7.

1 1 0
                                    

Andrea

Kejadian saat tadi di sekolah terus terngiang di otakku. Bukan, aku bukan menyesali keputusanku untuk menjadi pacar Raka. Tapi aku hanya bingung, apakah keputusan ini tepat dan ga ngebahayain buat Raka?

apa yang aku lakuin aman buat Raka?,
Apa...

'Tok..tok..tok'
Ini siapa sih yang ganggu waktu istirahat aku. Mau ga mau aku harus turun dari kasur dan ngebukain pintu apartemen.

"Halo Re" sapa Raka dengan senyum sumringahnya,

"Hai Rak" hufft, aku yakin ekspresiku pasti datar sekarang

Author

"Senyum dong Re" ucap Raka yang lelah dengan ekspresi datar pacarnya ini, senangnya hati Raka saat dia ingat bahwa Rea sekarang sudah jadi miliknya,

"Gue gini darisananya. Udah masuk" kata Rea sambil memberi jalan sedikit agar Raka bisa masuk,

"Re, di balkon yu?" Kata Raka "minjem gitar ya" katanya lagi sambil ngambil gitar Rea yang ada di dekat pintu balkon.

Rea cuma geleng geleng kepala ngeliat kelakuan pacarnya ini, Rea mengambil dua kaleng soda dari dalam kulkas dan sekotak rokok juga pemantik dari laci meja dapurnya.

"Nih" Rea menyodorkan satu kaleng soda pada Raka setelah ia duduk di samping Raka. Kemudian ia membuka kotak rokoknya dan membakarnya "ga keberatan kan?" Tanya Rea pada Raka yang sekarang menatap Rea,

"No prob, asal jangan terlalu sering" ucap Raka penuh perhatian,

"Ga ko. Paling cuma dua atau tiga" kata Rea yang bikin Raka menghembuskan nafas lega "bungkus per hari" dan Raka langsung memelototkan matanya,

"What?, Re, itu bahaya buat lo" ucap Raka dengan menaikkan nada suaranya

"Gue tau" balas Rea cuek

"Terus kenapa masih lo lakuin Ree?" tanya Raka dengan selembut mungkin.

Rea menoleh ke arah Raka dan menaikkan alis kiri nya, "Mau aja" jawab Rea santai dan kembali menatap jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan, lalu menghisap kembali rokoknya

"Tapi ka--" protesan Raka terpotong oleh tangan Rea yang mengangkat menandakan Raka harus berhenti berbicara

"Stop. Ini gaakan pernah selesai kalo dilanjutin. Mending lo nyanyi gue ngegitar" ucap Rea lagi yang berusaha menghindari pembicaraannya yang kemungkinan akan panjang. Lalu ia mengambil gitarnya dari pangkuan Raka
"Oke oke" kata Raka pasrah.

'Gue cuma ngerokok aja lo sampe segitunya, apalagi kalo lo tau semua yang gue lakuin selama ini rak' batin Rea
lalu Rea dan Raka menghabiskan waktu mereka sore itu dengan bernyanyi bersama.

-
Pagi ini sekolah dihebohkan dengan kabar bahwa ice queen sekolah sudah dimiliki oleh seorang lelaki yang disebut beruntung karena dapat meluluhkan hati sang ice queen.

Rea hanya menganggap semua yang dibilang oleh siswa siswi angin lalu, meskipun memang benar tapi Rea memilih untuk tidak memperdulikannya toh hubungannya dia dengan Raka yang menjalani kan bukan mereka.

Tapi berbeda dengan Raka, lelaki ini malah merasa risih dengan semua orang yang bertanya kepadanya tentang bagaimana caranya meluluhkan hati Rea, pacarnya yang kini sedang serius memperhatikan guru yang menerangkan sambil sekali kali menulis

"perhatiin guru jangan ngeliatin gue terus" ucap Rea dengan mata yang terus fokus ke depan.
Pacarnya ini berbeda dengan gadis kebanyakan, bicara dan ekspresinya sepertiya sangat terbatas sekalinya berbicara banyak pasti selalu membuat orang disekitarnya tercengang, perilakunya yang tidak perduli pada sekitar dan berbagai sikap lain yang membuat Rea spesial, (kecuali kebiasaan merokonya tentunya ) juga 'kayanya Rea limited edtion' batin Raka.

"Baik untuk pengambilan nilai praktek, kalian harus menyanyi dengan menggunakan alat musik. Setiap meja akan menjadi satu kelompok, dan kalian akan di tes seusai jam istirahat di ruang musik. Kalian bisa mulai berdiskusi dan sampai ketemu di ruang musik" kata guru yang mengajar saat itu lalu guru itu pergi keluar kelas yang langsung membuat satu kelas ricuh.

"Kita nyanyiin lagu apa Re? " tanya Raka begitu guru keluar kelas, Rea mendengus
" gatau" jawabnya singkat

"Lo mau main apa?, kalo gue sih maen gitar"tanya Raka lagi berusaha membuat pembicaraan yang panjang dengan pacarnya yang irit bicara ini

"Gue maen piano" ucap Rea lagi, lalu ia bangkit dari duduknya, dan berjalan meninggalkan kelas

"mau kemana Re?" Tanya Raka setelah berjalan beriringan dengan Rea
"Ruang musik" jawab Rea singkat seperri biasanya
"Ngapain, kan baru bel istirahat?"
"Gue mau latihan"
"Gue ikut"

Sesampainya di ruang musik, perhatian Rea langsung tertuju pada sebuah grand piano yang ada di ruangan tersebut.

Sudah lumayan lama Rea tidak bermain piano, tapi permainannya masih sangat lihai seperti pemain profesional membuat Raka terhanyut pada permainan piano Rea.

Tidak berhenti sampai disitu, Rea tanpa sengaja melihat sebuah biola dan langsung memainkannya membuat melodi yang indah untuk didengar oleh telinga.

Namun sadar atau tidak kedua alat musik yang dimainkan oleh Rea selalu menghasilkan melodi yang menyayat hati para pendengarnya.

•Kaktus•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang