B-Marah

112 6 0
                                    

Bau parfum khas lelaki, mengisi penjuru kamar Arya. Setelah mengenakan kaos dan hoodie-nya, Arya menyemprotkan parfum tersebut dan mengoleskan pomade pada rambut bagian depannya yang sudah cukup panjang atau bisa dikatakan jambul. Diambilnya kunci mobil dan ponsel yang ia letakkan di atas kasur. Ia menghiraukan getaran yang tak lain berasal dari ponselnya akibat terlalu banyak notifikasi yang entah dari siapa.

Dengan langkah cepat, Arya menuruni dua anak tangga sekaligus. "Ma, Pa, Arya keluar bentar." tanpa menoleh sedikit pun, ia langsung melangkahkan kaki ke pintu yang berada lurus di depannya itu.

Salma dan Syarif, orang tua Arya, sudah biasa menemui pemandangan tersebut. Arya yang selalu cuek dan selalu bepergian saat malam hari, mereka sudah biasa menghadapi perilaku anak terakhirnya itu. Walaupun Salma selalu melarang Arya, tetapi ia punya beribu cara untuk tetap keluar di saat ia mau. Salah satu contohnya saat minggu lalu, Arya membuka pintu belakang rumah mereka dengan kunci cadangan yang ia gandakan sendiri.

"Arya, lo mau kemana?" Arina, kakak perempuan satu-satunya, meneriaki Arya saat ia hendak menuju garasi.

Dengan tidak ada niatan untuk menoleh sedikitpun, ia akhirnya menjawab pertanyaan kakaknya, "ke tempat biasa. Napa?"

Arina menggeleng pelan, ada ketidak yakinan yang menyelebunginya. Sebenarnya, ia akan menyuruh Arya untuk membelikannya sesuatu, tapi Arina ragu-ragu.

"Eh, Arya!" Arya yang baru saja masuk mobil, dihalangi kembali oleh suara Arina yang kali ini cukup menganggu indra pendengarannya, "apaan lagi, sih! Ganggu mulu kerjaan lo!" Arya mendelik sebal melihat Arina yang berjalan mendekatinya. Usia boleh lebih tua, tetapi kelakuan Arina, kadang tidak mencerminkan semua itu.

Arina memutar bola matanya, berpikir kembali akankah mengatakan hal yang sudah ia pikirkan aku mengurungnya rapat-rapat, "umm, gak jadi, deh," balasnya dengan cekikikan. Adiknya itu, memang sulit ditebak. Kadang baik, kadang jahat, dan kadang tanpa ekspresi. Tapi Arina mengakui, Arya merupakan salah satu orang yang selalu melindunginya bahkan menenangkan di saat ia sedih.

"Dasar! Arina labil!" Arya menutup pintu mobilnya dengan kencang, sampai-sampai membuat Arina terkejut. Suara deru mobil lantas mengisi garasi yang cukup untuk dua mobil itu. Asap mengepul, juga turut menghiasi, membuat Arina terbatuk-batuk karenanya.

"Uh! Adik kurang ajar!" teriak Arina di saat mobil Arya sudah tak terlihat oleh mata.

×××××××

".....itu beberapa refrensi lagu yang sekarang lagi nge-hitz. Buat kalian yang mau request lagu kesukaan masing-masing, silahkan mention di twitter kami, di add triple a radio. Kita tunggu ya! Nah, sekarang, gue sama yu--"

"Ah! Kebanyakan bacot, lagu kagak main-main." Arya mematikan radio dengan kesal. Cukup sudah, tugas membuatnya darah tinggi karena saking banyaknya, itu pun belum ia kerjakan, bahkan ia lirik.

Arya memutar kemudinya ke kiri saat ia berada di depan tujuannya. Angin malam yang menusuk pori-pori langsung menyambutnya, saat ia membuka pintu mobil. Angin malam yang sungguh membuatnya takluk. Hanya dengan ini, ia dapat menenangkan pikiran dan hatinya yang kadang tidak sependapat. Ia lantas menaiki anak tangga bangunan yang terbengkalai. Dan anak tangga terakhir dari bangunan tersebut, berhasil dipijaknya.

Suasana rooftop bangunan tersebut, tidak terlalu sepi. Ada beberapa orang yang sedang berkumpul dengan membawa camilan, ada juga yang hanya berduaan. Di sana, tidak ada penerangan, kecuali kiriman dari bulan dan lampu-lampu di sekitarnya. Ini yang disukai Arya, suasana malam yang gelap dan semilir angin yang membawa masalahnya pergi.

Saat akan duduk di salah satu kursi, ia menemukan sebuah snapback yang hampir terbawa angin. Arya segera mengambil topi tersebut dan menyelidikinya. "N?" batin Arya sembari memandangi huruf ke-14 yang berada di muka topi tersebut.

"Sengaja banget ditinggal atau apa, sih?" ia masih menatap topi dengan warna hitam, biru, dan aksen tribal di sekililing topi. Sedetik kemudian, ia memutuskan untuk membawanya pulang dan membiarkan si pemilik menyesal karena meninggalkan topi yang menurutnya bagus.

|||||||

VOTE dan COMMENT nya mana, nih??
Ditunggu, yaa ;)

Saat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang