"Farel!!"
Bel istirahat baru saja berbunyi, tanpa menunggu lama lagi, Aku langsung menghampiri Farel ke mejanya."Apa?"
"Lu tau ga Rafa kemana? Udah satu minggu dia gaada kabar" tanyaku.
"Gua gatau deh Rein, tadi pagi gua coba nyamper ke rumahnya, tapi rumahnya tutupan. Ngga biasanya kayak gitu" jelasnya, yang membuatku semakin khawatir.
"Ck!! Kemana ya tuh orang? Gatau apa kalo gua khawatir?"
"Palingan juga dia ada urusan mendadak, trus dia gak sempet buat ngabarin lu" ujarnya menenangkanku.
"Ayoo ahh ke kantin! Gua laper." lanjut Farel, lalu bangkit dari kursinya.*
Setelah sampai dikantin, aku langsung mencari meja yang masih kosong.
"Mau mesen apa Rein?" tawar Farel, Sesampainya kami di salah satu meja disana.
"Lemon tea aja deh Rel. Lagi gak nafsu makan gua"
"Okee.." setelah menanggapi pesananku, Farel langsung pergi memesannya.
Aku masih memandangi ponselku, Berharap Rafa akan menghubungiku kali ini. Bayangkan!! Sudah seminggu Rafa tidak masuk sekolah dan dia menghilang tanpa kabar. Seandainya kalian diposisiku, pasti kalian sama khawatirnya denganku.
"Reinaaaaaa!!!! Reinaaaaa!!!" seorang perempuan berlari kearahku seraya berteriak memanggil namaku.
"Yuraaaa...Gausah pake teriak-teriak bisa gak sih? Gak malu apa lu diliat banyak orang?" bisikku pada Yura, perempuan yang tadi berteriak memanggil-manggil namaku.
"Lupakan harga diri untuk saat ini!! Lu udah dapet kabar belom?"
"Kabar apa?" tanyaku bingung.
"Rafa! Pacar lo!! Pindah sekolah!! dan kalo gua gasalah denger,ada yang bilang kalo Rafa juga pindah ke luar negeri. Tapi gua gatau pasti sama point ke dua" jelasnya antusias.
Pindah sekolah? Mana mungkin Rafa pindah sekolah? Hei!!! Satu bulan lagi kita udah UN. Mana bisa Rafa pindah dengan mudahnya? Kecuali kalau alasan kepindahannya benar-benar tidak bisa ditolerir lagi. Tapi alasan apa yang Rafa kasih buat mastiin sekolah nyerahin kepindahannya semudah itu?
"Pindah sekolah? Boong lu yaa? Mana mungkin Rafa pindah sedangkan sebulan lagi kita udah ngelaksanain UN? emangnya lu tau darimana info kayak begituan?"
"Kapan sih gua pernah boong sama lu Rein? Gua tau info Rafa pindah sekolah dari Bu Eno. Tapi kalo yang pindah keluar negeri gua cuma denger kata anak-anak"
Yura Aprillia. Dia sahabatku, kita sudah bersahabat kurang lebih 10 tahunan. Dan selama ini, Yura tidak pernah berbohong, lebih tepatnya dia tidak pernah bisa berbohong. Masalahnya cuma satu, jika Yura sedang berbohong, 5 detik setelahnya dia akan menangis dan meminta maaf kepada orang yang telah dibohonginya.
"Lu yakin Ra gak salah denger?" entah kenapa kali ini aku ragu untuk mempercayainya. Padahal aku tau dia bicara jujur mengenai ini.
"Yakin seyakin yakinnya orang yakin Rein!! Bu Eno yang ngomong langsung ke gua"
'Tuhan.. Ku mohon kali ini saja Yura berbohong. Kumohonnn!! Limaa..empaat.. Tiga.. Duaa.. Satuu!! Oke waktunya sekarang Raa!!' batinku mulai menghitung mundur seraya memejamkan mata dan menutup kedua telingaku dengan telapak tangan.
"Lo kenapa Rein?" tanya Yura.
'Tuhan.. Kumohon buat Yura menangis dan meminta maaf padaku. Kumohonnn!!' batinku terus memohon.
![](https://img.wattpad.com/cover/71728890-288-k225241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewind
RomanceCinta? Apakah aku masih percaya akan cinta setelah semua ini? Hmm.. Tentu TIDAK!! Aku bahkan sudah tidak pernah memikirkan untuk mempunyai hubungan dengan lelaki sekalipun. Sampai suatu hari, seseorang datang dan membuatku mempercayai lagi akan a...