Part 12: [Ishida Saki]

10.1K 1.5K 123
                                    

[Ishida Saki]

.

.

         Entah sejak kapan aku jatuh terlelap, sewaktu aku membuka mata aku melihat Tuan muda yang tengah bicara dengan seseorang yang berada di dalam mobil. Beberapa detik kemudian, Tuan muda berlari kembali ke arahku.

          "Ah, Saki, kau sudah bangun?" tanya Tuan muda seraya membetulkan selimut yang masih menyelimutiku badanku, sebagai jawaban aku mengangguk lemah. "Tunggulah sebentar, aku akan memasukkan koper terlebih dulu." ujar Tuan muda yang bergegas mengambil koper kayunya dan berlari kembali ke arah mobil. Selesai memasukkan koper Tuan muda kembali menggendongku dan kini dengan hati-hati berjalan menuju mobil.

          "Tuan...muda... mobil siapa...itu...?" tanyaku

          "Ah, itu mobil yang baru saja kuhentinkan untuk kumintai tolong memberi kita tumpangan." jawab Tuan muda sambil tersenyum. Aku hanya diam menatap ke arah mobil yang berbaik hati mau berhenti dan memberi tumpangan pada orang asing.

          "Maaf merepotkan.." ujar Tuan muda seraya membantuku duduk di dalam mobil. "Haha, bukan apa-apa." balas seorang pria paruh baya dari arah bangku supir. Tuan muda bergegas naik dan mobilpun kembali melaju.

          "Saki, kau baik-baik saja?" tanya Tuan muda

          "Ya... saya...baik-baik...saja..." jawabku lemah

          "Kalian warga desa Inakadate, ya?" tanya si pria paruh baya tanpa menoleh ke arah kami. "Ah, kami memang dari Inakadate." jawab Tuan muda. "Heeh, aku dengar desa kalian punya sake paling enak se-Aomori." ujar si pria lagi. "Tidak seenak yang dibayangkan, hanya saja sejak dulu desa kami sudah membuat sake jadi bisa dibilang rasa dari nenek moyang." jawab Tuan muda lalu si pria paruh baya itupun tertawa.

          "Saki, kau bisa bersandar padaku kalau kau ingin tidur lagi."

          "Terimakasih...Tuan...muda..."

          "Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa bilang padaku." ujar Tuan muda, aku hanya tersenyum lemah lalu memandang keluar jendela. Aku belum pernah pergi sejauh ini dari desa—pergi barang selangkahpun tidak, tapi hari ini aku pergi meninggalkan segalanya... ayah, ibu, ayaka...

        Sinar matahari pagi perlahan-lahan mulai menyinari dan memberi warna pada langit pucat pagi ini. Dari luar jendela, aku bisa melihat hamparan sawah serta perkebunan yang luas di sepanjang perjalanan. Sungguh-sungguh indah...

           "Temanmu kelihatan pucat sekali..." celetuk si pria paruh baya yang membuatku terkejut. "Ya, Saki sedang sakit parah.." jawab Tuan muda. "Karena itu kalian pergi ke kota untuk berobat?" tanyanya lagi. "Di desa...tidak ada yang bisa diandalkan untuk menyembuhkan Saki..." jawab Tuan muda dengan suara rendah, seolah-olah ia hampir saja putus asa dan menerima kenyataan. Aku menatap Tuan muda dan melihat bagaimana beliau nampak sedih. "Begitu yah... memang sulit tinggal di desa." jawab si pria, setelah itu sepanjang perjalanan hingga ke kota, tidak lagi dari kami membuka suara untuk menyudahi keheningan ini.

[...]

        Beberapa puluh menit berlalu, hingga akhirnya mobil berhenti di sebuah bangunan serba putih yang besar. Aku menatap ke luar jendela dan melihat beberapa orang yang sama pucatnya denganku berjalan masuk dan pergi dari bangunan ini.

          "Kita sudah sampai."

          "Terimakasih banyak, maaf aku tidak membawa banyak uang, tapi kalau berkenan silahkan—"

Koishii HanayomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang