Harinya Gabriel.

65 7 0
                                    

Haikal POV

0856xxxx: pagi haikal. Udah bangun? Jangan lupa sarapan pagi ini.

DDRRTTTTT

"Kenapa dia sms-in gue terus sih?" Gumamku sambil bangun dari tidur malamku.

Waktu menunjukkan pukul 05.15 aku segera beranjak dari kasurku tanpa menghiraukan sms yang beberapa hari ini slalu memenuhi kotak masukku.

Hari ini adalah jadwal hari upacara sekolah ku. Namun,ketika aku beranjak dari kasurku terbesit sosok yang mengisi hari-hariku. Kuraih kembali handphoneku lalu kembali duduk diujung kasur.

"Halo. Mbok ini saya Haikal. Apa dia udah pulang?"

"Belom. Kemaren temannya telfon Mbok katanya dia tidak pulang" jawab penerima telfon dari jauh sana.

"Oh yaudah. Makasih ya, Mbok. Jangan bilang saya telfon Mbok"

"Iya siap, Den"

Hari ini adalah hari yang kamu tunggu-tunggu. Ini hari dimana cita-cita kamu akan tercapai. Tapi aku sama sekali tidak menginginkan moment ini. Sama sekali tidak. Maaf, aku terlalu egois.

Aku segera melempar handphoneku dan bergegas menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk sekolah

***

Langkahku terhenti didepan kelasku yang tidak jauh dari kelas Sheilla. Namun, hingga kini aku tidak menemukan batang hidung Sheilla.

Ku urungkan niatku untuk mendatangi kelasnya, karena kurasa dia butuh ketenangan dulu semenjak insiden kemarin.

"Woy, Kal. Lo ngapain disitu? Sini gabung" teriak Anwar yang merupakan temanku kelas.

Aku berjalan menuju gerombolan Anwar dan bergabung bersamanya.

"Gua lagi bingung nih" kataku sambil meletakkan tasku dimeja yang tepatnya berada dimana gerombolan Anwar berkumpul.

"Lu bingung kenapa sih? Prasaan cewe-cewe yang cantik banyak yang ngejar-ngejar elo. Masih aja bingung" jawab Anwar yang terlihat bingung denganku."Tau tuh, gakusah mikir negara. Negara udah ada yang mikir" tambah Indra yang tepat berada disebelahku.

"Bukan itu maksud gue bego" kataku sambil menoyor kepala mereka berdua yang berada dikanan dan kiriku.

"Terus apaan dong?" Hendra yang merupakan paling polos diantara gerombolanku.

"Gue bingung kenapa gue ditakdirkan ganteng" jawabku datar sambil menatap mata mereka yang sedang kebingungan karena ucapanku.

"Bego dasar" jawab Anwar sambil menoyor kepalaku."Tau bego lu. Gue kirain kenapa, ternyata gitu doang" tambah Indra yang ikut-ikut menoyor kepalaku juga. "Iyanih gue kirain kenapa" tambah lagi Hendra yang tangan nya sudah sempat ingin ikutan menoyorku, namun mataku lebih cepat membulat ke arahnya. Akhirnya, diurungkanlah niat untuk menoyorku. Maklum saja, dia penakut. Bahkan dia adalah korban bullyan gerombolan kami.

"Hehehehehe" kataku malah cengengesan. Mereka bertiga kembali membicarakan wanita-wanita idaman mereka dan aku hanya ikut mendengarkan saja tanpa ikut nimbrung. Jika menurutku aku harus bicara maka aku akan bicara,namun jika tidak? Aku hanya menjadi pendengar setia mereka saja.

Kuraih handphoneku yang berada di saku celana sebelah kiri, lalu kubuka LINE dan sedikit kuketik pesan untuk Sheilla. 'Kamu gak sekolah hari ini? Aku kangen cepetan pulang.' Namun kuhapus kembali karena menurutku terlalu alay. Kuketik kembali yang berisikan 'Nanti balik sekolah gue jemput lo.' Selesai ku ketik pesan ini tidak buru-buru ku kirim, nanti saja ketika jam istirahat pertama.

Pelangi HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang