[ 7 ]

139 15 4
                                    

∞∞

"E-enggak," jawab Cayla. Ia membuang muka dari Diego.

Diego yang mendengar jawaban Cayla tau bahwa Cayla berbohong, ia mendekati Cayla memegang kedua bahu gadis itu dan meremasnya lembut.

"Jangan bohong sama gue Cay." Ucap Diego. Ia mencoba menatap Cayla walau itu gagal karena Cayla terus menghindari tatapannya.

"Hmm," Cayla menjawab dengan gumaman.

"Gara-gara gue?" Tanya Diego lagi.

Respon Cayla yang hanya diam membuat Diego tahu jawabannya. Diego langsung memeluk Cayla dengan erat.

"Maafin gue, maaf, maaf. Gue bakal bikin lo sembuh sama phobia lo. Gue janji Cay, gue janji. " ucap Diego lirih.

Mengetahui Cayla mempunyai Phobia Sosial karena dirinya membuat ia semakin didera penyesalan walaupun Cayla sudah memaafkannya. Bagaimana mungkin ia menyia-nyiakan gadis yang begitu tulus padanya dulu? Bagaimana mungkin ia begitu bodoh? Bagaimana mungkin ia begitu brengsek dengan menghancurkan hati gadis di depannya yang sebenarnya begitu rapuh?

Diego melepaskan pelukannya pada Cayla.

"Cay, kenapa lo bisa dengan mudahnya maafin gue sih? Kenapa lo ga benci sama gue aja? Supaya gue tau gimana rasanya ada di posisi lo waktu dulu. Supaya gue tau gimana rasanya saat lo dalam masa hancur karena gue dulu. Supaya gue tau gimana rasanya—Gimana rasanya berjuang sendirian saat orang yang lo perjuangin justru selalu anggap lo angin lalu?" ucap Diego pada Cayla.

Sungguh, jika saja ia bisa memutar waktu maka ia tidak akan membiarkan Cayla tersakiti sedikit pun. Ia akan menjaga Cayla semampunya. Jika ia tau akhirnya seperti ini tak akan ia menerima ajakan taruhan dari temannya. Tak akan ia membiarkan Cayla menangis karenanya. Tak akan ia meninggalkan Cayla.

Diego menundukkan kepalanya dalam, tak ingin membiarkan Cayla melihat wajahnya yang begitu menyedihkan.

"Lo kebanyakan ngomong 'dulu'. Gue gak ngelakuin itu semua karena gue gamau lo ngerasain apa yang gue rasain. Buat apa dibawa susah sih, Di? Hidup lo masih panjang, lo ga perlu mikirin yang dulu-dulu. Tuhan punya rencana tersendiri kenapa dia menghendaki semuanya yang terjadi dulu. Jangan stuck sama halaman itu aja Di. Lo harus buka lembar baru, gue gak mau antara gue ataupun lo ngungkit yang dulu-dulu lagi." Cayla menghela nafasnya pelan memberi jeda.

"Sekarang semuanya berubah Diego. Begitupun perasaan kita." lanjut Cayla.

Diego terdiam setelah Cayla bicara panjang. Memang benar apa yang dikatakan Cayla, kita tidak boleh terus menyimpan masa lalu. Mungkin ia bisa berusaha move on dari sekarang, walau akan sulit.

Cayla mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.

"Gue harus pulang, Di. Nanti bonyok gue nyariin." Cayla berbalik dan ingin melangkah sebelum tangannya ditahan.

"Biar gue anter." ucap Diego.

Cayla menolak mentah-mentah. "Gue bisa balik sendiri."

Diego menggeleng tegas. "Engga, lo harus pulang sama gue, titik."

Cayla mendelik kesal dan hal itu hanya membuat Diego tertawa kecil.
Sesampainya di parkiran, mereka berhenti di depan motor ninja berwarna hitam milik Diego.

"Pake jaket gue nih," ucap Diego sambil menyodorkan jaketnya.

Cayla memandang bingung melihatnya. "Buat apaan? Kan, gak hujan."

Diego memutar bola matanya. "Emang pake jaket harus pas ujan doang? Udah. Mending pake aja buat nutupin paha lo."

Cayla hanya mengangguk dan mengambil jaket yang disodorkan oleh mantannya itu.

Social Anxiety Disorder (SAD) [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang