Pagi yang indah sebenarnya. Namun, juga menegangkan. Bagaimana tidak? Ini ujian semester kami yang pertama. Setelah perjalanan satu semester belajar, berdiskusi, dan bekerja sama dalam berbagai kelas, aku yakin akan nilaiku. Namun, jika mengingat persaingan ketat di sekolah ini, aku takut tidak luus di salah satu mata pelajaran.
"Tenang, Lizzy. Semua akan baik-baik saja." Helen meyakinkanku.
Kami sarapan dengan wajah yang sama tegangnya. Pagi itu, kamtin terasa sangat sunyi. Beberapa siswa masih menyempatkan diri menghapal atau membaca buku. Namun, aku dan Helen tidak. Selena dan Desi lain lagi. Mereka terlihat sangat cemas. Bukan hanya masalah ujian semester, melainkan juga prom.
"Temanya harus Indonesia! Itu kesepakatan kita pada rapat," kata Desi.
"Ya, tapi apa? Batik, sudah dipakai tahun lalu. Kebaya juga sudah. Apa temanya?" Selena menjambak rambutnya.
"Minumlah susu hangat dulu," kataku, "singkirkan dulu semua permasalahan prom itu. Kita akan ujian."
"Ya, lagipula kalian bekerja sama, 'kan? Bukan hanya kalian yang harus memikirkannya," sambung Helen.
Hari pertama ujian, semua tampak tegang dan menyenangkan. Biasanya ujian yang dilakukan beragam, bukan hanya ujian tertulis. Ada yang presentasi, praktik, dan menulis paper. Namun, karena ujian sementer ini mengikuti pemerintah, jadi dilakukan ujian tertulis, walaupun kata beberapa guru, ujian tertulis tidak akan banyak berpengaruh. Nilai harian lebih penting.
"Hai, Lizzy. Maaf, tadi aku terlambat sarapan," sambut Dave di depan kelas ujianku, "bagaimana ujianmu?"
"Tidak terlalu buruk. Aku rasa, aku bisa melampauinya," aku tersenyum pada Dave.
Satu minggu lamanya kami menjalani ujian tertulis. Setelah itu, beberapa kelas kecil mengadakan ujian praktik, seperti kelas seni lukis. Bu Amroe menyuruh kami melukis kucing kesayangannya dalam waktu 2 jam. Kalian bisa membayangkan betapa sulitnya hal ini, mengingat kucing selalu bergerak dan tidak mengerti bahasa manusia.
"Lizzy, bagaimana tugas akhir lukisanmu yang ingin kau ajukan untuk kompetisi?" tanya Bu Amroe.
"Saya juga ingin menyerahkannya kepada ibu. Ini, Bu. Temanya sekolah, jadi yang saya lukis lebih banyak tentang kenangan di sekolah," aku menatap wajah Bu Amroe.
"Ini bagus. Teknik pewarnaannya juga bagus. Semoga lukisan ini bisa mewakili sekolah kita," Bu Amroe tersenyum.
***
Setelah ujian berakhir, ada dua minggu kosong yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Biasanya, klub akan lebih banyak berkumpul. Ada juga beberapa siswa yang memilih pulang ke rumah lebih awal sebelum libur semester. Hal ini hanya dilakukan kakak kelas XII biasanya. Untuk kelas X dan XI masih disibukkan dengan kegiatan di klub dan persiapan prom.
"Masih soal tema?" aku menghampiri Desi yang tampak putus asa dan Selena yang sepertinya sudah tiga hari menjambak terus rambutnya.
"Ya. Berikan kami satu tema Indonesia, Lizzy," Desi mengeluh putus asa.
"Kalian tahu? Indonesia begitu kaya. Ada yang bilang bahwa Indonesia adalah surga dunia. Pemandangan alam Indonesia indah, budayanya kaya, makanannya lezat, bahkan dongengnya sangat kaya."
"Ulangi lagi, Lizzy," kata Selena.
"Bagian yang mana?"
"Bagian akhir kalimatmu tadi," Selena antusias.
"Makanannya lezat atau dongengnya sangat kaya?" tanyaku bingung.
"Itu dia! Dongeng! Selama ini kita hidup dengan dongeng dari Eropa dari salah satu brand kartun ternama. Mengapa prom ini tidak bertema dongeng nusantara?" Selena hamper teriak.
![](https://img.wattpad.com/cover/70033635-288-k428039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PEMBACA KEMATIAN
ParanormalAda yang bilang kematian adalah awal yang baru dari kehidupan yang lebih baik, tetapi ada juga yang bilang kematian adalah gerbang menuju surga. Keduanya salah. Setelah kematian, seseorang tidak akan kembali hidup lagi, juga tidak pergi ke surga. Me...