LG'N___ Prilly "8"

10.4K 1.1K 50
                                    

Terhitung genap 24 jam setelah aku kembali. Kembali ke dunia nyata, di mana seharusnya aku tinggal. Wajah marah Om Kevin menyambutku saat aku membuka mata, hampir saja aku di jitaknya kalau saja dokter tidak segera bertindak.

Saat itu, aku meringis, selain karena nyeri di kepalaku, tapi juga merasa sangat bersalah melihat penampilan Om Kevin yang terlihat lelah. Pasti dia sangat mengkhawatirkanku.

"Berapa hari aku nggak sadar Om?"

"Yang jelas, sehari lagi kamu nggak bangun, Om bakal guyur kamu pakai air kulkas!" Eww, sadis!

Aku meraba-raba kepalaku yang terasa lebih besar karena adanya perban di sana, sambil mengingat-ingat kejadian terakhir yang sudah aku alami. Sebenarnya juga percuma, karena saat itu mataku di tutup dan hanya bisa mendengar khasak khusuk dua laki-laki anak buah Cerry yang dia tugaskan membawaku sejauh mungkin.

Bunyi sirine polisi yang membuat dua orang itu mengumpat-ngumpat, juga membangunkan sisi pemberontakku. Meski dengan kaki tangan terikat, aku bergerak seperti cacing kepanasan mengganggu orang yang ada di bangku depanku, sepertinya itu kursi kemudi karena mobil langsung oleng.

BAM! Syukurlah, badanku terpelanting menghantam bagian samping mobil, kepalaku langsung nyeri, tapi aku tahu mobil berhenti, alhamdulillah. Kemungkinan aku selamat, dan benar terjadi sekarang. Hehe.

"Dokter, kayaknya kepala keponakan saya geser. Lihat itu dia ketawa-ketawa sendiri."

Dokter hanya terkekeh sambil geleng-geleng. Om Kevin masih mengernyit ngeri melihatku semakin tersenyum lebar ke arahnya. Dia masih saja marah-marah sejak kemarin. Tidak lama, Dokter selesai melakukan tugasnya dan pergi dari kamar inapku, beserta Om Kevin karena peraturan rumah sakit yang melarang ada keluarga pasien di dalam ruangan pada jam ini.

Kesempatan ini dipakai Om Kevin untuk pulang, mandi. Aku memintanya untuk istirahat saja di rumah, tidak perlu terburu-buru ke sini lagi. Aku juga bilang kasihan sama Kak Elena ditinggal terus, tapi malah aku ingin dicekiknya. Dia memang ajaib.

***

Aku mendengar suaranya, tidak salah lagi. Orang yang baru saja menyebut "Bang Kevin" barusan itu Ali. Perasaan rindu langsung mengusikku, aku ingin bertemu dengannya. Apa dia baik-baik saja? Apa Cerry menyakitinya juga? Semoga tidak.

Aku menatap pintu putih di sudut ruangan. Kenapa tidak kunjung terbuka? Lama sekali dia masuk ke sininya, atau jangan-jangan Om Kevin melarangnya. Ah, tidak mungkin, Om Kevin 'kan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku ngeri sendiri membayangkan jika saja Om Kevin tahu alasan Cerry menyakitiku adalah Ali. Pasti Ali sudah babak belur.

Setelah sekian tahun aku pergi dari hidupnya, semua masih terasa sama. Rasanya aksi menghilangku selama lima tahun, tidak berguna. Pertama, aku masih sangat mencintainya. Kedua, Ali sepertinya juga mencintaiku. Hehe. Ketiga, masih ada Cerry di sekitar kami.

Wanita itu, masih sangat terobsesi dengan seorang Ali. Dia rela melakukan apapun, bahkan jika perlu dia akan menyingkirkan siapapun yang menghalanginya mendapatkan Ali. Apa, selama lima tahun ini Cerry selalu ada di dekat Ali? Ouch, tiba-tiba dadaku sakit.

Suara pintu terbuka membuatku mengalahkan tatapanku ke sana. Penampilannya tidak jauh beda dengan Om Kevin kemarin. Perlahan dia berjalan mendekat, matanya terus menatapku tanpa berkedip, seolah jika dia melakukannya aku akan hilang dari hadapannya. Om Kevin tidak terlihat, ke mana dia?

Tangannya terulur, menyentuh perban di dahiku lembut. "Apa Sakit?"

Pertanyaan bodoh, jelas saja sakit, kalau tidak sakit nggak perlu diperban. Raut wajahnya yang menyesal membuatku tidak tega, tapi belum sempat aku mengucapkan sesuatu dia berbicara lagi.

Li Gangster NEO (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang