Hai readers!
Biar enak, chapter ini bacanya pake lagu "Imagine Dragons - Demons"
Biar lagunya masuk sih, aku saranin tau lirik lagunya dulu.
Hap-read
***
Author pov
"Apa maksudmu, Ab? Ka-kau ini bicara apa? Kau bercanda ya?" Alice sedikit tertawa kecil namun dipaksa.
Abner menggaruk kasar rambutnya yang tidak gatal.
"Aku tidak bisa kembali lagi kemari, a-aku harus pergi, Al" ujar Abner.
"A-apa yang kau katakan? Rumahmu disini? Memangnya kau mau kemana?" ujar Alice dengan suara mulai bergetar.
Abner bergeser menjauh dari Alice. Memberi sedikit jarak antara mereka.
"Aku mau kemana, itu terserah aku! Bukan urusanmu! Kau tidak punya hak mengaturku, okay!" Abner mulai menaikan nada bicaranya. Tanpa sadar, bentakan itu melukai hati Alice.
"Kau ini kenapa!?" mata Alice mulai berkaca-kaca.
"Ti-tidak, aku baik. Hanya saja, aku merasa kalau kau itu menggangguku. Kau hanya menghambatku." ujar Abner yang sudah kehabisan alasan.
Alice mulai mengeluarkan sedikit air mata. Dia menunduk dan mengusap matanya yang mulai berair.
"Sudahlah, pokoknya kau menjauh dariku,"
Abner berdiri dari sofa dan berjalan keluar melalui pintu belakang. Alice sempat diam sesaat, lalu berlari kecil untuk mengejar Abner di halaman belakang rumahnya.
Disana, Alice melihat Abner yang berdiri di tengah halaman belakang rumahnya. Badan tegap itu membelakanginya. Rambutnya mulai di tutupi oleh benda putih yang sudah berjatuhan sejak beberapa minggu lalu.
"Bukankah sudah kubilang untuk menjauh dariku," Abner berkata sambil menatap keluar, membelakangi Alice yang sudah mulai sedikit terisak di ambang pintu.
"Kenapa? Apa salahku, Ab!?" suara Alice bergetar.
Abner masih tidak melirik Alice dan tetap menatap keluar.
"Setelah orang tuaku pergi, kau yang datang dan membuat warna baru di hidupku. Dan sekarang, dengan anehnya kau mau pergi juga. Kenapa!?" ujar Alice setengah berteriak dan kembali terisak.
Abner membalik badannya dan menatap Alice. Dadanya rasakan sesak karena sudah membuat gadis itu menangis.
"A-aku tidak baik untukmu, oke? Aku ini berbahaya. Maka dari itu, sebaiknya kau menjauh," Abner menunduk.
Alice hanya diam dalam tangisnya.
"Kau itu orang terdekatku, aku tidak bisa menjauhimu, Ab." Alice berkata sambil tetap terisak.
"Dengarkan aku, a-ada sesuatu dalam diriku yang jahat, sa-sangat jahat, kau harus menjauh," ujar Abner yang kekurangan akal berkata sambil menunjuk tubuhnya. Dia seperti menunjuk makhluk baru dalam dirinya ini.
Abner kembali membalik badanya, dia menatap keluar. Tidak sanggup melihat Alice yang terisak begitu. Alice pun berjalan mendekat.
"Kau tidak boleh pergi, Ab." tangan Alice melingkar di pungggung Abner, memeluknya dari belakang.
Abner menghela nafas panjang, lalu memutar tubuhnya dan menatap Alice.
"Aku tidak bisa terus di sini. Ada sesuatu yang jahat dalam diriku. Dan kau itu baik, aku tidak bisa membiarkan hal jahat dalam diriku ini untuk melukaimu. Aku hanya ingin menyelamatkanmu," terang Abner walau Alice tetap tidak mengerti.
Alice justru semakin erat memeluk Abner. Tidak ingin harapan dalam hidupnya ini pergi.
Abner mendorong Alice menjauh dengan perlahan. Melepas pelukan Alice darinya.
"Don't get to close," ujar Abner setelah pelukan Alice terlepas darinya. Tangan Abner masih menahan kedua bahu Alice. Alice hanya menunduk sambil terus terisak.
"Sudah kukatakan bukan, argh! It's dark inside me!" Abner mengaruk kepalanya dengan geram.
"Ta-tapi?"
"Sudahlah, aku sudah bukan Abner yang kau kenal lagi. A-aku sudah berubah,"
Abner berbalik dan berjalan dengan cepat, meninggalkan Alice yang masih mematung dengan 1001 pertanyaan di kepalanya.
Alice bingung dengan Abner yang tiba-tiba menghilang kemarin. Dia bingung dengan Abner yang tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya tadi. Dia bingung dengan Abner yang bertingkah aneh dan pergi lewat pintu belakang rumahnya.
Dan yang paling dia bingung adalah, mengapa tubuh Abner begitu panas saat dia peluk tadi.
***
"Jadi? Bagaimana?" tanya Lucas yang sedang bersandar di batang pohon.
Abner hanya diam dengan wajah murung.
"Sudahlah, setidaknya kau melakukan hal yang benar. Ini demi kebaikannya juga," ujar Lucas menenangkan.
"Yah, kuharap dia berhenti memikirkanku. Sebaiknya dia mulai mencari teman baru," ujar Abner pasrah.
Lucas menepuk bahu Abner. Mereka pun menaiki gunung untuk kembali ke White Fort.
***
Maafkan aku Alice, hanya saja aku tidak ingin serigala sialan ini melukaimu. Aku menjauhimu karena aku sayang padamu. Ini demi kebaikanmu.
Kau orang yang baik dan menyenangkan, tentu bukan persoalan rumit bagimu untuk mendapat teman baru.
***
Pendek? Sorry..
Maunya panjang sih, tapi kata-katanya udah mentok gitu, mau gimana lagi.
Next chapter silahkan ditunggu.
Btw, lagu Demons itu masuk gak ama ceritanya. Kalo enggak, artinya kalian gak tau liriknya, atau mungkin kurang menghayati, atau mungkin salah di saya yang suruh pake lagu itu :D
Oh iya, thanks yah yang udah merasa terhibur dengan cerita yang terinspirasi dari hayalan aneh author mu ini.
Be Generous and Give Vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipse : The Tragedy
LobisomemBagi kalian yang suka bepergian malam hari. Hati-hatilah! Aku beritahu kalian, aku baru sekali mencoba pergi dengan teman-temanku pada malam hari. Dan akibatnya sangat mengerikan. Bahkan sekarang aku berharap bahwa aku tidak mengiyakan ajakan Gerry...