Potongan #1

43 1 0
                                    

Kemarin, aku melihat kamu membaca dengan serius, aku perhatikan raut mukamu yang mendadak tegas.

Seperti biasa kamu memilih buku yang pembahasannya berat menurutku, tentang konspirasi, politik, dan tentang pembahasan yang cenderung "ke-kiri". Soal buku kita memiliki selera yang sangat berbeda. Maka tak jarang itu menjadi bahan ledekan mu, karena aku hanya suka membaca novel atau buku-buku puisi, menurut mu itu sangat payah, dan sedikit mengelikan, tapi kamu salah besar Gah, melalui novel dan puisi-puisi ini, aku berhasil menyembunyikan dengan baik perasaan ini, buktinya kamu tidak tau dan kita tetap berteman baik seperti biasanya, ya seperti biasanya.

Tiba tiba aku tertegun, untuk kesekian kalinya aku terpesona pada mu Gah, pada wajah yang menarik seluruh dunia ku.

Lalu, matamu bertemu mataku. Kamu seperti tau apa yang sedang aku fikirkan, mungkinkah kamu bisa mendengar suara hati? Apa kamu sebenarnya seorang indigo? Ah! Tidak mungkin, manusia yang kadang dingin seperti mu, jangankan bisa mendengar  suara hati seseorang, peka terhadap hal yang sudah terang-terangan saja belum tentu bisa.

Kamu tersenyum datar kepadaku seperti meledekku yang sedang riuh sendiri dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang tidak mungkin. Aku langsung saja membuang muka, agar tidak tampak jelas kegelisahan diraut wajah ku yang hampir selalu memerah jika menatap mu lama-lama.

Aku takut Gagah, kamu tau bahwa aku memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman.

Lalu, setelah seharian kamu puas membaca buku-buku yang isinya berat itu, kita kembali bersepeda menuju rumah, di dalam perjalan pulang aku masih pada fikiranku, memikirkan bagaimana caranya terus berkamuflase menjadi biasa-biasa saja di dekat mu, bagaimana caranya untuk menahan perasaan ini agar tidak meledak sewaktu-waktu.

Gagah kamu selalu menarik seluruh duniaku dan ini akan segera membuatku gila.

#Gagah #puisikita

GAGAH  dibaca KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang