❎Nine❎

657 34 28
                                    

Cahaya dari luar yang masuk melalui jendela memaksa masuk ke mataku, membuat mataku terbuka. Aku mengusap mataku dan sepenuhnya terbuka. Aku menatap ke sekeliling ruangan. Aku berada di kamarku. Memikirkan apa yang ku lakukan tadi semalam, aku tersenyum dan tertawa pelan. Aku melirik ke samping, Justin sudah tidak ada.

Aku segera beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku mengambil kemeja putih dan rok span selutut berwarna abu-abu, lalu memakainya setelah memakai sepasang dalaman berwarna putih. Aku memakai cardigan hitam dan heels hitam tidak terlalu tinggi. Aku mengaplikasikan make up di wajahku. Hanya bedak tipis, lalu menyapukan maskara di bulu mataku, dan mengoleskan lipgloss di bibirku sedikit. Aku mencubit pipiku agar terlihat lebih merah. Menyisir rambut wavy ku, lalu mengikatnya menjadi sanggul di belakang kepalaku.

Aku mengambil map yang sudah aku siapkan dari rumahku yang di Washington DC. Mapnya berisi ijazah-ijazahku, riwayat hidup, dan sebagainya. Membuka pintu dan keluar dari kamar, aku berjalan menuruni tangga dan menuju ke ruang kerja Justin. Siapa tahu dia disini?

Sesampainya di depan pintu ruang kerjanya, aku mengetuk pintu.

"Come in." Aku mendengar suaranya dari dalam menyuruh masuk.

Aku membuka pintunya dan masuk. Justin berdiri di kaca besar yang menghadap kolam renang. Aku baru tahu rumah ini memiliki kolam renang. Justin sedang menghubungi seseorang, dan dia terlihat seperti... Frustasi? Kesal? Aku tidak tahu.

"No, we aren't together anymore, that's the last time I told you." Kata Justin kepada seseorang di telephone. Um... Kurasa itu dari mantannya? Ex boyfriend, maybe?

"Sorry, Dylan." Lalu dia memutuskan sambungan telephone.

Dia berbalik dan berjalan ke meja nya. Dia duduk dikursi nya sementara tangannya memberi isyarat kepadaku untuk duduk di kursi depan mejanya. Aku menutup pintu dan berjalan kearahnya, lalu duduk di kursi menghadapnya.

"Where are you going?" Dia menatap penampilanku.

"Um... I want to go out to apply for a job." Aku menunjukkan map yang ku pegang.

Dia diam sebentar dan mengerutkan keningnya. Lalu membuka laptopnya dan mencari sesuatu disana.

"Wait." Gumamnya. Matanya sibuk mencari entah apa disana. Aku hanya mengetuk-ngetuk jariku di permukaan mapku dan menatap sekeliling ruangan, menunggu Justin.

Aku melihat kearah kolam renang. Sudah lama aku tidak berenang. Seingatku, terakhir kali aku berenang saat aku berusia 10 tahun. Lama, kan? Well, kau tahu kenapa.

"Ah, there it is." Justin memotong pikiranku. Aku menoleh kearahnya, bertemu dengan mata madu nya.

"My Dad's company really need an employee. If you want, you can work in there. Do you want?" Justin menatapku.

"Is it okay? I mean, I always with you. I mean... Yeah you know..." Aku mengusap tengkuk leherku. Aku takut merepotkannya karena aku selalu bersamanya.

"No, of course not. Do you think that you bother me? That's totally wrong, you're so much help me. And I can't thank you enough for that." Dia tersenyum, menatap mata coklat gelapku. Senyumnya menular kepadaku, membuatku menunduk karena merasa malu. Kenapa aku malu?

"So, do you want to working in my Dad's company?" Tanyanya lagi.

"Um..." Aku menimbang-nimbang. Kalau aku terima, aku bisa bekerja lebih cepat. Ditambah, Justin sangat baik. "Okay."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WAITINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang