E-The Night

62 6 1
                                    

VOTE VOTE VOTE
COMMENT COMMENT COMMENT

Maaf kalo ada typo-typoan. Gak sengaja itu :v


|||||||

Matahari terbenam dengan indahnya bahkan beberapa bintang, ikut menyinari bumi setelah hari-hari sebelumnya, tidak ada bintang yang berkelap-kelip. Namun kesempatan ini, tidak membuat Nadia tergiur untuk mengambil foto atau melihat pemandangan. Ia hanya memikirkan cowok bernama Arya yang membuat hidupnya terpuruk bahkan saat mereka tidak bertemu.

"Nadia, bukain pintunya, dong." suara ketukan yang diiringi teriakan, membuat Nadia beranjak dari kasurnya.

"Kenapa, Kak?" tanyanya dengan membukakan pintu untuk Zidan. Dan tanpa dikomando, Zidan berhasil mendarat di kasur empuk Nadia.

"Seperti biasa, tugas di malam hari yang cerah ini." Zidan meletakkan sebuah map yang berisi tumpukan kertas dengan karya ilmiah di dalamnya.

Nadia menggigit bibir bawahnya, ia dilanda kebingungan antara memilih Arya atau Kak Zidan, topi atau traktiran. "Kak, kayanya hari ini gak bisa ngetik dulu, deh. Aku ada urusan sama temen." Nadia menatap map transparan berwarna merah tersebut. Biasanya, Nadia membantu Zidan mengetikkan tugas kuliahnya, saat ia tidak ada kerjaan. Dan sebagai imbalannya, Nadia akan dibelikan baju atau makanan, saat mereka jalan-jalan ke mall.

"Urusan? Tumben malem-malem. Sama siapa? Di mana?" Zidan yang tadinya tidur terlentang, kini duduk bersila menghadap Nadia.

Nadia benar-benar bingung harus jawab apa, terutama pada pertanyaan "sama siapa?" Nadia terpaksa berbohong, kali ini saja. "Sama Devi, temen home schooling aku. Tempatnya di ... di cafe Otinno," jawab Nadia dengan menyengir, memerlihatkan gigi-giginya.

"Jam berapa?"

"Jam setengah tujuh, Kak."

Zidan menatap jam dinding lingkaran berwarna putih dengan aksen bunga-bunga yang berada di atas pintu, "sekarang udah jam setengah tujuh, Naaad!" ia menggoncang-goncangkan pundak Nadia dengan gemas. Sedangkan Nadia, ia hanya menunjukkan fake smile-nya.

"Udah tau, Kak." entah mengapa, ia sangat malas bertemu dengan Arya, tapi karena topi itu yang menjadi taruhannya, ia harus berpikir dua kali untuk menolak bertemu dengan Arya.

"Terus nunggu apa? Cepet ganti, Kakak anter ke sana." Zidan mendorong badan Nadia ke lemari, lalu keluar dan berencana memersiapkan mobilnya.

Setelah beberapa menit, Nadia berhasil mengganti pakaiannya dengan sweater dan jeans panjang. Zidan juga sudah berada di dalam mobil. Jarak rumah Nadia dari cafe, tidak jauh. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit.

"Nad, temen kamu anak dugem? Tapi Kakak nggak percaya, sih, anak home schooling tau tempat kaya gitu." Zidan tersenyum membayangkannya. Cafe Otinno terkenal dengan minuman-minuman yang tidak biasa dan sering menyuguhkan lagu-lagu edm yang membuat beberapa pengunjung tak segan untuk menari di tengah-tengah pengunjung.

"Dugem? Kak, mending kita pulang aja, deh." raut muka Nadia berubah, yang semula biasa-biasa saja, kini mulai panik. Arya benar-benar memersulitnya.

"Eh, kenapa minta pulang? Ada yang gak beres, nih. Kamu nggak lagi bohong 'kan sama Kakak." Zidan mengerutkan dahinya. Lagipula, Nadia tidak biasa pergi ke tempat-tempat seperti itu.

"Enggak, kok. Yaudah, deh, lanjut aja." Nadia menunjuk jalan di depannya dengan ragu-ragu. Lampu jalan yang berjajar di tepi, membuat suasana malam menjadi lebih ramai, terutama saat berhenti di lampu lalu lintas, banyak pengamen yang memetik gitarnya dengan membawa plastik untuk diisikan uang.

Saat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang