Ishida Saki.
.
.
Aku bermimpi—bermimpi kalau aku merasa jauh lebih baik dan lebih sehat. Kemudian berjalan menyusuri jalan setapak yang tidak asing bagiku. Sambil bersenandung kecil dan mengamati pemandangan sekitar, aku terus melangkah dan melangkah. Beberapa saat kemudian, di hadapanku berdiri sebuah rumah tua. Di dalam rumah itu aku melihat seorang wanita cantik yang duduk sambil menyandarkan kepalanya di pintu kertas shoji.
Wanita itu terlihat begitu sedih.
Aku berjalan menghampiri rumah itu, setelah cukup dekat aku menyadari kalau itu hanyalah sebuah kamar kecil yang memiliki taman ala Jepang di sampingnya, taman itu menyatu dengan jalan setapak yang mengantarku sampai di sini.
"Di sini begitu tenang, ya.." ujarku
"Kau pikir begitu?"
"Kenapa anda terlihat begitu sedih?" tanyaku, wanita cantik itu mengangkat kepalanya dari bersandar ke pintu dan menatapku seraya tersenyum lemah. "Aku begitu kesepian." jawabnya. "Kenapa?" tanyaku lagi tapi wanita cantik itu hanya diam.
"Boleh aku duduk di teras?" tanyaku, wanita itu menganggukkan kepala.
"Aku juga akhir-akhir merasa kesepian." ujarku sambil menatap ke langit penuh bintang. "Mungkin tidak hanya akhir-akhir ini.." ujarku lagi. "Apa yang membuatmu kesepian?" tanya si wanita. "Entahlah, meskipun aku tidak yakin betul apakah aku sebenarnya kesepian atau hanya seorang yang menyedihkan.." jawabku lemah.
"Menyedihkan, kah..."
"Aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak akan pernah bisa kumiliki. Meski begitu setiap hari aku selalu mengharapkan keajaiban untuk itu." ujarku, "kemudian suatu hari keajaiban itu terjadi, meski hanya sesaat tapi aku bisa berada di sisinya." lanjutku.
"Aku benar-benar iri mendengarnya." balas wanita itu
"Haha, sungguh? Tapi sejujurnya aku sama sekali tidak merasa bahagia... karena bukan hanya aku yang ada di sisinya."
"Apa maksudmu?"
"Dia memiliki orang lain yang juga mencintainya. Setiap kali melihat mereka bersama dadaku begitu sakit.. suatu hari nanti apakah benar-benar ada saat dimana dia hanya akan melihatku seorang..." jawabku.
.
.
Aku membuka mataku dan mendapati cahaya matahari pagi yang begitu menyilaukan mata. Tubuhku terasa begitu hangat, dekapan seseorang yang begitu kuat membuatku sulit untuk bergerak namun rasanya begitu menenangkan.
Aku mendongak ke atas dan melihat Tuan muda terlelap sambil memelukku, mendekapku erat. Tuan muda terlihat begitu kelelahan, hari demi hari ia terus saja mengkhawatirkanku, tapi hari demi hari aku sama sekali tidak sekalipun merasa lebih baik.
"Mm..hm.."
"Tuan...muda.."
Tuan muda perlahan-lahan membuka matanya dan menguap kecil, setelah itu merapat manja padaku. Aku sedikit terkejut namun merasa bahagia dengan apa yang ia lakukan saat ini.
"Selamat...pagi.." sapaku.
"Selamat pagi, Saki." balas Tuan muda dan mengecup keningku. "Saki, aku ingin kau mendengarkan apa yang akan aku katakan." ujarnya, aku hanya mengangguk terheran. Apa yang ingin Tuan muda katakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Koishii Hanayome
ParanormalSebuah keluarga kaya pembuat sake memiliki desas-desus yang membuat setiap orang bergidik mendengarnya. Ogawa Seiji, putra tunggal keluarga Ogawa yang kaya diminta untuk memenuhi kewajibannya sebagai penerus keluarga. Seiji diharuskan menikah dua ka...