LG'N___ Prilly "5"

12.2K 1.2K 36
                                    

Masih pagi, aku baru bangun tidur, belum cuci muka apalagi mandi. Nyawa masih belum terkumpul seratus persen saat membukakan pintu untuk tamu di pagi hari.

Sesosok laki-laki berpakaian rapi lengkap dengan senyum dewa menenteng kantong kresek berdiri dengan gagah di depan pintu apartemenku dan sekarang, dia sedang sibuk di dapurku membuat teh tubruk.

Bikin teh tubruk aja riweh banget, kaku banget, berantakan banget, keliatan banget kan jarang kedapurnya, sok-sokan segala.

Eh wait-wait ... masalahnya bukan pada dia yang riweh bikin teh, tapi masalahnya bagaimana dia bisa ada di sini, di dalam apartemenku.

Aku tadi kesambet apa saat mengizinkannya masuk? Ya'ampun aku mulai nggak waras, atau emang seperti ini keinginan alam bawah sadarku yang sebenernya?

Kenapa seperti ini? Di saat logikaku berusaha keras menyuruhku menjauhinya, menolak kehadirannya, bahkan berteriak menyuruhku mengusirnya dari dalam apartemenku sekarang juga, di saat itu pula hatiku merasakan kenyamanan atas keberadaannya dan di sudut hatiku paling dalam mengatakan aku bahagia dengan adanya dia di sini.

"Nih ... teh tubruk istimewa untuk orang yang istimewa." Suaranya yang begitu dekat membuatku mengerjap, sejak kapan dia duduk di depanku.

Kami sedang duduk di pantri dapur, di apartemenku tidak ada meja makan. Meja pantri inilah yang biasa kugunakan untuk tempat makan.

"Istimewa?" tanyaku, sebisa mungkin aku menjaga nada suaraku biasa.

"Yes. Isstimewaa ... hah hah, hahaha," jawabnya bersemangat, menirukan jargon salah satu girlband Indonesia lengkap dengan gaya centilnya.

Sungguh, aku tidak bisa menahan tawaku. Ya ampunn sejak kapan Ali jadi begini. Ali yang kukenal dulu adalah Ali yang kaku tapi ... tapi manis, eh.

"Dasar Gila," ucapku setelah tawaku mulai mereda.

Ali tersenyum lebar. "Aku memang gila, gila karena cinta," katanya, kedua alisnya naik turun membuatku geleng-geleng heran, pipiku keram.

"Astaghfirrllaaahhhh." Aku menarik napas dalam untuk menghentikan tawaku, aku harus bisa mengontrol perasaanku.

"Kamu cantik sekali kalau tertawa," ucapnya membuatku merasakan hawa panas di sekitar pipiku, "apalagi kalau blushing seperti itu."

Hassemm, dia meledekku.

Aku mendengar dia terkekeh. "Sudah, sekarang waktunya makan. Makanlah, habiskan sarapanmu. Nanti saja kalau kamu mau malu-malu."

"Aaww."

Dia berteriak saat aku melemparinya dengan sendok teh. Dia menyebalkan, sangat menyebalkan. Aku menatapnya tajam, tapi dia tidak peduli, dia sibuk membersihkan jasnya yang sedikit basah terkena air teh.

"Ck. Jadi basah 'kan Prill," gerutunya.

"Bodo, rasain!"

"Kalau gini caranya aku bisa jadi tambah manis, bisa kalah saing tu gula tebu." Ya Tuhan ampuni aku.

Aku mendengus, bisa ikut gila kalau terus bicara dengannya. Aku meraih bubur ayam pemberiannya dan memakannya, hmm ... enak, lumayan.

"Di mana kamu membelinya?"

"Hah?" Dia mendongak mendengar pertanyaanku, aku mengacungkan satu sendok bubur yang kumakan.
"Ohh. Kenapa? Enak? Kamu suka? Kalau kamu suka akan aku belikan tiap hari."

Heh?

Aku menggeleng. "Nggak usah! Kamu nggak perlu seperti ini lagi." Nafsu makanku hilang, kesadaranku mulai kembali!

Li Gangster NEO (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang