"Selena Marie Gomez." Namaku terpanggil. Aku tidak bisa menyembunyikan senyuman dari wajahku. Aku naik dan menjabat tangan orang-orang.
Aku lulus! How fast! Aku menemui Ayah yang sedang duduk. Dia langsung berdiri ketika melihatku dan memelukku.
"Oh cangrats, sweetie, I'm so proud of you." Dia mengeluarkan kamera dan mengabadikan moment ini. Setelah selesai berfoto, aku melepas topiku dan jubahku. Aku tidak ingin dibilang norak.
"We need to celebrate this." Ujarnya.
"How about i'm taking you dinner tonight?"
"Sounds good."
"Selena, hi!" Seseorang menepuk bahuku, dan aku menoleh kebelakang.
"Justin? Hi, what are you doing in here?"
"I came to see you."
"Who is he, sweetie?"
"Oh Dad, this is Justin, my–"
"Oh, Mr. Gomez, I'm Justin, Selena's boyfriend. Nice to meet you." Aku menganga. Apa yang dia katakan barusan? Pacarku?
"Just call me Ricardo, nice to meet you too. Ah, sweetie, you never tell me you have a boyfriend." Ayahku tersenyum. Aku hanya tersenyum memaksa kepada Ayah dan memberikan tatapan 'what-the-hell-was-that?' Kepada Justin. Dan dia hanya menatapku datar. Jerk.
Ayah dan Justin berbicara banyak. Berbicara tentang pekerjaan Justin, pengalaman mereka masing-masing, sampai membicarakan tentang memancing. Ah, Justin suka memancing juga? Aku mungkin harus mengajak mereka berdua memancing. Mereka sangat akrab, bahkan terlihat seperti sudah mengenal lama.
"Selena, where's the toilet?" Tanya Ayah.
"Right there." Aku menunjuk ke sudut ruangan ini, tepatnya kearah toilet.
"Okay, I'll be back." Dan Ayah berjalan ke arah toilet.
"So, LA?"
"I haven't tell my dad yet."
"Why not tell him now? I'm here, maybe I can help you."
"But he's alone in here if I'm going to LA." Tiba-tiba aku kepikiran dengan Ayah yang mengurus dirinya sendiri disini. Oh no, what should I do?
"Hi hunny, there's a lot of people who wanna used the toilet, I can't keep it any longer. Would you go home now? Or stay here?" Ayahku menepuk pundakku.
"I'm... I'm with Justin, we'll go home later." Ujarku, karena masih ada yang perlu dibicarakan dengan Justin dan tidak mungkin ada Ayah.
"Okay, bye." Ayah mencium pipiku dan menepuk pundakku Justin, lalu pergi.
"Justin, he's sick kidney failure! How am I leaving him alone in here?!" No no no, tidak mungkin aku membiarkan Ayahku sendirian dengan penyakitnya.
"He's sick? You didn't told me at first. Do you have any family in here?"
"No, they're in LA." Keluarga dari Ibuku semua di Indonesia dan keluarga dari Ayahku semuanya di LA. Kakek ku yang dari Ayah sudah meninggal, jadi tinggal nenek dari Ayah.
"Just bring him to LA."
"Wha–" wait, dia benar juga. Kenapa aku tidak kepikiran dari awal? Bodoh sekali.
"Okay, let's go to my house."
***
"So?" Aku menunggu jawaban Ayah. Justin di sampingku juga menunggu jawaban Ayah yang berharap jawabannya adalah 'ya'. Aku sudah bilang pada Ayah bahwa aku ingin bekerja di LA bersama Justin dan ingin membawa Ayah ke LA. Dan sekarang Ayah berpikir sangat lama. For God's sake, just say yes already!
Setelah sekian menit atau entah berapa lama waktu yang Ayah gunakan untuk berpikir, akhirnya dia mengangguk mengiyakan. Aku dan Justin bernapas lega.
"So, when we were going to LA?" Tanya Ayah.
"Tomorrow night." Jawab Justin.
Aku hampir tersedak. Besok malam?! Apa tidak terlalu cepat? Aku menatap Justin dengan -are-you-being-serious?- dan dia hanya memandangiku datar. Okay then, see you tomorrow night, LA.
***
I know it took so long to post this chapter. It's still not the best chapter, but trust me, I'm trying my best for you.
AND AND AND HOLLY FRIIIIIIICKKKK IT'S OUR KING'S BIRTHDAY, THE ONE AND ONLY JUSTIN DREW BIEBER!! DON'T WORRY, HE'S STILL KIDRAUHL, JUST TALLER AND HOTTER. OKAY I'M NOT OKAY!!!! (Even tho it's not 1 March yet, but forget it.)
Vomment, please?
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING
FanfictionI'm here, still here, and always here waiting for you. *** •Warning: This story is contain sexual scene and strong language. If you feeling uncomfortable with this story, just don't read it. And if you like it, please vote and comment, it makes me h...