chapter 9

257 27 0
                                    

Harry membuka pintu dengan satu sentakan cepat dan menatap Barbara yang sedang berdiri dengan ponsel di tempelkan ditelinga.

Melihat Harry,Barbara cepat-cepat bergumam,"Ray,sudah dulu ya. Aku harus pergi sekarang,nanti kutelepon lagi. Ya. Bye!".

Alis Harry berkerut."Kau terlambat" katanya "Sudah lebih dari dua jam".

Barbara menyunggingkan seulas senyum meminta maaf."Aku tahu. Maaf"

Barbara berjalan masuk ke apartement Harry.

"Jadi,kau sudah sarapan?" tanya Barbara.

Harry menutup pintu dan menggerutu,"Aku tidak butuh sarapan. Aku hanya butuh kopi"

Barbara meletakkan tas dan kantong plastik yang dibawanya disalah satu kursi berlengan diruang duduk."Akan ku buatkan kopi untukmu. Kau tunggu disitu"

Harry hanya menggangguk sembari duduk di salah satu kursi yang berada di dekat mini bar.

"Jadi kenapa kau datang terlambat? padahal sudah kubilang kau harus tiba disini pukul delapan tepat." tanya Harry masam.

"Jalanannya macet sekali hari ini. Biasanya aku tidak membutuhkan waktu selama itu dari Oxford ke London." sahut Barbara sambil mengedikkan bahu.

"Kau tinggal di Oxford?"

"Tidak,aku punya apartement di London. Orangtuaku yang tinggal di Oxford. Aku menginap dirumah orangtuaku kemarin."

Harry hanya bergumam sambil lalu dan berpindah posisi ke sofa. Lalu ia mendongak menatap Barbara yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Bukankah kau bilang kau akan membuat kopinya sekarang ?" tanya Harry.

"Oh,ya. Benar" kata Barbara celat dan berbalik hendak berjalan ke dapur. Tetapi teringat sesuatu dan berbalik.

"Omong-omong,aku bawa sandwich dalam tempat makan itu. Karena kau belum sarapan kau bisa makan itu dulu sementara aku membuat kopi."

Harry mengamati sandwich dalam tempat makan yang berada didepannya.

"Tidak usah. Aku tidak butuh sarapan " kata Harry.

"Semua orang butuh sarapan. Masa kau hanya minum kopi setiap pagi?"

"Memang"

"Coba dulu"

"Tidak"

"Kenapa? Takut aku akan meracunimu?"

Harry mendongak menatap Barbara.

"Mungkin?" kata Harry "Siapa tahu?" Lanjutnya.

Harry mengamati Barbara yang sedang menyipit dan bibirnya terkatup rapat, seolah-olah Barbara berusaha menahan diri.

Akhirnya Barbara menarik napas dalam-dalam dan berkata,

"Tidak ada racun. Ibuku yang membuatnya. Dia menyuruhku memberikannya padamu. Memangnya kau pikir ibuku berniat meracunimu ?"

Alis Harry berkerut heran.

"Ibumu mengenalku?"

"Tidak. Tapi dia tahu tentang kecelakaan itu dan dia tahu aku akan membantumu selama tanganmu masih dibebat" Barbara berhenti sejenak lalu melanjutkan perkataannya

"Demi tuhan, makan saja. Kau tidak perlu menghabiskannya kalau tidak mau"

Harry tidak menjawab. Ia menatap sandwich itu dengan masam,lalu kembali mendongak menatap Barbara.

"Mana kopiku?"

Mendengar pertanyaan Harry membuat Barbara kesal dan menghembuskan napas pasrah,berbalik sambil menggerutu menuju dapur.

Beberapa menit kemudian Barbara datang membawa kopi buataannya untuk Harry.

Barbara melihat tempat makan yang ia bawa tadi,masih belum dibuka. Barbara mendesah dalam hati dan meletakan kopinya diatas meja.

Harry langsung meraih cangkir itu dan menyesap kopinya. Lalu ia mendongak menatap Barbara.

"Kau boleh mulai membersihkan rumah. Pengisap debu dan lainnya ada di lemari di samping pintu menuju dapur." katanya dengan nada tajam yang sudah dikenal Barbara.

Setelah berkata seperti itu Harry tidak berkata apa-apa dan berjalan kekamar tidurnya sembari membawa kopinya.

Barbara mendesah dalam hati.

******

Harry melepaskan headphone yang terpasang di kepalanya dengan kasar dan melemparnya ke atas tempat tidur.

Ia bosan.

Tidak,sangat bosan!.

Benar-benar bosan!. Harus berapa lama lagi dia menunggu tangannya sembuh.

ia bosan tidak bisa melakukan kegiatan apapun.

Ini semua gara-gara gadis itu.

Omong-omong soal gadis itu....

Harry memberhentikan aktivitas mondar-mandirnya,melangkah mendekati pintu dan menempelkan telinganya pada pintu kamar tidurnya. Hening.

Beberapa menit setelah Harry masuk ke kamarnya tadi, ia mendengar mesin penghisap debu dinyalakan.

Ia sengaja menggunakan headphone dan memperbesar volumenya untuk meredam bunyi berisik yang dibuat oleh gadis itu. Tapi sekarang tidak terdengar apa-apa lagi diluar sana.

Harry melirik jam.

Ternyata sudah lama juga ia mengurung diri di kamar.Harry membuka pintu kamar dan melongok keluar.

Tidak ada siapa-siapa.

Mungkin gadis itu sudah pulang,pikir Harry dalam hati.

Harry berjalan ke dapur dan mendesah lega ketika menemukan masih ada kopi di dapur. Bagus.

Love's secret [H.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang