Jam 8:00 AM. Sepertinya aku lupa memasang alarm. Semalam, aku memberikan nomorku kepada laki-laki itu. Bodoh ya? Tapi entah kenapa aku ingin memberikan nomorku kepadanya. Lagi pula dia terlihat cuek. But he's hot as fuck!
Aku langsung ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku mengenakan celana panjang berwarna biru dan kaus putih bertuliskan 'Being Normal Is Bored' di depannya. Aku berjalan menuju dapur dan melihat Ayahku sedang menaruh 2 piring yang diatasnya ada pancake dengan sirup maple dan menaruh 2 gelas jus jeruk diatas meja. Merasa diperhatikan, Ayah mendongak kearahku dan tersenyum.
"Morning sweetie." Sapanya.
"Morning too." Aku duduk di kursi, dan Ayah duduk di samping ku.
Sarapan berlangsung seperti biasa. Aku makan terburu-buru karena aku ingin bekerja di Johnson's Flower. Aku mengambil tas ku, pamit kepada Ayah, dan berangkat. Aku tidak memakai skateboard hari ini. Aku hanya menggunakannya jika aku ingin saja. Di tengah perjalan, ponsel ku bergetar dari dalam tas. Aku mengeluarkan ponsel ku, dan ada 1 pesan masuk.
From: Unknown Number
Hi, are you going to the club tonight?
9:15 AM
Aku mengerutkan kening. Unknown number? Aku dengan cepat membalas pesan itu.
To: Unknown Number
Who is this?
9:16 AM
From: Unknown Number
I'm Justin, the guy you met at the club last night.
9:16 AM
Ah, laki-laki hot itu! Senyum konyol mengembang di wajahku. Aku segera men-save nomornya di kontak ku.
To: Justin Hot Guy
Oh you, I'm going to the club every night, what's up?"
9:17 AM
From: Justin
I want to talk to you about something.
9:18 AM
***
"What?!"
"Please, I really need your help."
"Your false girlfriend, huh? I don't want to be fake."
"Please, I'll do anything. I'll give you what you want include money. How much do you want? I could give you."
Money. Oh God, aku bisa membayar pengobatan Ayahku. Tapi apa yang harus ku katakan kepada Ayah untuk pergi ke LA? Yes, LA. Dia bilang dia akan membawaku ke LA jika aku menyetujui ini.
"What should I say to my Dad for going to LA?"
"I'll talk to him."
***
Aku terus memikirkan tawaran Justin. Dia memintaku untuk menjadi kekasih bohongannya. Yang benar saja! Tapi dia bilang dia akan memberikan apa saja termasuk uang. Aku sangat membutuhkan uang untuk pengobatan Ayah. Aku tidak akan membuang kesempatan ini dengan sia-sia. Dan aku teringat, sebentar lagi aku selesai kuliah. Minggu depan ada ter terakhir, dan setelah itu aku bebas. Oh aku kuliah jurusan English literature. Entah kenapa aku masuk jurusan itu, padahal aku tidak terlalu suka membaca buku. I just did.
Aku meraih ponsel dan mencari nama Justin di kontak ku, lalu aku menelephonenya. Dia mengangkat pada deringan ke dua.
"Bieber." Suara seraknya terdengar. Kurasa aku telah membangunkannya.
"Uh... Hi, it's Selena. Sorry for waking you up."
"Oh, what's up?"
"When we're going to LA?"
"I'm here for a month, so we're going next month."
"Oh great."
"What great?"
"I'm still in college, and I have final test next week, and I don't know when the graduation."
"Oh good luck, then."
"Thank you. Once again, sorry for waking you up."
"It's okay."
"Uh... I gotta go, bye."
Aku mengakhiri sambungan telephone. Okay, aku akan menyelesaikan kuliahku terlebih dahulu, setelah itu baru aku memikirkan apa yang harus ku katakan kepada Ayah.
***
Hi, sorry, I gotta repost this chapter because I accidentally deleted this chapter. Please keep vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING
FanfictionI'm here, still here, and always here waiting for you. *** •Warning: This story is contain sexual scene and strong language. If you feeling uncomfortable with this story, just don't read it. And if you like it, please vote and comment, it makes me h...