chapter 8

260 31 2
                                    

Bunyi samar piring-piring yang berdenting membuat Barbara terjaga. Matanya terbuka dan ia memandang ke sekeliling kamarnya yang gelap. Ia menjulurkan tangan ke meja kecil di samping tempat tidur dan meraih beker. Hampir jam enam. Berarti ia hanya sempat tidur tiga jam. Malah tidak sampai tiga jam.

Barbara turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia menyibak tirai tebal dan memandang langit yang masih gelap.

Sudah seminggu terakhir ini ia tidak bisa tidur. Ia lelah,tetapi tidak bisa tidur. Lalu kemarin ia berpikir mungkin sebaiknya ia menginap dirumah orangtuanya di Oxford.

Ia berpikir pasti bisa menenangkan pikiran sejenak dirumah tempatnya dibesarkan,di dekat orangtuanya. Tetapi ternyata hasilnya sama saja. Ia tetap tidak bisa tidur nyenyak dan bunyi sekecil apapun langsung membuatnya terjaga.

Apakah ini wajar?
Apakah insomnia ini akan berlangsung terus?
Apakah ia harus minum obat tidur?

Ia menarik napas dan merasa dadanya sesak.
Bunyi samar yang menandakan kegiatan di dapur di lantai bawah membuat Barbara tenang.Ibunya pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan didapur,seperti yang setiap pagi dilakukannya.

Sebentar lagi ayahnya akan bangun dan bergabung dengan ibunya didapur untuk sarapan bersama.Orangtuanya selalu makan bersama.Ketika ia masih tinggal disini bersama orangtuanya,Barbara juga selalu melakukan hal yang sama.

Menurutnya,acara makan bersama itu selalu menyenangkan karena mereka dapat membicarakan hal-hal menarik.

Barbara tersenyum kecil. Sebaiknya ia segera turun kalau ia ingin sarapan bersama orangtuanya.

****

Barbara sedang membantu ibunya menyiapkan sarapan ketika ayahnya muncul didapur.
"Halo,princess,kau tidur nyenyak semalam?" tanya ayahnya sambil mengecup puncak kepala Barbara.

"Pagi,Dad." Kata Barbara sambil tersenyum lebar. "Tidurku nyenyak sekali"

Berbohong sedikit demi kebaikan tidak ada salahnya,pikir Barbara. Ia tidak ingin menambah kecemasan orangtuanya.

Ayahnya menangkup pipi Barbara dan mengamatinya dengan saksama."Matamu agak bengkak" gumam ayahnya dengan alis berkerut samar."Bagaimana perasaanmu pagi ini?"

"Oh,dad" erang Barbara, tetapi senyum masih merekah di wajahnya, "aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Dan mataku akan kukompres dengan mentimun nanti. Oke?"

"Kau tahu ayahmu sangat protektif" kata ibunya sambil meletakkan sepiring sandwich buatan sendiri di atas meja bundar ditengah-tengah dapur.

"Aku tahu" sahut Barbara."Dan itu karena dad menyayangiku"

Ayahnya menepuk pipi Barbara."Benar sekali princess".

"Sayang,kau tentu tahu kami ingin kau kembali tinggal disini bersama kami,bukan?" tanya ibunya.Barbara meremas tangan ibunya dan tersenyum menenangkan.
"Aku baik-baik saja,mom. Sungguh.Percayalah padaku.Aku akan menelpon kalian kalau ada apa-apa."

Ibunya mendesah dan mengangguk."Baiklah. Kau akan baik-baik saja. Ayo,kita makan"

Barbara meraih sepotong sandwich dan menggigitnya."Mm,sandiwch ini enak sekali"

"kau mau membawa beberapa potong untuk... siapa nama temanmu itu?" tanya ibunya sambil berpikir-pikir.

"Teman yang mana?" Barbara balas bertanya. " Teman-teman di Gemma music?" Lanjutnya.

"Temanmu yang tangannya terkilir".
Barbara nyaris tersedak."Maksud mom Harry styles?"

Barbara memang sudah bercerita kepada orangtuanya tentang Harry, tentang kecelakaan yang menyebabkan tangan laki-laki itu harus dibebat,juga tentang Barbara yang membantunya karena Barbara-lah yang menyebabkan kecelakaan itu,walaupun tidak disengaja.

Yah,tentu saja Barbara tidak bercerita tentang sikap buruk Harry dan kenyataan bahwa laki-laki itu membencinya.Orangtuanya tidak perlu tahu.

Ayahnya pasti akan mengamuk kalau tahu putri semata wayangnya diperlakukan seperti pesuruh oleh Harry Styles.

"Dia bukan temanku" bantah Barbara,sebal karena teringat laki-laki menjengkelkan itu."Dia adik Gemma. Dan satunya alasan aku membantunya adalah karena kalian mendidikku dengan baik dan bertanggung jawab"

"Kau memang harus membantunya karena kau yang membuatnya cedera" kata ayahnya. Ketika melihat Barbara membuka mulut hendak mengatakan sesuatu,ia cepat-cepat menambahkan," Tentu saja tidak sengaja"

"Bawalah beberapa potong untuknya" kata ibunya sambil berdiri dan mulai mencari-cari tempat makan dilemari dapur untuk tempat sandwich.

Barbara mendesah enggan dan bertanya-tanya sendiri apakah ibunya masih tetap akan memberikan sandwich kepada Harry apabila ia tahu bagaimana sikap Harry kepada Barbara.Yah,mungkin saja. Karena bagaimanapun Barbara-lah yang menyebabkan tangannya terkilir. Aih....

******

Setengah jam kemudian Barbara sudah bersiap-siap kembali ke London. Ia masuk kedalam mobil VW Beetle kuningnya dan meletakkan tempat makan berisi sandwich dikursi penumpang.

"Kau sudah membawa semuanya? Tidak ada yang tertinggal?" tanya ibu Barbara."Dompet? Ponsel? Obat?" lanjutnya.

Barbara memeriksa isi tasnya."Yap.sudah semuanya tidak ada yang tertinggal."

"Hati-hati" kata ayahnya.
"Tentu,Dad" Barbara memasang sabuk pengaman,melambai kepada orangtuanya dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

Barbara melirik jam di dasbor mobil dan mendesah dalam hati.Sepertinya ia akan terlambat tiba ditempat Harry.Semoga jalanan tidak macet.

******

Gadis itu belum datang.

Harry memberengut menatap jam diatas piano. Sekarang sudah pukul sembilan tepat dan gadis itu masih belum datang. Hebat. Hebat sekali.

Harry sudah uring-uringan sejak tiga puluh menit yang lalu. Dan ia akan tetap uring-uringan sampai ia mendapatkan kopi paginya.

Ia menggerutu dan mulai berjalan mondar-mandir di ruang duduk.

Bel apartementnya berbunyi.

Harry melangkah lebar dan menatap layar interkom disamping puntunya.

Itu dia gadis yang membuat ia kesusahan berada di luar sambil menelpon seseorang.

Love's secret [H.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang