Di repost :v kepotong setengah
Typo? Gak sengaja itu :v
Vote & Comment yaa|||||||
Terik matahari mulai menyengat di atas kepala, mengingat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Ini juga bertepatan dengan jadwal istirahat di SMA Mandiri. Tak ingin menyia-nyiakan, Arya memanfaatkannya untuk bermain basket. Ketiga sahabatnya juga ikut, sehingga mereka memutuskan untuk two on two. Arya, Iko satu tim, Deva, Aldi, satu tim.
Mereka bermain selama lima belas menit, sampai pada akhirnya, Arya menyudahi dengan alasan haus dan perutnya mendadak minta diisi.
"Ah, Aldi mainnya cupu! Ogah gue sama lo." Deva mendorong badan Aldi dari samping, hingga kaki tegapnya tidak mampu menahan.
"Lo juga cupu! Masa gak bisa masukin bola, padahal udah deket sama ring." Aldi menyentil telinga Deva dan mereka saling beradu mulut. Untuk masalah ejek-mengejek, Aldi sering kewalahan menahan emosi dan Deva sebagai pemancing masalah, sering menjadi korban.
"Eh, adik, iya kamu." tiba-tiba saja, Arya menunjuk adik kelas perempuan yang tengah membawa makanan di tangannya. Mereka sudah berada di depan kantin.
"I-iya, Kak, ada apa?" Viona, adik kelas tersebut, menghampiri Arya dengan segala keberaniannya. Hatinya harap-harap cemas, semoga orang di depannya itu tidak berbuat macam-macam.
"Lo dicariin Kak Deva, tuh. Asal lo tau aja, dia nyimpen foto-foto lo di hp-nya," ucap Arya dengan tersenyum jahil dan melirik Deva yang tengah terperangah dalam kebingungan.
"Anjir! Arya ngibul. Apaan, sih, lo?" Deva berusaha melepaskan cengkraman Aldi karena ia sudah siap untuk menerkam Arya, tapi dengan sigap Aldi menahannya.
"Iya, Dek, kamu disukai Deva," timpal Aldi dengan tawa yang tidak dapat ditahan lagi.
Viona malu, tak mau ambil pusing, ia memutuskan pergi sebelum keempat cowok itu menggodanya lebih jauh. Iko yang semula diam, juga ikut tertawa. Deva benar-benar kesal dan saat itu juga, ia akan menyusun strategi membalaskan dendam kesumat.
Aldi melepaskan jemarinya yang mencekal tangan Deva. Mereka lantas duduk di salah satu bangku dekat penjual pangsit dan kulkas yang isinya minuman kemasan.
"Siapa, nih, yang mesenin makanan?" Arya melirik ketiga sahabatnya secara bergantian. Tak ada balasan, selain kedikan bahu dari Iko.
"Deva-Deva, giliran lo, Dev." Aldi menyikut sahabatnya yang duduk sekursi dengannya.
Deva mengerutkan dahi, saat mendengar namanya dipanggil. Perasaan, baru kemarin, ia melakukan rutinitas yang sudah dilakoni dua tahun belakangan ini, tapi mengapa ia lagi? Ada yang tidak beres, "kagak! Kemaren, gue udah. Enak aja lo kalo ngomong." Deva menyentil telinga Aldi, terjadilah adu mulut dan sentil-menyentil di antara mereka.
"Woy! Berantem mulu, sih, lo! Gue inget, sekarang gilirannya siapa. Gilirannya orang yang baru jadian, sekalian traktiran gitu." Arya menyeringai sembari menatap Aldi penuh kemenangan.
"Ah! Bener, tuh. Yee, gue hemat tujuh ribu hari ini. Terima kasih, Aldi." Iko tersenyum lebar dengan memasukkan kembali, uang sepuluh ribu yang ia genggam.
"Yee, terima kasih, Aldi. Gue juga hemat tujuh ribu" ucap Deva yang juga mengikuti kata-kata Iko. Tak ada pilihan, Aldi kalah kali ini. Uh, ia menyesal memberi tahu ketiga sahabatnya tentang status pacaran yang ia buat kemarin.
Sembari menunggu Aldi memesan makanan, Arya menceritakan aksi teror yang menimpanya kemarin, mungkin saja mereka bisa membantu atau tahu itu nomor siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Senja
Teen FictionNadia suka sore, sedangkan Arya suka malam Nadia suka sepi, sedangkan Arya suka keramaian Nadia suka pedesaan, sedangkan Arya suka perkotaan Nadia suka makan sayur, sedangkan Arya suka makanan instan Nadia suka membaca, sedangkan Arya suka mendengar...