GOT YOU

118 8 0
                                    

Zuhra berjalan dengan santai di sepanjang koridor. Jam tangannya menunjukan pukul setengah tujuh, masih cukup lama sampai bel masuk di bunyikan. Terlihat baru beberapa persen siswa-siswi di sekolahnya yang sudah tampak dilingkungan sekolah.

Zuhra memasuki kelas, sekedar meletakan tas, mengambil sebuah novel dan kembali keluar. Duduk di tempat duduk yang ada di sepanjang koridor. Mengambil ponselnya dari kantung kemeja seragamnya dan memasangkan earphone di kedua telinganya. Memutar sebuah lagu di ponselnya. Bukan, bukan lagu melainkan musik instrumental piano dari seorang pianis terkenal berkebangsaan korea Yiruma. River Flows In You. Bukan untuk merenung atau meng-galau. Tapi musik instrument seperti itu sering dia dengarkan hanya sebagai bentuk penenang. Dan biasanya dia lakukan sebari membaca sebuah buku, baik novel ataupun buku pelajaran.

Dibuka novel yang ia bawa, Notes To You. Bukan sebuah novel terkenal, tapi dia suka membacanya. Selain karena isi ceritanya, tapi juga karena ceritanya yang berlatarkan 'Thailand' semakin membuatnya tau sedikit bahasa dan adat istiadat disana. Zuhra sangat menyukai Thailand, berawal dari dia menonton salah satu film thailand yang membuatnya menyukai 'Thailand'.

"Zuhra, ngapain lo disini sendiri?" Tanya Riani yang baru saja datang."Zuhra!!" Panggilnya lagu karena tak ada respon dari Zuhra. Tapi Zuhra tetap tidak merespon. "Em, pantes." Riani ada sebuah alat berkabel yang menyumbat telinga Zuhra.

"Eh, Riani. Kok dicabut?" Sungut Zuhra kesal saat merasakan earphonnya terlepas tiba-tiba.

"Lagian elo. Gue panggil-panggil nggak nyaut. Kayanya tu earphone bikin kuping lo gangguan ya?"

"Enggak lah, Cuma volume musik gue aja yang kegedean." Zuhra memasang earphonnya lagi.

"Makannya jangan gede-gede. Kalo mau, minjem speaker pak Tarjo sekalian. Hahaha.." Seru Riani dengan tawanya sebari berjalan memasuki kelas dan meninggalkan Zuhra duduk sendiri di tempatnya. Zuhra hanya mengerucutkan mulutnya, kesal akan ledekan Riani.

"Riani, mau kemana? Temenin gue." Zuhra setengah Teriak.

"Nyimpen tas. Nanti balik lagi." Suara Riani terdengar saat dirinya lenyap dari balik pintu.







Zuhra melanjutkan aktifitasnya. Mengganti musiknya dengan musik lain, Spring Waltz masih dengan pianis yang sama. Dia membenarkan posisinya, menoleh ke arah lapangan, melihat lingkungan sekolah yang mulai ramai.

Deg..

Jantungnya berdegup kala dilihatnya seorang cowok berjalan dari arah loby menuju gedung utara. Dia? Desisnya pelan. Segera ia tutup novelnya dan mencabut earphone dari telinganya. Memasukan earphonenya kedalam kantong seragamnya. Segera berlari mengejar target yang baru dilihatnya. Dia.

Tap.. tap.. tap.. Seketika langkahnya mulai pelan dan berhenti. Zuhra melihat punggung pria itu yang perlahan makin mejauh. 'Apa benar itu Althan?' Batinnya bingung. Delan Althan Saputra, cinta pertamanya, masa lalunya.

"Al—"

"Althan." Baru saja Zuhra akan memanggil, seorang pria terlebih dulu memotongnya dengan panggilan yang sama. Pria itu menghampiri Althan, berdiri disampingnya, dan berjalan beriringan, entah apa yang mereka bicarakan dia tidak peduli. Yang pasti dia sudah yakin itu adalah Althan.

"Al---than." Desisnya pelan, matanya berbinar, mungkin sebentar lagi air matanya akan perlahan menetes. Zuhra membalikan tubuhnya, berlari kembali ke kelasnya sebari menutup hidung dengan punggung tangannya.











Riani berjalan keluar kelas. Melihat jam tangannya. Jam tujuh kurang lima menit. Sebentar lagi bu Rita masuk. Guru Sejarah paling killer. Guru yan selalu masuk tepat waktu, satu menit saja muridnya terlambat masuk, satu jam pelajaran murid itu tak bisa mengikuti pelajaran. Ditambah setiap jam pelajarannya yang membuat murid yang diajarnya mengantuk.



