#2 Master Sun.

196 82 31
                                    

Mungkin jika bisa, tanpa komando pun sudah aku putar waktu dan akan aku kembalikan disaat dimana semuanya terasa indah, disaat kamu masih seperti sosok yg membuatku jatuh untuk pertama kalinya, dimana tidak ada jarak diantara kita dan tak ada sedikitpun pahit, semuanya terasa manis. Diwaktu dimana kamu masih secerah matahari yang tak perlu aku minta pun, akan selalu menerangi bumi dengan cahayamu, yang membuatku tak pernah bisa lepas dari kehangatanmu.

Dan seiring waktu berjalan, entah mengapa kini kamu mendadak menjadi sedingin salju, dan begitu keras layaknya es batu. Bahkan disaat aku menyentuhmu, terasa hambar dan nyaris saja dingin itu membunuhku, tak ada lagi binar matamu yang seindah dan sehangat matahari.

Kini kamu berubah, menjadi seseorang yg tak aku kenal lagi sebelumnya, rasanya jarak kita sudah lebih jauh dibandingkan matahari dan bumi, padahal dulu bahkan tidak ada jarak sama sekali diantara kita.

Tak tahu kenapa, aku masih tetap mencintaimu sehangat bulan walaupun tanpa ada yg tau, aku mencintaimu dalam gelap, meskipun begitu aku tetap bisa memelukmu erat tanpa ada yang tau, berharap suatu saat kamu bisa hangat kembali sehangat matahari yang dulu. Tapi tak mampu di pungkiri, bagaimana bisa aku mengembalikan kehangatan kepada suatu hal yang telah terlanjur menjadi sedingin es? Semustahil apapun aku akan tetap mencoba, sejauh aku masih mempunyai seluruh rasa ini untukmu.
Matahari, segalanya untuk hidupku. Lalu, bayangkan, bagaimana bisa aku hidup tanpa matahariku? Aku tidak cukup kuat untuk itu, Sayang.

Undelivered ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang