LG'N___Ali #10#

6.9K 881 56
                                    

"Bagaimana keadaan Anda?"

"Dokter macam apa lo itu? Seharusnya lo yang lebih tau keadaan gue. Dasar bego! Nggak becus!"

Prilly dengan muka datar-datar saja mendengar cacian Cerry. Aku salut dengan ketenangan yang dia miliki untuk mengahadapi orang yang pernah menculiknya, bahkan hampir membunuhnya. Berbanding terbalik dengan sikapku yang was-was. Dari jarak sekitar dua meter, tidak bisa lebih dekat karena diplototin Prilly, aku berdiri gusar, khawatir Cerry akan berbuat nekat untuk menyakiti Prilly lagi.

"Dari cara bicara Anda, saya bisa simpulkan Anda baik-baik saja," ujar Prilly sambil tersenyum, "biar lebih pasti, saya periksa dulu."

"NO!" Teriakan Cerry membuat Prilly yang sudah maju mundur kembali. Kulihat Dilla komat-kamit di belakang Prilly sambil memegang dadanya.

"Jangan sentuh gue. Gue nggak mau diperiksa sama lo! Pergi!" teriak Cerry, histeris.

"Tapi Nona Cerry, saya... "

"DIAM! PERGI!! "

"Dengarkan. Saya Dokter di sini, saya profesional. Percayalah, saya hanya mencoba membantu. Sekarang, saya harus periksa keadaan...."

Tiba-tiba Dilla berteriak menarik Prilly menjauh dari bilik Cerry. Ridwan yang sejak tadi berdiri di belakang bergerak maju melindungi kedua perempuan itu. Melihat itu semua aku berlari mendekati mereka dan saat itulah aku melihat Cerry yang sedang mengacungkan pisau.  Bangsat.

"Jangan macam-macam lo Cerr!!"

Cerry menutup mulutnya dengan kedua tangan, berlagak terkejut. Sinting. Harusnya udah aku singkirin dari dulu perempuan ini. Ah, tapi aku kan anti menyakiti perempuan, meskipun perempuan itu se-bedebah dia yang ada di depanku ini. Well, aku pernah menamparnya sekali, sungguh aku sedang dikuasai amarah waktu itu, jadi aku lupa diri. Namun, sebenarnya aku tidak menyesal-menyesal banget waktu itu.

"Ali sayang?" Cerry masih berlagak terkejut. "Lo di sini? jengukin gue ya?"

Aku mendengus, melirik Prilly yang sudah di belakang punggungku. "Jangan mimpi!"

"Gue nggak lagi tidur Ali sayang, jadi gue nggak mungkin mimpi. Lo ada di sini itu nyata," jawabnya. Tangannya dengan santai mencabut selang infus yang menancap di punggung tangannya.

Prilly cekikian di punggungku. "Cerry lebih pinter daripada kamu Li, hihi."

Lihat dia, dalam keadaan seperti ini masih saja sempat meledekku. Belum pernah merasakan tajamnya pisau sih. Aku nih, pisau, celurit bahkan peluru sudah pernah mencium salah satu bagian tubuhku. Rasanya perih, seperih saat dia pergi menghilang selama lima tahun.

"Dokter Ge, ada yang bisa kami bantu?"

Seorang satpam baru saja datang, entah siapa yang memanggilnya. Tatapan satpam itu terkejut saat melihat Cerry menatapnya tajam dan pisau masih dalam genggamannya.

"Apa Nona ini sakit jiwa, Dok?" tanya satpam yang bernama Supri itu.

"Tidak."

"Iya."

Aku dan Prilly saling bertatapan sinis. Dia memicing menatapku tidak terima. "Aku yang dokter, kenapa kamu ikutan jawab. Lagian Cerry itu nggak gila, dia waras!"

Aku tidak terima. "Kalau dia waras, kamu yang gila karena ngira dia waras," kataku sambil melotot, alhasil Prilly ikutan melotot.

"Kamu ngatain aku gila, huh?"

"Pilihannya cuma dua," jawabku sambil mengacungkan dua jari, "dia yang gila atau kamu yang gila. Tinggal pilih, kamu mau yang mana?"

"Aku nggak gila dan Cerry juga nggak gila."

"Permisi, bisa nggak debat cagilnya dilanjutkan kapan-kapan?" Dilla berbicara di samping kami sambil melambai-lambai minta perhatian.

"Cagil apaan Mbak Dilla?" Satpam Supri bertanya dengan kening berkerut-kerut. Di sampingku yang lain, Ridwan sudah nampak frustasi.

"Calon gila Pak Pri, masak gitu aja nggak tahu?"

Satpam Supri ber-oh panjang, disambut gelak tawa keluarga pasien dan juga pasien yang sejak tadi menonton.

"Sudah selesai drama kalian?"

Perhatian kami kembali pada sosok Cerry yang sedang melipat tangan di dada. Ekspresinya datar tidak menjijikan seperti tadi. Setelah beberapa menit dalam keheningan, Cerry menghela napas panjang, kemudian memberi kode pada pengawal-pengawalnya.

Prilly dan Dilla beringsut kembali ke belakangku saat Cerry bergerak maju. Ridwan sudah berdiri tegap menanti hal nekat apa yang akan dilakukan Cerry.

"Lo lihat ini Li?" Cerry mengangkat tangannya, menunjukkan bekas infus yang masih mengeluarkan darah. "Rasanya tidak jauh lebih sakit dibanding saat melihat lo melawan gue, orang yang cinta sama lo, buat ngelindungin orang lain."

"Orang lain yang lo maksut itu orang yang gue cintai."

"Kenapa lo nggak bisa cinta sama gue?"

"Karena cinta gue bukan buat lo."

Ini kali pertama aku dan Cerry membicarakan soal cinta, soal perasaan kami masing-masing. Aku tahu dia suka sama aku. Aku tahu tanpa harus mendengarnya langsung dari mulutnya. Begitu juga dengan Cerry, tanpa harus aku mengatakannya dia tahu aku mencintai siapa.

"Apa karena ada dia?" tanyanya dengan suara rendah. Aku menggeleng.

"Akan gue habisi dia kalau dia menghalangi kita bisa bersama."

Pisau di tangannya teracung kembali. Membuat orang-orang menjerit panik. Prilly sendiri berdiri tenang di belakangku.

Menggunakan jariku, aku menurunkan pisaunya. "Alasannya bukan karena Prilly. Alasannya karena cinta gue bukan buat lo, meskipun dulu gue nggak pernah kenal Prilly dan cuma kenal sama lo, cinta gue tetap bukan buat lo."

Cerry bungkam. Dia menangis dalam diam, kemudian melenggang keluar UGD diikuti pengawal-pengawalnya. Akhirnya drama ini selesai. Aku berharap setelah ini Cerry mengerti kalau cinta tidak bisa dipaksakan. Hati tidak pernah mengatakan pada siapa, di mana, dan kapan dia akan jatuh. Aku udah kelihatan puitis belum? Itu semua hasil dari temenan sama Mbah google.

"Patah hati deh Mbaknya tadi." Itu Satpam Supri.

"Lo kesambet apaan Mr. li?" Itu Ridwan.

"Ya'ampun Li, muka lo datar, tapi kata-kata lo bisa bikin wanita glepar-glepar." Itu Dilla.

"Kamu cinta sama aku?" Itu Prilly.

"Pertanyaan macam apa itu?" Jelas-jelas tadi aku sudah mengatakan kalau aku cinta sama dia.

"Kamu cinta sama aku?"

Kuraih tangannya yang kecil tapi hangat. "Sangat."

"Sangat apa?"

"Sangat cinta."

"Sangat cinta siapa?"

"Prilly."

"Apa?"

"Aku cinta sama kamu, Prill. Sangat cinta."

Prilly senyum-senyum. Lalu? Pergi.

"Lhoh, Prill. Kok nggak dibalas. Curang!"

***

Siapa yang kangen akuuuuuuu???????
😀😀😀😀😀

Ty ❤

Li Gangster NEO (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang