10.

2 0 0
                                    

Author

Raka masih terdiam di dalam apartementnya, masih memikirkan kenaehan yang terjadi pada Rea barusan. Apa ada yang salah pada Raka sampai Rea tiba tiba menghempaskan tangannya begitu saja?, apa Raka melakukan kesalahan?, apa...

'Tok..tok'

'Rea' batin Raka, bergegas Raka berjalan untuk membuka pintu,
Senyum tercerianya sudah ia siapkan
"hai re...xa?"  Senyumannya luntur saat itu juga, melihat yang datang adalah Rexa bukan Rea,

"Kenapa lo?, gue dateng kusut banget" Tanya Rexa bingung atas kelakuan saudara sepupunya ini

"Gue kira Rea" jawab Raka dengan lesu, membuat Rexa mengerutkan dahinya

"Siapa?, pacar lo?" Tanya Rexa dan dibalas anggukan oleh Raka,

"Tetangga sebelah" ucap Raka lalu masuk ke dalam apartementnya,

"Tetangga sebelah?, itu kan apartementnya Lian" ucap Rexa sambil nengikuti langkah Raka,

"Lian itu sepupunya Rea" kata Raka

"Kenalin dong ke gue"

"Kalo ada waktu"

Lalu saudara sepupu itu larut dalam obrolan absurd mereka.

Sementara itu

"Dre, sudah berapa kali saya bilang. Kamu harus rutin cek kondisi kesehatan kamu. Sakit yang kamu derita bukan hal yang main main dre" omel dokter Indira begitu Rea memasukki ruangannya

"Tapi dok, saya sehat sehat saja" sanggah Rea berusaha terlihat santai

"Kamu menghubungi saya mendadak seperti tadi, dan masih bilang kalau kamu sehat sehat saja?" tanya dokter Indira dengan nada khawatir yang jelas

"Saya baru merasakannya tadi dok" sanggah Rea lagi tidak mau kalah

dokter Indira menghela nafas dan memijat keningnya, "Tidak ada gunanya berdebat dengan kamu. Jadi kenapa lagi?"

"Seperti biasa, sakit kepala dan mimisan"

"Oke, kita cek keadaan kamu sekarang" perintah dokter Indira dan langsung dibalas anggukan oleh Rea.

Keesokan harinya di sekolah

Rea melangkahkan kakinya menuju kelas, dan tanpa diduga Raka sudah duduk di kursinya dengan senyum hangat saat menyadari Rea masuk ke kelas.

"Pagi Re" sapa Raka,

"Pagi" jawab Rea dengan senyuman tipis dan tulus yang jarang sekali ia tunjukan.

"Sarapan yu?, gue laper" ajak Raka, dan di jawab anggukan oleh Rea sebagai tanda setuju.

Hari demi hari berlalu, sikap Rea pada Raka melunak dan tembok yang dibangun Rea sudah mulai goyah.

Tanpa disadari hal yang selama ini Rea hindari terjadi, Rea telah jatuh ke dalam pesona seorang Raka.

Tak dapat dipungkiri, sikap manis seorang Raka dapat meluluhkan hatinya, dan mulai menghangatkan sikapnya.

"Re, jangan diem terus dong" kata Raka dengan manja,

"Terus harus gimana?" Tanya Rea sambil menatap manik Raka yang ada di sebelah kanannya,

"Ceritain semua tentang lo Re, gue ngerasa belum tau apa apa tentang lo"

"Oke gue cerita" Rea menarik nafasnya dalam, bersiap seperti seorang yang akan mendongeng pada anak kecil,

"Nama gue Andrea Liliana, orang tua gue masih lengkap dan sekarang lagi di singapur ngurusin perusahaannya. Gue tinggal di sini sendiri, makannya lebih milih apartement. Dan satu lagi gue adalah pacar dari seorang Raka Pranindya Putra" cerita Rea singkat, yang membuat Raka tidak puas tapi saat Rea menyebutnya sebagai pacar perasaannya menghangat.

Tapi Raka tetaplah Raka, ia belum puas dengan jawaban Rea

"Yeeh, itu sih gue udah tau. Kurang lengkap Ree" komentar Raka,

"Emangnya mau tau apa lagi?" Tanya Rea,

"Semuanya" jawab Raka dengan nada memaksa,
Saat Rea hendak membuka mulut untuk melanjutkan debatnya dengan Raka ponselnya berbunyi, menandakan ada panggilan masuk
"Ya?"
"..."
"Di?"
"..."
"Gue kesana" Rea langsung mematikan sambungan secara sepihak dan menatap Raka,
"Gue harus pergi" kata Rea,

"Ke mana?" Tanya Raka namun tak digubris oleh Rea yang langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya.

Raka menghembuskan nafas kasar, karena akhir akhir ini kebersamaannya dengan Rea selalu terganggu karena urusan Rea yang sama sekali tidak Raka ketahui.

Pintu kamar terbuka, dan Rea keluar dari kamarnya dengan pakaian yang tertutup dan serba hitam. Oh tak lupa jaket kulit kesayangannya yang disampirkan pada bahunya dan juga kunci motor yang digenggam oleh tangan kirinya.

"Lo mau kemana Re?" Tany Raka berusaha setenang mungkin,
"Ada urusan" jawab Rea singkat
"Gue ikut"kata Raka, dia ingin tau apa urusan pacarnya ini,
"Ga bisa"
"Kenapa?"
'Bahaya buat lo'  jawab Rea dalam hati, "pokonya ga bisa, gue pergi" lalu Rea pergi begitu saja meninggalkan Raka.

Setelah terdiam beberapa lama, Raka juga pergi dari apartement Rea dan memutuskan untu turun ke taman yang ada dekat apartemen nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

•Kaktus•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang