"Diva, spell the word 'knowledgeable'." Mr. George membenarkan kacamatanya, menatap Diva yang mulai membuka mulutnya.
"K-n-o-w-l-e-d-g-a-"
"Nope. Wrong." Mr. George memotong perkataan Diva, dan menunjuk ke Rissa. Perempuan yang ditunjuk itu langsung tersenyum, seakan-akan ia telah menunggu momen ini untuk datang.
"K-n-o-w-l-e-d-g-e-a-b-l-e."
Mendengar itu, Mr. George mengangguk sambil tersenyum. Diva menghela nafas dan menutupi muka dengan kedua tangannya.
"Don't worry, Div. Kata 'knowledgeable' termasuk salah satu kata yang paling sering salah pengejaannya." kata Rissa lagi. Diva yang mendengar sekarang tertunduk malu."Adam." kata Mr. George kembali. "Fluorescent."
"F-l-u-o-r-e-s-c-e-n-t." Mr. George mengacungkan jempolnya.
"Ben, you're getting the hardest one," kata guru itu lagi, "Abhorrence.""Hey," bisik Adam ke Rissa, "What does that word even mean?" Rissa hanya menjawab dengan mengangkat bahu, sedangkan Ben dengan santai tersenyum dan bersandar ke kursinya. Ia tiba-tiba duduk tegak kembali.
"A-b-h-o-r-e-n-c-e. Easy as pie." Mr. George dan Diva tiba-tiba tertawa.
"Incorrect!" seru Diva. "Yang betul itu double r. A-b-h-o-r-r-e-n-c-e."
"Yes, correct, Diva." Diva tersenyum bangga mendengar kata Mr. George.
Setidaknya ia tidak salah mengeja untuk kedua kalinya. Ben yang mendengar itu hanya memutar mata dan bersandar kembali, menahan rasa malu yang ada di dalam hatinya."Oke, latihan kalian sudah selesai. Lomba kalian tinggal dua hari lagi, tolong jaga kesehatan kalian sebaik-baiknya."
"Siap, Mr!" seru keempat anak itu dengan kompak.
"Oh, iya, saya hampir lupa. Lomba spelling bee ini berkelompok, setiap kelompok terdiri dari dua murid. Kalian bebas untuk memilih partner sendiri-sendiri." kata Mr. George lagi. Rissa dan Diva langsung saling menatap dan tertawa, membuat ketiga saksi mata di ruangan itu terheran."Kita satu kelompok!" seru Rissa, menggenggam tangan Diva.
Adam menghela nafasnya. "That means that we're on the same team, Ben!"
"Sure, I don't mind. Shall we practice one more time?" tanya Ben.
Aksennya membuat Rissa dan Diva menahan tawa mereka. Untuk kedua kalinya, Adam menghela nafas."Ben. You have to get rid of your ridiculous Australian accent."
-:-:-:-
"Diva!"
Diva sudah hafal suara itu. Suara yang sudah ia dengar sejak kelas satu SD.
"Ada apa, Nancy?" tanyanya.
"Kamu tau kalo ada anak baru di kelasku? Dari Sydney!"
"Oh, Ben? Iya, tau. Kenapa?"
"Kamu tau kalo dia itu du-"
Kring! Suara handphone Diva memotong perkataan Nancy. Diva langsung meletakkan handphone itu di sebelah telinga kirinya.
"Halo? Oh, oke. Iya, iya. See you there." Ia menghentikan panggilan itu.
"Dari papamu, Div?" Pertanyaan Nancy dijawab oleh sebuah anggukan.
"Aku udah ditunggu di luar, see you tomorrow!" kata Diva sambil berlari. Nancy merespon dengan melambaikan tangan kanannya. Ia baru saja mulai berjalan, tetapi langkahnya terhenti."Um, excuse me," kata seseorang dengan aksen Australia yang kental.
Nancy yang mendengar itu langsung menghadap ke belakang.
"Ben?"
"Kamu yang namanya Nancy, kan?" Ben menghela nafas.
"We need to talk."-:-:-:-
"Besok lusa lomba lagi, Va?"
"Iya, pa. Spelling bee." Walau tidak melihat ke arah ayahnya, Diva tahu bahwa ia sedang tersenyum."Kamu ternyata serius, ya, sama janjimu dulu."
Sekarang giliran Diva yang menunjukkan seukir senyuman di wajahnya."Diva," kata ayahnya kembali, "Make your mother proud, okay?"
Tentu saja, Diva menjawab dengan anggukan.
[one-aksen: finished.]a/n: Yoyoyoyo! Chapter pertama agak pendek. Maaf. Lagi nggak ada ide. Aku usahain chapter kedua lebih panjang, isinya soal lomba spelling bee yang diatas. Thank you for reading!
Don't forget to vote! God bless! ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The English Geek [Hiatus]
Teen FictionCinta mampu membuat Diva diam seribu bahasa, walau ia hanya bisa menggunakan dua. Bahasa Inggris dan Indonesia. [#678 Teen Fiction 14/5/2016] [republished 16/6/2016]