[Ishida Saki]
.
.
Sejak dahulu keluarga Ishida, keluargaku sudah mengabdikan seluruh hidupnya kepada keluarga Ogawa. Keluarga kaya penghasil sake desa kecil daerah Aomori. Kakek buyutku banyak bercerita tentang keluarga Ogawa; Sejak generasi pertama, keluargaku sudah berhutang budi banyak pada keluarga Ogawa, oleh karena itu sebagai gantinya keluarga Ishida mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarga Ogawa.
Tidak hanya terkenal sebagai keluarga kaya, Ogawa-pun terkenal dengan rumor bahwa setiap mempelai wanita yang menikah dengan penerus keluarga Ogawa akan menderita, jatuh sakit lalu meninggal. Aku tidak mengerti tentang omong kosong rumor itu, sampai sebuah tradisi dimulai—
Untuk menghentikan atau menangkal nasib buruk yang menimpa sang mempelai, keluarga Ogawa mengambil mempelai lain dan menikahkan mempelai kedua pada hari pertama dan mempelai pertama pada hari kedua. Meski menikah dengan adat yang semestinya, namun mempelai kedua ini tidak dianggap sebagai istri sah. Mereka hanyalah boneka pengganti, pengganti nasib buruk yang menimpa mempelai pertama sah keluarga Ogawa—
dan boneka pengganti itu diambil dari anak pertama darah keluarga Ishida.
[....]
Akhir tahun, musim gugur—
.
.
"Saki! Sa—ki! Ke mana pemuda itu pergi?! Sa—ki!"
Aku menghentikan tanganku yang tengah memeras kain pel sewaktu aku mendengar seseorang memanggil-manggil namaku. "Apa Bibi Seiko memanggilku?" gumamku pelan, setelah tidak lagi mendengar suara siapapun, aku kembali mengepel lantai kayu di rumah besar keluarga Ogawa.
"Sa—ki!!"
"Y-Ya?!"
Aku mendongak ke atas, menatap sosok paruh baya yang berdiri di depanku dengan kedua tangan di pinggang dan raut wajah yang tidak mengenakkan. "Sejak kapan ia ada di sini?!" pikirku kaget.
"Aku sudah memanggilmu puluhan kali! Apa kau tidak mendengarku?"
"Maafkan aku, aku tidak mendengar Bibi memanggilku."
Bibi Seiko mengepalai segala urusan rumah tangga di keluarga Ogawa dan tentu saja, ia juga berasal dari keluarga Ishida. Bibi Seiko anak kedua, kakak perempuan sudah meninggal sejak berusia 21 tahun, ia meninggal sebagai ganti Nyonya Ogawa.
"Tuan muda Seiji akan tiba dari Tokyo nanti malam, apa kau sudah membersihkan kamarnya?" Bibi Seiko mengamatiku dengan tajam. Aku menelan ludah dan menganggup lemah, "tenang saja, kemarin aku sudah diberi tahu ayah kalau Tuan muda Seiji akan pulang ke rumah." jawabku. Bibi Seiko menganggukkan kepalanya lalu kembali menatapku dengan tajam. "Bagaimana dengan futon-nya ? apa kau sudah menjemur futon-nya? Jangan lupa untuk menebah futon yang lain," ujar Bibi Seiko lagi. "Malam ini akan benar-benar dingin, jangan sampai Tuan muda Seiji terkena flu." Bibi Seiko bergumam lemah, tapi aku masih bisa mendengar apa yang ia katakan.
"Saki, kau bisa pergi menjemur futon Tuan muda sekarang, biar Ayaka yang menggantikanmu mengepel lantai." perintah Bibi Seiko. Aku menganggukkan kepala lalu melipat kain pel dan meminggirkan ember air itu.
"Apa Tuan muda Seiji akan tinggal lama di sini?" tanyaku sebelum pergi untuk melakukan tugas lainnya. Bibi Seiko menghela napas, "Dia sudah menyelesaikan pendidikannya. Tuan besar pasti memintanya untuk kembali kemari dan meneruskan bisnis keluarga." jawab Bibi Seiko. "Hmm... begitu yah." Bibi Seiko memukul punggungku hingga aku tersentak kaget. "Apanya yang 'begitu yah', Jangan sok tahu!" ujarnya. "Bibi! Apa salahku? Kenapa memukulku begitu!" protesku. Bibi Seiko tidak mengatakan apa-apa setelah itu, ia berjalan meninggalkanku yang masih kesal dengan responnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koishii Hanayome
ParanormalSebuah keluarga kaya pembuat sake memiliki desas-desus yang membuat setiap orang bergidik mendengarnya. Ogawa Seiji, putra tunggal keluarga Ogawa yang kaya diminta untuk memenuhi kewajibannya sebagai penerus keluarga. Seiji diharuskan menikah dua ka...