Night at the Mountain

406 45 4
                                    

          Setelah melewati perbincangan panjang dengan Gerry yang mengajakku untuk pergi, aku pun menyerah dan memutuskan untuk ikut dengan mereka.

          "Hei hei! Tadi kau bilang hanya berkeliling dan tidak turun mobil. Tapi kenapa kita berhenti" protesku pada Gerry yang memerintahkan Valero untuk menghentikan mobil. Sekarang kami ada di tengah hutan pinus, jarak ke puncak gunung sudah dekat.

          "Kenapa? Kau takut, huh?" ujar Gerry dengan nada meremehkan.

          "Bukan begitu, hanya saja..." aku berusaha mengelak. Jujur saja aku takut.

          "Sudahlah, aku bukan melanggar perjanjian kita tadi, hanya saja, kita akan menghemat bahan bakar. Lagi pula puncak gunung sudah dekat. Berjalan sajalah," bujuk Gerry.

          Aku tidak mau terlihat seperti kucing pengecut, lagi pula aku tidak punya pilihan lain. Hanya dua pilihan. Pertama, ikut mereka berjalan ke puncak. Atau kedua, aku tinggal sendiri di mobil. Tentu aku pilih opsi pertama.

          Setelah itu, aku mulai mengekor di belakang Gerry. Dan untuk kau ketahui, kami tinggal di kota kecil bagian utara benua Amerika. Jadi, udara di sini cukup untuk membentuk embun saat kau menghembuskan nafas.

          "Kau pacarnya Alice bukan?" tanya Sammy yang tengah berjalan di depanku.

          "Tidak, kami hanya berteman," sahutku.

          "Sudah mengakulah, kau menyukainya bukan?" Gerry berusaha menggodaku. Dasar sialan.

          "Tentu tidak,"

          Mereka pun mulai tertawa. Aku yang menjadi topik pembicaraan mereka hanya bisa diam. Biar saja mereka tertawa.

          Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang mendekat. Perasaanku mulai tak enak. Gerry pun sepertinya merasakannya juga, mereka sekarang sudah berhenti tertawa. Kami berhenti berjalan dan menatap sekitar dengan waspada. Yang aku takutkan dari hutan ini adalah hewan buas yang sering orang-orang bicarakan.

          "Apa itu?" ujarku saat melihat seperti ada gerakan di sebelah kanan kami.

          "Siapa disana?" ujar Valero setengah berteriak.

          Setelah itu, kami semua tertegun. Sekujur tubuhku seperti membeku. Dingin dan kaku. Kami semua melihat sepasang mata merah yang menyembul dari balik dahan pinus di depan kami.

          Apa pun itu, dia semakin dekat dan semakin mendekat. Kami mulai mundur selangkah.

          Grrrr..

          Suara geraman dari makhluk di depan kami ini, membuat kami sadar satu hal yang seharusnya kami lakukan sedari tadi.

          Lari...

***

          Kami lari dan berlari, entah sejak kapan kami terpencar. Aku terus berlari menuruni gunung.

          "Kemana mereka, sudah selamat atau jutru sudah tertangkap?" batinku bertanya-tanya. Menurutku makhluk itu tadi adalah beruang atau mungkin macan tutul. Entahlah, yang jelas aku harus lari menyelamatkan diri, lalu segera melapor ke polisi bahwa teman-temanku hilang.

          Tiba-tiba, sesuatu dari arah kiriku datang dengan cepat. Dia berlari dengan keempat kakinya. Lalu secepat kilat dia menerkamku.

          Anehnya dia tidak menggigit dan mulai mengunyahku. Dia justru menahan bahuku dengan kedua kaki depannya. Aku sudah terjatuh dan tersudut di sebuah pohon besar.

Eclipse : The TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang