EMPAT

9.6K 362 23
                                        


Hanya dalam hidup kita akan merasakan sakit, sesak, kecewa, dan amarah. Setelah kematian menjemput, manusia tidak akan punya lagi keinginan akan sesuatu, emosinya sirna, hidupnya berakhir. Kematian yang akan memutus bara yang menyala dalam diri kita untuk meredup selamanya.

Satu pekan pertama menjadi ketua angkatan adalah awal kematian untuk Desi. Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Ia harus memilih kabinetnya, sedangkan semua jadwal sudah harus berjalan seperti jadwal mandi dan jadwal mencuci baju di laundry. Semua tidak semudah kelihatannya. Jadwal-jadwal sudah tersusun rapi, kemudian beberapa siswa ingin mengubah dan menukarnya karena ada jadwal ekstrakurikuler yang harus mereka ikuti. Desi mendengarkan, tetapi tak pelak juga, ia kalut dan mulai galau.

"Semua sudah kususun sesuai dengan jadwal kosong yang mereka kumpulkan tiga hari lalu, lalu kini mereka ingin menggantinya," tukas Desi agak kesal.

"Berapa orang yang ingin mengganti jadwalnya?" Tanya Selena sambil menikmati sandwich tunanya.

"Kira-kira sepuluh orang," jawab Desi agak depresi.

"Tujuh orang," Helen datang dari belakang kami, "Aku sudah menegosiasikan tiga anak untuk menukar jadwal laundrynya sendiri."

"Kau yang terbaik, Hel!" Desi memeluk Helen berlebihan.

"Aku bisa bertukar jadwal mandi jika ada yang mau," jawabku.

"Sungguh?" mata Desi agak membelalak.

"Ya. Aku terbiasa mandi cepat," jawabku, padahal aku masih sering sekali mandi di kamar mandi asrama kelas XI.

Desi lalu memelukku sama berlebihannya dengan cara ia memeluk Helen tadi. Selena pergi ke kelas apresiasi sastra, Desi ke kelas Kimia, dan aku dan Helen ke kelas Bilogi.

"Kau masih menggunakan kamar mandi kelas XI?" Tanya Helen saat kami menuju kelas Biologi.

"Ya. Aku tidak mau mengantre terlalu panjang hanya untuk mandi, Hel."

"Apa kau tidak tahu gossip yang beredar?"

"Apa?"

"Kamar mandi kelas XI jarang digunakan karena berhantu. Ada hantu gadis perempuan yang meninggal di kamar mandi beberapa tahun lalu."

Aku hanya menatap Helen dengan sedikit heran. Helen kukenal sebagai gadis paling realistis, tetapi ia percaya hantu. Hantu bukanlah jiwa dari orang yang telah meninggal, lalu bergentayangan. Hantu adalah keinginan, gairah, dari orang yang telah meninggal, tetapi tidak tersampaikan.

Keinginan itu tertinggal dan terperangkap dalam dunia kita yang fana dalam bentuk energi kosmik. Seharusnya, semua keinginan ini ikut pergi bersama dengan perginya jiwa orang yang telah meninggal saat dijemput Sang Kematian. Namun, terkadang ada hal-hal yang menyebabkan manusia tidak siap akan ajalnya. Hal ini yang akan meninggalkan asa yang belum terwujud dalam hidup manusia itu. Maka ia meninggalkan sedikit energy kosmiknya, asanya, keinginannya, untuk digenapi. Karena asa itu tidak genap, jadilah ia makhluk yang tidak sempurna. Makhluk halus dalam dunia material.

Kelas Biologi hari ini kami membahas rangka tubuh manusia. Penjelasan Bu Mida sangat mudah dicerna. Ia menjelaskan apa fungsi masing-masing tulang, persendian, dan bahkan hingga susunan syaraf. Ia juga menampilkan video pembuatan film animasi yang terisnpirasi dari keunikan gerakan rangka dan sistem syaraf manusia. Sungguh penjelasan yang sangat komplit.

"Kupikir mereka gadis pintar, ternyata harus mengulang di kelas Biologi," bisik Helen padaku.

"Siapa?"

"Vanessa dan Flo," sambil mengisyaratkan bahwa kedua saudari tiriku itu berada di baris belakang kami. Hingga kini, Helen tidak tahu bahwa Vanessa dan Flo adalah saudari tiriku.

GADIS PEMBACA KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang