The Truth

27 5 6
                                        

          Mereka berempat telah kewalahan menghadapi Barton. Tapi dengan sisa-sisa tenaga, mereka masih tetap mencoba menyerang.

          "Damn! We're not gonna make it." ujar Jason dengan tubuh yang telah dipenuhi luka cakaran dan gigitan. Dan kira-kira begitulah kondisi yang lain.

          Lelah, luka-luka, dengan keadaan seperti itu, tidak banyak lagi perlawanan yang mampu mereka berikan. Beberapa kali Barton melancarkan serangan, mereka hanya sanggup menghindar. Sampai akhirnya, mereka berempat roboh ditempat.

          Barton mendekati Max. "Ini dia anak manusia, yang ditinggal mati keluarganya. Tak berbeda jauh dengan Lucas nasibmu." Barton beralih ke Abner.

          "Hei bocah. Bagaimana kabar ayahmu?" Abner bingung, mengapa Barton menanyakan tentang ayahnya.

          "Ayahku? Apa maksudmu? Kau apakan dia?" Abner menduga bahwa Barton telah memerintahkan Dark Herd untuk mencelakai ayahnya.

          "Oh, tenang saja, kami tidak mengusiknya. Kami bahkan tak berani mendekatinya." jelas Barton. Abner tambah bingung. Mengapa tidak berani?

          Barton kini beralih ke Lucas (yang masih dalam bentuk manusia), "Ikat mereka!" titah Barton. Lucas mengangguk, dan segera mengikat kaki mereka berempat.

          "Bagus. Aku bangga padamu." ujar Barton pada.Lucas.

          "Hey Max," sambung Barton. "Bagaimana rasanya saat keluargamu mati? Kau ingin kebenaran? Dark Herd lah yang melakukan pembantaian itu." ujar Barton. Max yang telah babak belur itu, hanya sanggup mengamuk dalam hati, dan sisanya hanya bisa menggeram.

          "Ditinggal mati, tanpa tau apa yang terjadi,lenganmu pun terkena cakaran kami. Sakit sekali bukan masa kecilmu. Dan setiap harinya dihantui rasa dendam, perih, dan bingung. Itulah dirimu." ujar Barton tentang Max.

          "Jason Bartha. Pemuda sebatang kara yang sedang berkeliling di hutan dengan sebuah kamera untuk mengambil foto. Tidak sengaja memasuki wilayahku, dan kau memotret Dark Fort. Kami menyergapmu, kau terkena beberapa cakaran dan akan dibawa ke Dark Fort, tapi digagalkan oleh tim patroli White Herd." jelas Barton, dan Jason hanya sanggup meringis ditempat.

          Barton pun melanjutkan. "Alexander Franklin. Putra seorang prajurit pemberani, Diotrefes Franklin. Dan kau dipanggil dengan nama belakang ayahmu. Kau mewarisi nama dan juga kekuatan ayahmu. Tapi kurasa kau tidak mewarisi keberanian dan kecerdasanya." lalu Barton tertawa remeh. Barton kembali melanjutkan pada Abner.

          "Dan kau, Abner Bouttien. Putra tunggal Geovanni Bouttien, ..." Barton menggantungkan kata-katanya dan memperlihatkan sedikit senyum.

          "...Putra pertama King August. Saudara kandung Gato Hertoc, atau biasa kalian panggil Chief, dan juga pewaris tahta The Great Wolf Kingdom yang asli. Lari dari White Fort dengan putranya. Merubah namanya menjadi Geovanni Bouttien. Dan jika kau ingin tahu, nama asli ayahmu itu adalah Teofilus Hertoc."

          Mendengar itu, Abner hanya sanggup terdiam. Tak mampu berkata apapun. Kebenaran tentang mereka semua telah Barton utarakan. Terlebih mengenai Abner. Barton pun melanjutkkan.

          "Dia pergi meninggalkan tahtanya, meninggalkan kehidupannya disini, dan melupakan kekuatan besarnya. Tapi, tetap saja, yang namanya takdir, akan terjadi. Putra pertama dari Putra pertama akan mewarisi tahta kerajaan, kekuatan besar akan diturunkan padanya. Tapi sepertinya kau tidak mengerti tentang ramalan ini, kalau seperti ini, maka aku tak perlu memperdulikanmu." Barton pun tertawa lepas, merasa dirinya telah menang. Lalu dia baru teringat sesuatu yang terlupakan.

Eclipse : The TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang