eksponen

5.7K 655 66
                                    

update di pagi hari biar berkah:-)

Hari sabtu pun tiba. Aku menepati janjiku untuk datang ke pertandingan futsal Luke.

Tidak lupa aku mengajak Caitlin dan Karen karena aku pasti akan sendirian disana.

Terlihat kumpulan para cewek di barisan atas bangku penonton mengelu-ngelukan nama Luke. Yaiyalah, namanya juga idaman para wanita.

30 menit berikutnya aku mulai merasa bosan. Memang, aku dan olahraga sudah tidak bisa disatukan bagaimanapun caranya.

"Aku mau ke toilet dulu ya." Ucapku kepada Caitlin dan Karen. Mereka hanya mengangguk karena sedang fokus menonton pertandingan.

Menonton Luke sih lebih tepatnya.

Aku tidak benar-benar pergi ke toilet, melainkan hanya ingin mencari udara segar diluar sana.

"Nicole?"

Awalnya aku mengira itu Luke. Hanya dia yang memanggilku begitu. Tapi kalau diingat-ingat sekarang dia sedang futsal di dalam.

Ternyata itu Ashton.

"Hai." Aku menyapanya dengan ramah.

"Kamu ngapain disini? Kenapa gak nonton?" Tanyanya.

"Bosen, gak suka nonton yang begituan." Jawabku terusterang.

Ashton baru saja membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, setetes air mulai turun dari langit. Dalam sekejap, hujan pun turun.

"Ke dalam yuk, nanti kamu sakit." Ucapnya sambil menarik lembut tanganku. Aku menurutinya.

Ashton membawaku ke tempat duduk para pemain cadangan, entah apa nama istilahnya aku tidak tahu.

Ketika aku duduk aku merasakan sesuatu yang hangat mengusap pipiku.

"Pipi kamu basah kena air hujan."

"Makasih." Kataku malu-malu.

Entah apa yang terjadi selama pertandingan, Luke di tarik keluar dari lapangan dan digantikan oleh pemain cadangan.

"Tolong ambilkan botol minum Luke di tasnya." Pinta Ashton.

Aku bahkan tidak tahu tas Luke yang mana.

"Itu yang paling ujung warna merah." Lanjutnya lagi seperti telah membaca pikiranku.

Aku menurutinya dan mengambil botol minum Luke.

Saat aku membuka tas Luke, aku melihat selembar kertas yang terlipat rapi berada di tumpukan paling atas dari semua barang-barangnya.

Awalnya aku biasa-biasa saja sampai aku menyadari bahwa kertas itu sangat familiar bagiku.

Kertas binder berwarna ungu dengan motif hati dipinggirannya.

Aku segera mengesampingkan rasa penasaranku itu. Mungkin saja itu hanyalah kertas-kertas yang sering aku lihat di toko buku.

"Nih." Aku memberikan botol minum Luke kepadanya.

Luke melirikku sekilas dan langsung berpaling ke botol minumnya. Dia meneguk minumnya dan aku bisa melihat keringat membanjiri lehernya.

Melihat itu membuatku keringetan juga.

"Luke kamu udah selesai mainnya?" Tanyaku polos.

Luke terkekeh mendengar pertanyaanku, "Belum lah, lagi istirahat sekarang." Jawabnya kemudian duduk disebelahku.

"Kamu bagus kok mainnya." Ucapku.

Luke memutar kedua bola matanya, "Emang kamu nonton?"

Pipiku bersemu merah. Aku langsung menyadari sejak awal pertandingan dimulai aku tidak memerhatikan apapun yang ada di lapangan.

"Tanpa merhatiin pun aku udah tahu kalau kamu mainnya pasti bagus, bener kan?"

"Ah alesan aja."

Tiba-tiba saja Luke menyenderkan kepalanya kebahku membuat jantungku hampir saja lepas dari tempatnya.

"Ngapain sih Luke? Iiiih, pasti ngelap keringat ya? Gak modal banget sih." Aku mendorong Luke sehingga kepalanya kembali tegak.

Luke melihatku dengan sedikit terluka. Tapi memang terasa aneh ketika dia menyenderkan kepalanya ke bahku.

Aku tidak bisa melakukannya, maaf Luke.

"Habis warna baju kamu mirip sama warna handuk aku sih hahaha." Canda Luke.

"Kalau butuh handuk bilang dong dari tadi." Aku beranjak dari tempat dudukku untuk mengambil handuk.

"Aku butuhnya kamu."

"Apa?" Tanyaku dari kejauhan.



Luke kembali bermain di lapangan. Dengan modus menaruh kembali botol minum punya Luke, aku mendekati tasnya utnuk mengintip kertas tadi.

Nicole itu Cuma kertas, gak ada spesialnya.

Aku mengambil kertas itu dan membukanya dengan gerkan lambat supaya tidak ada yang menyadari gerak-gerikku.

Ketika kertas itu terbuka sepenuhnya, dadaku langsung terasa sakit. Kini aku mengingatnya, aku mengerti kenapa sejak tadi aku merasa seperti mengenali kertas ini.

Dengan cepat aku mengarahkan mataku ke bagian bawah kertas.

'If nothing lasts forever, I want you to be my  nothing.

Salam sayang, Nicole.'

Kertas itu adalah surat cinta yang kutulis dua tahun lalu.

***

Gais, cek ff baru gue yuk judulnya 'Kereta Malam' makasyiiii.

Les Matematika | l.h.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang