Aku memilih-milih baju yang sopan tetapi terlihat menarik dan pantas dilihat oleh ibunya Justin. Justin hanya berdiri disampingku dengan ponselnya. Dia tampak sibuk. Sedangkan 2 wanita yang bertugas disini membantuku mencari baju. Well, tangannya saja yang bertugas, tetapi matanya berbinar menatap ketampanan Justin. Aku memutar mataku. Setidaknya Justin itu gay.
Aku berhasil menemukan dress selutut berwarna peach dengan ikat pinggang berwarna biru muda. Aku bisa menyelaraskannya dengan high heels biru muda. Aku yakin aku membawanya.
"Are you done?" Tanya Justin. Aku mengangguk. Kami berdua jalan ke kasir. Aku menyerahkan bajunya. Justin mengeluarkan kartu amex hitamnya, lalu dia ingin menyerahkannya kepada petugas kasirnya. Aku mencegahnya.
"Don't, I'll pay myself." Ujarku.
"Are you sure?" Justin menaikkan sebelah alisnya dan melirik harga yang tertera di layar komputer. Aku menelan ludah ketika melihat harganya. $500. Gila!
Justin langsung memberikan kartu amex nya ke petugas kasirnya ketika melihat ekspresiku terhadap harganya. Wanita itu menyerahkan tas belanjaan yang berisi dress ku tadi.
"Thank you for coming, have a nice day!" Dia merona ketika menatap wajah Justin.
Justin dan aku keluar dari toko. Dia menggandeng tanganku. Ku kira kami akan kembali ke mobil, tetapi dia membawaku ke restaurant yang tak jauh dari sini.
"Why are we going here?" Tanyaku.
"I'm hungry." Ujarnya. Kami memasuki restaurant. Justin memilih tempat duduk di samping kaca yang menampilkan pemandangan taman. Banyak anak-anak yang bermain disana. Justin melihat daftar menunya.
Seorang pelayan wanita menghampiri kami. Dia merona ketika melihat Justin. Diam-diam aku mengacungkan jari tengah di bawah meja kepada Nona merona.
"Can I... write your order?" Dia tergagap
"Yeah, I want a salmon steak and a glass of beer, how about you?" Justin bertanya kepadaku. Aku tidak lapar karena aku baru saja makan, tetapi aku sedikit haus.
"I just want a mango juice." Ujarku. Nona merona menulis pesanan kami lalu mengucap ulang apa yang kami pesan. Setelah itu dia melenggang pergi.
"Tell me more about you." Justin menaruh kedua tangannya diatas meja.
"Um... Okay, I am half American and Indonesian. My mom is Indonesian. They divorced two years ago, and I lived with my dad. My dad suffered from kidney disease. I had to support my needs and my dad. Yeah you know, for eat, for my dad's treatment, and for college." Aku berhenti sebentar. Dia masih memperhatikanku, mendengarku dengan seksama.
"For that, I worked to fulfill it all. I worked in a flower shop, and be...
Stripper. Yeah, actually I don't want to be a stripper, but I had to. At that time, I haven't graduated from college, it's hard to get a job. Inevitably I became a stripper and risking my dignity." Aku menghembuskan nafas. Berat rasanya menceritakan ini."Do your parent's know that you're a stripper?" Tanya Justin, dia mengerutkan keningnya.
"No no no, of course not. If they knew, they would scold me until the year 3016." Candaku, dan kami tertawa.
Kami terinterupsi oleh pelayan yang datang membawa pesanan kami. Aku bergumam terimakasih walaupun mungkin dia tidak mendengarnya. Aku meminum jus ku, dan Justin mulai memakan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING
Fiksi PenggemarI'm here, still here, and always here waiting for you. *** •Warning: This story is contain sexual scene and strong language. If you feeling uncomfortable with this story, just don't read it. And if you like it, please vote and comment, it makes me h...