"nah, ayunkan tongkatmu dengan pelan dan tegas. Lalu bacakan mantranya. Ya, benar begitu"Hermione menjelaskan dengan sabar. Cedric tidak bodoh, menurutnya ia hanya kurang berusaha. Ia berulang kali mencoba mantra sederhana dan beberapa kali gagal. Mereka duduk bersebelahan di pojok meja. Suasana begitu sepi, wajar saja karena semua orang sedang makan malam. Hermione hanya makan sedikit dan sekarang dirinya begitu lapar.
"sepertinya aku mulai mahir. Kau begitu pandai mengajar hermione". Kata Cedric sambil menaruh tongkat sihirnya di meja.
Hermione agak kaget saat Cedric memanggil nama depannya. Biasanya seseorang akan saling panggil nama depan jika mereka memang dekat. Tapi Cedric yang baru saja mengenalnya, sudah memanggil nama depan.
"kau keberatan jika kita saling panggil nama depan?" Tanya Cedric.
"tak masalah" kata hermione.
Hermione baru saja akan berdiri dan berniat memasukan kembali buku-buku yang mereka ambil dari rak perpustakaan. Namun tiba-tiba Cedric menarik lengannya dan menariknya kedalam pelukan.
Awalnya hermione agak kaget dan hendak melepaskan diri, namun Cedric menahannya. Cedric terus melakukan aksinya hingga akhirnnya hermione melepaskan dengan cepat. Hermione membuka matanya lalu menatap Cedric. Ia menatap nya sebentar, lalu berlari keluar meninggalkan Cedric didalam perpustakaan.
Hermione berlari hingga ke koridor utama, lalu berhenti dan bersandar ke dinding. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Cedric Diggory, murid yang paling dikejar-kejar gadis gryffiondors baru saja memeluknya .Ini salah. Hermione tak percaya bahwa Cedric telah berani menyentuhnya. Ia marah dan juga sedikit kesal. ia tidak suka dengan sikap lelaki itu yang begitu seenaknya. Tubuhnha bukan barang gratisan yang bisa dipeluk semua orang.
Ia berjongkok sambil bersandar ke dinding koridor. Dadanya sesak dan hati nya marah. buku-buku nya ia jatuhkan ke lantai. Hermione marah pada dirinya yang tak bisa menghindar dari Cedric. ia bahkan belum pernah berpelukan dengan lelaki manapun tanpa se izin dirinya. Setelah merasa lebih baik, hermione berdiri dan memasuki manornya.
Hermione berjalan cepat, mengucapkan password manor, dan langsung menyerobot masuk. Mood-nya berantakan. Ia meletakan buku-buku nya di kamar, lalu keluar menuju dapur untuk membuat teh. Setelah itu dia duduk di sofa menghadap perapian. Menyilangkan kakinya, lalu menyelimuti diri dengan kain yang ada disebelahnya. Entah kain apa itu.
Hermione tak melihat draco, 'mungkin ada di kamarnya' , pikir hermione. Jadi dia melanjutkan minum teh sambil memikirkan hal lain. Dirinya berusaha kuat untuk tidak memikirkan kejadian tadi. Mengingat hal itu membuat kepala hermione pusing dan ingin muntah. Ia benci Cedric. Ia tak mau marah tapi hatinya berkata lain. Ia meneguk teh dengan cepat. Tenggorokannya terasa lebih baik, setidaknya tidak tercekik seperti saat Cedric memeluknya. Matanya melirik jam di dinding yang menunjukan pukul 9 tepat, artinya ia harus ber-patroli malam. Ia menyingkap kain di badannya, lalu menaruh cangkir bekas teh nya di meja. Hermione memakai mantel karena udara cukup dingin.Ia berjalan menuju kamar draco, hendak memanggilnya. Tapi ia ingat, kemarin malam draco ber-patroli sendirian karena dirinya ketiduran. Jadi, hermione mengurungkan niatnya dan berbalik keluar menuju koridor utama.
Hogwarts di malam hari begitu sepi dan dingin. Hanya ada suara angin dan langkah kaki nya yang terdengar. Hermione berjalan sambil menoleh, untuk memastikan tak ada siswa yang masih bangun. Tangan kanannya mengangkat lampu minyak untuk menerangi jalannya yang agak gelap. Sejujurnya, hermione takut gelap. Tapi karena tugasnya, ia terpaksa memberanikan diri berjalan sendirian. Setelah berkeliling, ia kembali ke manor-nya lalu pergi tidur.
***
Draco duduk di pinggir jendela kamarnya sambil memeluk kedua kakinya di dada. Ia menatap keluar dengan pikiran di kepalanya yang membingungkan. Rambutnya acak-acakan, kerah kemeja nya juga terbuka.
'untuk apasih aku mencarinya. Masa bodoh dia mau hilang atau tak datang saat makan malam. Aku jadi harus melihat yang tidak-tidak', kata Draco dalam hati.
Tapi pelukan itu, membuat hati draco sesak saat melihatnya. Seperti ada batu yang mengganjal di hatinya. Membuat draco uring-uringan dan merasa marah. Ia terus menggertakan gigi dan juga mengepalkan tangan. Ia tidak beranjak berdiri, melainkan tetap duduk hingga larut malam. Ia tahu hermione ber-patroli sendirian, ia sengaja tak keluar kamar Karena malas melihat wajah gadis itu. Ia bahkan bingung, kenapa ia harus kesal seperti ini.
Langit malam terlihat mendung, tak lama kemudian hujan turun di Hogwarts. Sangat deras, membuat jendela kamarnya basah diluar dan berembun didalam. Rasanya dingin sama seperti tubuh draco, tapi tidak dengan hatinya yang terbakar.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (dramione)
Fanfiction"Kenapa kau memilihku dari sekian banyak orang?" lalu lelaki itu mengarahkan kepalanya ke atas, menatap langit malam. "Aku lebih suka menghiraukan satu Bulan daripada jutaan Bintang". cover by Jcoswaifu's Graphic.