Entah.

101 16 0
                                    

"Loe mau cerita apa, Sheil?"-kata Sima yang mulai mengintrogasiku.

"Loe mau nanya yang mana?"-jawabku dengan membuka beberapa pr yang lupa ku kerjakan kemarin.

"Kak Cleo, Sheil."-jawab Sima sambil menatapku serius. Entah mengapa ia menatap mataku sebegitu seriusnya. Jarang sekali Sima menanyakan hal apapun seserius ini. Kebetulan Karina dan Oci sedang berada diruang radio,karena ia memiliki jadwal untuk membimbing para junior di eksul radio.

"Gue 2hari yang lalu diantar pulang sama dia. Itu terpaksa banget. Karena Pak Asep gak bisa jemput."

"Lalu?"-kata Sima yang masih bertanya dengan nada yang mengisyaratkan bahwa masih ingin banyak tahu mengenaiku dengan Kak Cleo.

"Lalu apa? Yaudah terus gue kemarin kan balik sama Haikal. Eh di brentiin sama dia tiba-tiba. Kayak gak terima gitu. Gue gak suka."

"Ha? Serius loe?"-dengan nada tidak percaya.

"Kenapa gue harus boong sih,Sim. Jujur aja gue gak suka cara dia memperlakukan gue. Lagian gue takut digosipin deket sama dia."

"Itu yang mau gue ceritain sama loe. Kemarin gue di tanyain sama Cyntia. Taukan? Masa tiba-tiba dia nanya tentang elo gitu."

"Cyntia? Mantannya Kak Cleo? Dia nanya apa?"-jawabku hampir tidak percaya. Begitu cepat menjadi hotnews beritaku dengan Kak Cleo. Jujur saja, aku sedikit takut. Namun, aku harus tetap berusaha bahwa aku biasa saja.

"Iya. Dia nanya katanya......."

"Eh Shel, ada yang nyariin tuh depan pintu."-saut Dewi yang memotong pembicaraanku dengan Sima.

"Siapa? Ah ganggu aja. Bentar ya, Sim."-kataku kesal, sambil meninggalkan Sima yang duduk berada tepat di belakangku.

Aku segera menuju seseorang yang mencariku tadi. Ini masih sangat pagi jika aku harus dilibatkan kembali mengenai urusan-urusan yang dirasa masih bisa ditangani oleh para panitia lain tanpa bantuanku.
"Loe? Ngapain?"-tanyaku memulai pembicaraan.

"Saya ingin memberikan informasi mengenai hal-hal yang akan saya tampilkan ketika pensi nanti. Ini data-datanya. Kata Bu Reina selaku guru seni, data semuanya dikumpulkan di kamu."-jawabnya menjelaskan maksud dan tujuannya ia ke kelasku.

"Ini masih pagi banget. Gue masih males berhubungan dengan kaya gitu. Seolah-olah itu kayak hasrat gue menolak banget dengan hal begituan. Nanti aja agak siangan. Kalau enggak besok atau kapanlah"-kataku malas-malasan.

"Maaf sekali saya mengganggu kamu. Tapi bukan itu maksud saya."

"Yaudah serah loe"

"Yasudah nanti istirahat pertama saya tunggu kamu di perpustakaan untuk membicarakan masalah ini. Saya sudah menyiapkan surat dispen apabila pembicaraan kita masih belum selesai sampai istirahat selesai."

"Gue gak mau dispen. Nanti gue ulangan matematika."

"Saya tau kamu belum belajar. Daripada nilai kamu jelek, kamu saya selamatkan lewat surat dispen ini. Sekali nilai kamu turun, itu sangat mempengaruhi kedepannya. Percayalah."

"Loe tau dari mana?"

"Sebentar lagi bel berbunyi. Saya permisi dulu."-katanya sambil meninggalkan ku yang masih berada di depan pintu kelas.

Dia tau darimana kalau aku belum belajar untuk ulangan nanti? Apakah dia mempunyai indra kedelapan? Atau bagaimana? Misterius banget cowo itu.

***

Haikal : Gue di kantin sendirian. Cepetan kesini.

Handphone ku mulai bergetar. Kulihat terdapat notifikasi LINE. Dan ternyata itu dari Haikal.

Pelangi HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang