Entah, mengapa hati ini tetap teguh, sehingga terus menerus berusaha untuk bertahan meskipun diterjang badai, ditiup angin kencang, dibasahi air hujan, hingga di terpa petir yang mengerikan. Terus bertahan, dengan alasan terlalu sayang atau entah hanya karena terlalu egois. Terlalu egois untuk mempertahankan yang tak bisa lagi untuk dipertahankan dan sulit untuk dijalani.
Lalu, terlalu egois untuk menutup rapat-rapat hati, yang butuh suasana dan sorotan sinar matahari, agar bisa menghirup indahnya dunia tanpa sakitnya mempertahankan sesuatu yang bahkan memang sudah tak mampu lagi dipertahankan.
Hati ini perlu ruang, hati ini perlu dikuras dari barang-barang lama agar punya tempat untuk barang baru diluar sana, yang bahkan jauh lebih indah dan yang pasti tidak semenyakitkan ini. Jika tidak memberikan kesempatan oranglain untuk sekedar mencoba masuk saja, itu egois.
Sudah berulang kali aku katakan bahwa semua ini tidak benar, ini bukan aku, namun ini ego-ku, sesulit apapun logika ini mencoba untuk memberitahu, tampaknya hati tetap acuh, merasa bahagia dengan kerapuhan yang sedang ia pertahankan.
Jadi, apa sebenarnya yang menjadi harapan dari semua ketidak pastian ini? Berharap apa? Tak ada yang bisa diharapkan terkecuali kemungkinan disakiti lagi, mungkin.
Tidak sulit sesungguhnya, hanya perlu membuka sedikit mata lalu menyadari bahwa diluar sana banyak yang menginginkanku dan bahkan rela melakukan apapun untukku.
Apalagi yang bisa dilihat darinya? Sudah cukup, ini rasanya sudah menjadi titik terendah dari kesabaranku. Hanya saja hati ini begitu sulit untuk diruntuhkan. Rasa sayang yang ada didalamnya sudah terlalu kuat dan sialnya, kini hati ini telah membeku dan tak mudah untuk membuatnya mencair kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undelivered Thoughts
Cerita PendekMenghidupkan suara hati yang seringkali tak tersentuh, karena terlalu dalam. Perasaan menyimpan sejuta emosi dengan tingkatnya masing-masing. Hanya saja kita jarang mengerti. Patahan-patahan hati yang berubah menjadi sekumpulan kata, yang tak tersam...