[ 9 ]

126 15 3
                                    


∞∞

20 menit kemudian..

"Assalamualaikum, Rara lo ngap– Bujug dah ini pada ngapain curut di sini?!" teriak Sabrina sambil menatap Maxon dkk sinis sekaligus terkejut.

"Anjir, gak ada yang bagusan dikit apa selain curut," ucap Bastian merengut jengkel.

"Emang itu yang pantes buat lo!" ucap Sabrina dengan senyum mengejek.

"Udah sini lo duduk Sab, marahnya ntar aja," Rara menepuk-nepuk sofa di sampingnya menyuruh Sabrina untuk duduk.

Setelah Sabrina duduk, ia meminum minuman di hadapannya yang entah milik siapa tanpa memutuskan tatapannya yang menghujam lima cowok di depannya.

"Mereka mau tau masa lalu Kekey, Sab, dan gak sanggup kalo gue cerita sendirian makanya gue nyuruh lo ke sini." ucap Rara.

Sabrina memandang Rara tepat di matanya seolah berkata 'lo serius?'

Rara mengangguk, "Gue serius, walaupun mereka bukan temen kita seenggaknya setelah kejadian kemarin mereka perlu tahu masa lalu Kekey, lagian kalo Kekey tahu gue yakin dia gak akan marah sama kita." ucap Rara panjang lebar.

Sabrina mengangguk paham. Ia memandang ke lima cowok itu serius lalu berkata "Gue sama Rara bakal ceritain ke kalian, dan setelah ini gue yakin kalian pasti ngerti kenapa gue sama Rara ngejaga Kekey banget."

"Oke." ucap Maxon yang sedari tadi terdiam.

Rara menghela nafas sejenak berusaha menghilangkan rasa pedih menyesakkan yang mulai merambati hatinya.

"Semuanya dimulai pas kelas sembilan, dulu itu Cayla cewek populer, dia banyak yang suka tapi banyak juga yang benci. Mungkin lebih ke perasaan iri karena Cayla itu sosok yang mendekati sempurna, kalo kalian mikir kata-kata gue berlebihan itu terserah tapi emang kenyataannya kaya gitu."

"Dia cantik, di SMP dulu gak ada yang lebih cantik dari dia, dia orang baik dan mungkin paling baik yang pernah gue temuin, dia juga pinter selalu dapet peringkat tiga besar parallel, dia suka banget nolongin orang bahkan dia bakalan langsung ngerawat anak korban bully di sekolah dulu, terus dia juga tajir banget. Cuma satu hal yang Cayla gak punya yaitu, seorang pacar." Rara mengambil cokelat di pangkuannya dan mengunyahnya pelan untuk menghilangkan pahit di mulutnya.

"Dulu gue sering nyuruh dia nerima cowok yang nembak dia, tapi dia selalu nolak dengan alasan gak cocok sampe akhirnya waktu itu dia dateng ke sekolah sambil senyum-senyum yang bikin gue heran. Terus dia natap gue dengan senyum dan pipinya yang memerah, dia bilang dia suka Diego."

Rara kembali terhenti, kemudian menyuruh Sabrina untuk melanjutkan perkataannya dengan memberi kode lewat lirikan mata.

"Waktu itu gue sama Rara kaget denger apa yang Cayla bilang, karena selama kita kenal sama dia Cayla gak pernah bilang suka sama cowok, dia paling cuma bersikap kaya fans kalian di sekolah itu yang suka teriak kalo liat cogan. Pas dia ngomong hal itu Rara sama gue udah ngasih tau dia kalo Diego sama temen-temennya itu playboy yang cuma mainin perasaan cewek. Tapi dia udah terlanjur cinta sama Diego, makanya pas Diego nembak langsung diterima sama Cayla tanpa mikir dua kali,"

"Gue sama Rara gak bisa ngelakuin apapun, karena saat itu Cayla keliatan bahagia banget setiap harinya. Lagi pula kita sahabatnya dan karena itu kita cuma bisa dukung keputusan dia. Sebenernya semuanya masih lancar selama seminggu kemudian, sampe akhirnya gak sengaja gue liat Diego sama mantannya, Mila, di depan halte deket sekolah. Awalnya gue gak curiga, cuma pas Diego megang tangan Mila terus Milanya meluk balik gue langsung marah karena dia ngekhianatin Cayla. Dugaan gue sama Rara ternyata bener kalo dia itu emang gak serius sama Cayla." kedua tangan Sabrina mengepal erat karena amarah yang dirasakan hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Social Anxiety Disorder (SAD) [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang