"Cam! Di mana kau menyembunyikan susu?"
Seruan Jess itu membuat Cam tersenyum.
"Kau menghabiskannya pagi ini, Jess," jawab Cam dari sofa. "Lihat saja kotaknya di tempat sampah."
Jess membuka penutup tempat sampah dan melihat tumpukan kotak susu. Ia mengerucutkan bibir, tidak percaya bahwa ia benar-benar menghabiskannya.
"Kau meminum susu seperti sedang mengikuti perlombaan. Apa kau sadar berapa banyak susu yang sudah kau minum selama satu minggu terakhir?" tanya Cam.
Jess meletakkan kembali penutup tempat sampah, lalu berbalik menatap Cam yang berada di ujung ruangan.
"Aku tidak menyadarinya," jawab Jess pelan. "Maaf."
Dengan cepat Cam bangkit berdiri, menghampiri Jess dan merengkuh wajahnya.
"Aku tidak mengeluh," jelas Cam. Tangannya kembali ke sisi tubuhnya. "Kau bisa menghabiskan satu truk berisi susu dan aku tidak peduli. Aku terlalu suka melihatmu tersenyum."
Jess mengerjap.
Satu minggu sudah berlalu. Jess bekerja di bar Cam sebagai pelayan dan sejauh ini tidak ada hambatan. Pekerjaannya cukup mudah, seperti pelayan pada umumnya. Meskipun Jess belum pernah bekerja sebelumnya, apalagi di sebuah bar, ia tidak menemukan kesulitan karena Cam selalu membantunya. Terlebih teman-temannya di Paradise menyambutnya hangat. Jess merasa menemukan tempatnya.
"Apa kau tahu selama beberapa hari terakhir senyummu selalu mengalihkan perhatianku?" tanya Cam.
"Apa?"
Cam menarik kedua sudut bibirnya.
"Kau terlihat lebih ceria," jawab Cam.
Jess menunduk, lalu berkata, "Mungkin aku bahagia...."
Tentu saja Jess bahagia. Untuk pertama kalinya selama 23 tahun hidupnya, Jess bebas. Tidak ada telepon dari Hannah, yang berarti tidak ada perintah juga ancaman. Jess bisa melakukan apa pun yang diinginkannya, termasuk meminum susu dengan gula sepuasnya. Dulu, Jess bahkan tidak bisa bermimpi untuk makan cokelat dan es krim di saat bersamaan. Ibunya akan murka jika Jess memiliki beberapa pon tambahan di tubuhnya. Namun kini ... Jess bisa melakukannya. Jess bebas.
Dan Cam ... membantunya. Cam membuat setiap hari yang dijalani Jess menjadi lebih mudah. Lebih mudah untuk tersenyum, juga tertawa. Hidup bersama Cam sungguh mudah. Jess tidak pernah merasa lebih hidup dari yang sekarang dirasakannya.
Jess tidak tahu kebaikan apa yang sudah dilakukannya pada kehidupan sebelumnya hingga ia mendapat Cam sebagai malaikat penyelamatnya. Tidak hanya membantunya, Cam juga melindunginya. Interaksi mereka terasa ringan, karena Cam selalu bergurau dan tidak pernah menanyakan alasan Jess diusir keluar dari rumahnya lebih jauh. Mungkin Cam merasa penjelasan singkat Jess di dalam mobil saat itu sudah cukup untuk membuatnya membantu Jess.
Dan hal terakhir inilah yang sangat Jess syukuri. Ia merasa belum siap menceritakan tentang hidupnya, terlebih ... rahasianya.
"Aku...." Jess menarik napas dalam-dalam sebelum kembali menatap Cam. "Terima kasih sudah membantuku, Cam."
"Dan besok adalah tugasmu untuk membantuku," sahut Cam. "Kita harus mengurus kamar yang satu itu, kau ingat?"
Jess tersenyum dan mengangguk.
"Ayo, kita harus berangkat sekarang. Kau bisa membeli susu dalam perjalanan ke Paradise," ucap Cam seraya meraih ponsel dan kunci mobilnya.
Saat mereka berjalan untuk menuruni tangga, seseorang menghentikan langkah mereka.
YOU ARE READING
Lost Soul (Lost #1)
RomanceSinopsis : Jesslyn Flair dan Cameron Alston adalah dua orang berbeda latar belakang yang anehnya sama-sama merasa tersesat. Mereka tidak tahu di mana seharusnya mereka berada, ke mana seharusnya mereka menuju. Tujuan mereka terlalu abu-abu. Dalam...