"Zuhra, udah mau masuk!!" Serunya sebari keluar kelas. Riani tertegun saat melihat kursi tempat Zuhra kosong. Hanya sebuah novel yang tergeletak yang dia lihat. "Kemana tu anak?"

"Uh, dasar anak jorok." Keluhnya sebari mengambil novel yang tergeletak di kursi. Riani menengok ke kanan dan kiri, melihat lingkungan sekitarnya. Mencari sang empunya novel.



Tap.. tap.. tap.. suara hentakan kaki membuat Riani menoleh, di lihatnya asal suara hentakan.

"Zuhra, Zuhra lo kenapa?" Tanya Riani yang bingung melihat Zuhra berlari memasuki kelas sambil mengangis. Riani segera berlari mengejar Zuhra yang telah memasuki kelas.

Zuhra medudukan pantatnya dikursinya dan menenggelamkan kepalanya pada kedua tangan yang ia lipat di meja. Menutupi wajahnya yang kini basah akan air mata. Riani duduk disamping Zuhra, mengelus pundak Zuhra perlahan, "Lo kenapa Zuhra? Cerita ke gue."

Zuhra mengusap air matanya. Tersenyum pada Riani, "Gue nggak papa kok." Suaranya bergetar. Entah tangis apa itu, apa mungkin dia terharu?

"Lo yakin nggak papa?"

"Enggak kok. Gue nggak papa." Sekali lagi Zuhra mengulas senyum dengan sedikit kesan tawa di bibirnya.

"Yaudah, sukur deh kalo lo nggak papa." Jawab Riani lega melihat sahabatnya kembali mengulas senyum. "Nih, novel lo." Tangannya menjulurkan sebuah novel pada Zuhra. "Dasar jorok, kalo ilang gimana?"

"Hehe... Sorry deh. Thanks ya." Zuhra menerima novelnya dan kembali tertawa dengan mata masih berbinar.

"Kalo ada apa-apa. Lo cerita aja ke gue." Kata Riani memberi perhatian pada sahabatnya.

Zuhra mengangguk, senyum. Memeluk Riani sahabatnya erat.

Gue nemuin lo Althan

Gue nggak akan ngelepas lo lagi

Gue bakal terus di samping lo

Gue nggak akan ngebiarin lo pergi lagi

Gue janji





Jam terakhir, kebetulan kelas Zuhra Free Class. Zuhra sudah bersiap. Sejak beberapa menit sebelum bel pulang dia telah duduk di koridor depan kelasnya. Menantikan yang ia tunggu melewati depannya ke arah pulang. Baik melewati koridor atau berjalan menyebrangi lapangan.

"Itu dia." Senyum Zuhra merekah saat melihat cowok yang dia tunggu akhirnya melewati depan matanya. Segera ia berlari kedalam kelas mengambil tasnya.

"Gue duluan." Teriaknya pada teman-teman kelasnya sebari berjalan keluar.

"Awas di culik Raja Ra."Seru Toto teman sekelasnya. Yang langsung mendapat tawaan dari teman-temannya.

"Apaan lo to. Di culik bang Toto kaliiiii—" Sahut Raja menyangkal. Sayangnya keduanya tidak di hiraukan oleh Zuhra.

"Kacang kacang kacang--- Hahaha" Tawa Alia meledak saat Zuhra tak menghiraukan mereka.

Zuhra membuntuti langkah Althan. Mengikuti setiap langkah demi langkahnya.

'Gue nggak boleh kehilangan lo lagi. Enggak.' Batin Zuhra saat membuntuti Althan sebari memukul pelan kepalan tangan kanannya pada telapak tangan kirinya. Dia tidak mau Althan menghilang lagi. Cukup sekali, sekali seumur hidupnya dia kehilangan Althan. Tidak lagi.

Deg...

Jantungnya berdegup saat melihat targetnya telah menghentikan langkah.

"Althan." Serunya lirih. Tapi di pastikan terdengar oleh yang dia panggil.



****

Sorry banget ya, gue baru post. Soalnya gue lagi agak sibuk. sibuk sama kegiatan yang nggak penting sih. hehe..

Btw, jangan lupa vote comment sama cerita yang ini ya. sorry ceritanya geje. pendek banget ya. sorry sorry. :))))

About DelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang