Stay In Memory

8 2 0
                                    



Althan melangkahkan kaki memasuki sebuah rumah bercat abu pudar itu, mengikuti langkah Zuhra yang membawanya masuk. Setelah membeli beberapa buku, keduanya memang sepakat untuk mampir sebentar ke rumah Zuhra, untuk sekedar beristirahat. "Lo tunggu sini bentar ya, lo boleh duduk dulu kok, gue ke kamar dulu, taro tas." Izin Zuhra sebari menunjuk sebuah sofa di belakang Althan. Althan mengangguk mengerti, memandangi rumah Zuhra. Berbagai souvenir klasik terpampang disana. Matanya terhenti pada sebuah piano yang terletak diujung ruangan, tepat disamping jendela. Piano yang tuts-nya tertutup oleh sehelai kain berwarna merah. Terbesit sebuah pertanyaan di otaknya. Zuhra bisa main piano?

Althan melangkahkan kakinya mendekati piano itu. Tangannya menyentuh kain merah penutupnya, menyibakkannya sedikit, terlihat tuts-tutsnya yang masih bersih. Pikirannya berpindah pada kejadian lima tahun lalu, sebuah kejadian yang sangat ingin dia lupakan, kejadian yang tidak pernah dia harapkan, tapi akhirnya, kejadian itu menyeruak lagi dalam ingatannya.

"Than, lo disitu." Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunan Althan, Zuhra yang datang dengan membawa dua gelas jus dalam sebuah nampan, dan meletakannya diatas meja. Berjalan menghampiri Althan yang masih termenung disana.

Althan menengok Zuhra yang berjalan menghampirinya. Zuhra cantik batin Althan kagum. Kulit putihnya yang terbungkus celana jeans selutut, dan kaos hitam dengan lengan pendek bergambar paris. Rambutnya di gerai seadanya. Poni yang menutupi alisnya menambah manis penampilannya.

"Lagi ngapain disini?" Tanya Zuhra bingung, Althan terdiam tidak menjawab, "Ouh, ini." Zuhra mengerti, menekan tuts nya dengan sembarang.

Althan menatap Zuhra penuh tanya, "Ini piano kakak gue," Ujar Zuhra sebelum Althan bertanya. "Kakak gue dulu suka main piano." Althan mengangguk mengerti, jadi punya kakaknya.

Zuhra mendudukan tubuhnya pada bangku panjang depan piano, membuka kain penutupnya dengan perlahan. Althan mengikutinya, dan duduk di sampingnya. Perlahan dentingan piano memenuhi ruangan. Yiruma Stay In Memory mengalun lembut mengganti suasana sunyi yang sejak tadi menyelimuti. Tangan-tangan lentik Zuhra bergerak perlahan memainkan alunan lembutnya. Althan tertegun, Zuhra bisa bermain piano. Althan tahu lagu ini, Stay In Memory, masa lalunya terngiang kembali dalam ingatannya. Emosinya mendadak naik. Diletakannya tangannya pada tuts, mengiringi permainan Zuhra yang semakin lama semakin cepat, ia tahu, Zuhra pun terbawa emosi. Terlihat di sudut matanya air mata telah terbendung. Seiring dengan lagu yang perlahan berhenti dengan alunan gerak jari Althan, tangan Zuhra menyeka air matanya. Menyudahi acara tangisnya. Althan terdiam, menatap lembut tepat pada mata Zuhra. Perlahan senyumnya terukir. Zuhra bangkit, berjalan menuju sofa yang spontan diikuti Althan di belakangnya.

"Sorry, gue emang baperan orangnya. Haha.." Gurau Zuhra masih menyeka matanya saat ia mendudukan tubuhnya pada sofa.

Althan tersenyum mengerti, menatap Zuhra lembut. "Gue kaget lo bisa main piano juga."

"Gue juga ngga tau lo bisa main piano, bahkan bisa ngelanjutin permainan gue." Zuhra terkekeh dengan suara serak akibat tangisnya.

"Gue tau lagu itu," seru Althan,"Yiruma Stay In Memory, kan?"

Zuhra tercekat, pantas saja.

"Biasanya orang mainin musik itu kalo dia lagi kangen sama seseorang." Lanjut Althan.

"Gue emang lagi kangen orang." Jawab Zuhra sebari mengalihkan pandangannya, memandang piano yang barusan mereka mainkan.

Althan mengerutkan kening, Ngga mungkin kangen biasa kalo Zuhra sampai nangis batin Althan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About DelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang