Ogawa Seiji
.
.
Aku memukul tiang kayu penyangga dengan begitu keras hingga tanggaku terasa sakit dan perih. Aku tidak menyangka Saki akan bicara seperti itu! "Sekeras apapun mencoba hal itu hanya sia-sia!! Aku tidak akan sembuh!! Aku akan mati!!" wajahnya yang begitu pucat menatapku dengan raut wajah tersiksa—
"Saki..! Kenapa kau bicara seperti itu...!"
"Seiji-san..."
Aku menghela napas panjang dan mengangkat kepalaku, menatap Sayoko yang berdiri beberapa langkah di hadapanku dengan wajah sedih. "Ada apa?" tanyaku seraya berjalan menghampirinya. "Ada hal yang ingin aku...katakan..." jawab Sayoko.
Aku mengajak Sayoko kembali ke kamar tidur kami untuk bicara empat mata. Sayoko nampak gelisah sepanjang jalan menuju ke kamar, bahkan setelah kami hanya berdua di kamarpun dia masih saja nampak gelisah.
"Sayoko, ada apa? Apa yang mau kau katakan?" tanyaku
Sayoko menatapku sebentar lalu menundukkan kepalanya. Setelah itu ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tanganku erat-erat. "Sebenarnya melihat Saki-san begitu menderita, aku benar-benar tidak tega..." ujar Sayoko. "Sayoko..." melihat Sayoko juga begitu sedih dengan kondisi Saki, sebagai suami Sayoko aku merasa bersalah. "Seiji-san, apakah aku benar-benar wanita yang jahat?" tanyanya lagi. "Apa maksudmu?" aku ganti bertanya, tak mengerti kenapa Sayoko tiba-tiba berkata seperti itu. "Aku hanya seorang wanita biasa, bukan? Hanya seorang wanita yang berharap bisa menjadi istri dan seorang ibu yang baik, sebagai wanita itu adalah satu-satunya kebahagian yang bisa aku impikan..." ujar Sayoko, matanya yang indah mulai berkaca-kaca. "Tapi... tapi aku tidak mampu bisa menjadi istri dan ibu yang baik seperti ini... Seiji-san... maafkan aku... aku benar-benar jahat..." dengan bahu yang berguncang lemah, Sayoko mulai menangis.
"Sayoko... apa yang sebernanya terjadi? Kenapa kau begitu bersedih?" tanyaku lemah, menariknya lembut dan mendekap Sayoko. Apa aku terlalu memperhatikan Saki, hingga sebagai Istriku yang sah Sayoko menderita?
"Seiji-san... maafkan aku... maafkan aku... keegoisanku ini hanya membawa luka bagi yang lainnya..." jawab Sayoko, aku menganggukkan kepalaku seraya membelai rambutnya. "Seiji-san... Nyonya besar, ibu mertua memberitahuku kalau apapun yang terjadi Saki-san tidak boleh selamat..." ujar Sayoko seraya mendongakkan kepalanya ke atas dan menatapku, aku membelalakan mataku tak percaya. "I-Ibu..?" Sayoko mengangguk lemah, "beliau memerintahkanku untuk pergi menemui Dokter Shinano, meminta obat dari sang dokter untuk Saki-san..." Sadar ke mana akhir cerita ini akan dibawa, aku menatap Sayoko tak percaya. "Jangan bilang..." sekali lagi Sayoko menganggukkan kepalanya. "Maafkan aku... tapi mungkin obat yang kuberikan... malah menambah beban Saki-san."
"Sayoko! Kenapa kau tega berbuat hal seperti itu?!" aku mulai meninggikan nada bicaraku sambil menggoncangkan tubuh Sayoko. "Aku hanya ingin menjadi istri Seiji-san.." jawab Sayoko, air matanya kembali membasahi kedua pipi merah muda Sayoko. "Aku... hanya ingin Seiji-san memikirkanku seorang..." lanjutnya lagi.
"Sayoko..."
"Aku merasa iri pada Saki-san... Seiji-san begitu memperhatikan Saki-san... setiap hari Seiji-san melamun memikirkan Saki-san... aku.."
"Sayoko... aku tidak ingin kau iri pada Saki... dia, saat ini begitu menderita karena diriku, karena keluarga ini... perhatian dan semua yang bisa aku lakukan untuknya... hanya semakin membuatnya menderita... aku ingin Saki kembali tersenyum dan tertawa seperti dulu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Koishii Hanayome
ParanormalSebuah keluarga kaya pembuat sake memiliki desas-desus yang membuat setiap orang bergidik mendengarnya. Ogawa Seiji, putra tunggal keluarga Ogawa yang kaya diminta untuk memenuhi kewajibannya sebagai penerus keluarga. Seiji diharuskan menikah dua ka...