Bookstore

73 7 0
                                    


Matahari senja mulai menghilang dibalik menjulangnya gunung, burung-burung mulai berterbangan kembali ke sarangnya, para petani sudah kembali ke rumahnya sejak beberapa menit lalu. Disinilah, Raja terduduk di sebuah saung di tepi sawah di sudut kota. Melihat anak-anak desa yang mulai menarik layangannya turun, Induk ayam yang menggiring anak-anaknya masuk ke kandang. Membandingkan betapa jauhnya keindahan alam dengan rusaknya kehidupannya. Andai saja dulu, kejadian itu tidak terjadi. Kejadian yang membuat hidupnya berubah, berubah 180 derajat. Berubah berantakan.

"Nak Raja. Mau disini aja? Apa ngga akan pulang?" Seru seorang bapak-bapak paruh baya dengan cangkul di pundaknya, Pak Ratmo, pemilik saung tempat Raja sekarang. Raja memang sering mengunjungi tempat ini, hanya sekedar merenung, atau terkadang membantu Pak Ratmo membajak sawah atau bantuan lainnya. Sehingga tidak aneh jika Pak Ratmo dan warga kampung sekitar kenal dekat dengan Raja.

"Engga Pak. Raja lagi belum mau pulang." Serunya sebari membenarkan posisi duduknya.

"Loh, udah maghrib lo Nak." Seru Pak Ratmo sebari menaruh cangkulnya di tanah dan berjalan duduk tepat disisi saung. "Atau mau ikut bapak pulang?"

"Engga Pak makasih. Raja masih betah disini. Hehe.." Seru Raja dengan sedikit senyumnya yang dipaksakan."Kalo Raja udah bosen juga, Raja pulang kok."

"Yaudah, terserah nak Raja aja. Tapi kalo mau pulang, mampir ke rumah dulu ya." Perintah Pak Ratmo sebari mengangkat cangkulnya kembali dan beranjak pergi dari saung.

"Siap Pak. Makasih." Seru Raja yang melihat Pak Ratmo beranjak pulang.



***

"Zuhra. Woyy!!" Teriak seorang cowok yang berdiri di depan pintu kamar Zuhra, sebari mengetuk-ngetuk kasar pintu kamar Zuhra."Itu makan udah siap. Dipanggil Mama. Ayoo makan."

"Iya iya, bentar aihh." Balas Zuhra sebari beranjak dari kasurnya dan menutup novel yang baru ia baca. Diambilnya tali rambut di meja di samping meja.

"Cepett. Gue udah laper." Teriaknya lagi.

"Iya iya." Zuhra membuka pintu kamarnya, mengikat rambutnya, berjalan cuek tanpa melihat kakaknya di depan pintu,

"Dasar gendut, ngga bisa nahan lapar. Aku kan di kamar bentar, pake teriak teriak." Lanjut Zuhra yang melangkah menuruni tangga yang diikuti kakaknya.

"Kamu itu anak cewek, anak cewek kalo maghrib itu bukan di kamar mainan hp. Anak cewek itu harusnya bantu mama di dapur, bukan terima makan aja."Balas kakaknya nyolot.

"Siapa juga yang mainan hp? Orang aku lagi baca novel." Seru Zuhra kesal sebari berjalan menuju mamanya yang sedang mengambil piring di rak.

"Baca novel mulu. Kapan belajar masak buat suami lo besok?"

Zuhra terdiam.

"Ngga bisa jawabkan? Haha.." Ucap Bimo dengan tawa penuh kemenangan, sebari duduk tepat disamping papahnya, yang sejak tadi geleng-geleng kepala.

"Orang aku udah bisa masak. Seenggaknya aku ngga akan dapet suami kayak kakak yang doyan makan. Bisa repot aku masaknya." Ejek Zuhra meletakan piring piring diatas meja makannya.



Selesai makan malam, Zuhra segera berlari menuju kamarnya, sesampainya di kamar ponselnya berdering pertanda sebuah SMS masuk. Diambilnya ponselnya di atas kasurnya. Sebuah nama tertera dilayarnya.

1 pesan masuk

Althan

Segera Zuhra buka pesan itu.

About DelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang