hartanya kepada Aunty Eve. Bagi Oma, yang terpenting adalah kelangsungan tiga bersaudara perempuan. Aunty Eve adalah satu-satunya keturunan perempuan yang ia kenal dari keluarga Vander.

"Lizzy, sayang, ayo bangun!" Aunty Eve mengetuk pintu kamarku. Ini baru pukul 04.30. Ada hal burukkah? Bahkan dulu saat aku masih tinggal satu partemen dengannya, ia tidak peduli jika aku bangun terlalu siang.

Enggan, tetapi kuturuti juga perintah Aunty-ku itu. Malas-malas aku berjalan membuka pintu.

"Bangun! Ini ritual pagi di rumah Oma. Kita semua harus berdoa bersama." Aunty Eve menarikku dari kamar.

Ritual pagi ini nampaknya ritual yang Oma terapkan bagi seluruh anggota penghuni rumah. Bukan hanya anggota keluarga, tetapi semuanya. Bagi kami yang Muslim, wajib melaksanakan shalat subuh berjamaah di mushalla dan bagi yang Kristen wajib berdoa di kapel. Setelah itu, kami berdoa bersama agar semua aktivitas hari ini lancar.

Aku shalat subuh bersama Bi Darmi, Wita, Pak Untung, dan Pak Imam, dua nama di belakang adalah supir pribadi dan tukang kebun Oma. Aunty Eve berdoa pagi di kapel bersama Pak Gani, satpam rumah ini. Mungkin ritual pagi ini memang harus ada. Terbukti setelah shalat subuh dan berdoa bersama, semua penghuni rumah melakukan pekerjaannya dengan bersemangat. Tak seperti biasanya, aku pun bersemangat untuk berolah raga pagi bersama Aunty Eve.

"Hari ini aku akan melihat kantor Oma untuk pertama kali," kata Aunty Eve. "Apa kau mau ikut, sayang?" tanyanya padaku.

"Boleh."

Kami berangkat ke kantor Oma dengan mobil milik Aunty Eve. Mobil milik Oma aku rasa sama tuanya dengan mobil milik Aunty Eve, tetapi jauh lebih terawat. Entah mengapa ia memilih mobilnya sendiri. Aku, Wita, dan Aunty Eve berangkat sangat pagi, pukul 06.00. Padahal untuk menuju kantor Oma hanya perlu 20 menit berkendara santai. Kantor masih sepi. Belum ada satu karyawan pun yang datang. Kantor Oma adalah ruko empat lantai yang di depannya terpampang jelas nama Meera's Dream: The Specialist Weeding Organizer. Entah mengapa nama WO Oma bukan Meera House atau Meera Corporation, tetapi Meera's Dream. Menurut Wita, menikah adalah impian dari sebagian besar perempuan. Jadi, tugas WO adalah mewujudkan mimpi itu menjadi nyata. Wita bercerita, ada seorang calon pengantin yang ingin menikah dengan konsep cerita ala Cinderella yang berarti membuat WO mencari baju pengantin yang benar-benar cocok, dekorasi yang agak kekanak-kanakan tetapi terkesan mewah, makanan yang sesuai, dan yang paling sulit adalah sepatu kaca yang benar-benar terbuat dari kaca.

GADIS PEMBACA KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang