Hari ini adalah hari dimana Papa dan Mama pulang kerumah setelah beberapa hari meninggalkan rumah karena urusan keluarga. Aku sangat senang, karena jarang sekali mereka berdua dirumah dalam jangka waktu yang lama. Kalian pasti taulah, bagaimana posisiku yang sangat merindukan kehangatan keluarga kami.
"Non, nanti mau ikut jemput Papa sama Mama tidak?"-tanya Si Mbok yang memulai pembicaraan.
"Boleh. Tapi akukan pulang sore, Mbok"-kataku sambil menyelesaikan sarapan pagiku.
"Tuan sampai sini juga malam kok,Non. Tenang aja."
"Oh, okey deh. Yaudah deh, Mbok. Aku berangkat duluan. Assalamualaikum."-sambil kuraih tangan Si Mbok untuk meminta restu.
"Walaikumsalam. Hati-hati ya, Non"
Aku segera keluar menuju mobil. Dimobil sudah ada Pak asep yang menungguku sejak tadi. Maklum aku adalah salah satu wanita yang ketika mandi membutuhkan waktu yang cukup lama.
***
Aku berjalan menuju kelasku yang berada di ujung. Waktu menunjukkan pukul 07.15. Yak! Seperti biasa, aku telat. Itulah aku dengan ketelatanku hehe.
"Sheillaa"-sapa seseorang yang tidak jauh dari dimana aku berjalan.
Sontak aku menghentikan langkahku dan menengok ke arah sumber suara tersebut. Suaranya tidak asing lagi bagiku. Benar saja dugaanku. Haikal.
"Apa?""Jam segini baru nyampek? Mulai besok gue jemput loe. Kalau gak kayak gini loe pasti bakalan telat terus."
"Haa?"-jawabku kaget. Alis mataku mengerut. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba dia akan mengantarkan ku untuk berangkat ke sekolah setiap paginya.
"Gue gak butuh jawaban. Loe gak boleh nolak. Udah buruan masuk kelas."
Tidak ku jawab, langsung segera aku berlari menuju kelasku yang sepertinya belum ada guru yang masuk.
"Eh tunggu, Sheil"
"Apa lagi?"-jawabku yang kembali memberhentikan langkahku.
"Nanti istirahat pertama kita ngomongin pensi ya."
"Gue gak bisa. Gue udah ada janji sama yang lain"-jawabku kepada Haikal lalu bergegas berlari kembali. Itu adalah kali pertamanya aku menolak ajakan Haikal. Biasanya sesibuk atau sepenting apapun janji yang kupunya, aku akan segera membatalkannya demi untuk bisa meng-iyakan ajakan Haikal. Kali ini aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama kepada Gabriel. Tidak. Bukan karena aku menspesialkan Gabriel tidak. Tapi aku menghargai dia sebagaimana dia menghargaiku.
Setibanya di kelas aku segera duduk di tempat dudukku. Ternyata benar. Memang guru mata pelajaran matematika belum datang. Sehingga aku tidak akan dihukum karena terlambat. Ya itulah nasibku, selalu beruntung dalam hal ini hehe.
"Sheil, kapan sih loe gak akan telat?"-kata Oci yang meledekku dengan sengaja.
"Nanti sampai pangeran dateng buat bangunin gue dipagi hari"-jawabku sambil melepas sweater biru yang sejak tadi ku pakai.
"Najis."-jawab Karina dengan nada yang kegelian hehe.
"Kok tumben sih Bu Jasmin belum dateng?"-kataku sambil mengeluarkan buku matematika yang sudah kutata rapih satu paket bersama lks dan buku tulis.
"Gaktau. Tadi cuman ketua kelas dipanggil ke kantor. Gaktau deh kenapa"-jawab Karina. "Eh Sheil, gue lupa mau nyampein. Tadi Gabriel yang ganteng itu nyariin elo. Tapi kan loe tau kalau loe sendiri belum dateng jam segitu."-lanjut Karina.
"Serius loe? Terus dia ngomong apaan?"-jawabku penasaran.
"Kenapa muka loe jadi gitu sih? Penasaran banget. Loe ada apa sih sama Gabriel?"-jawab Karina yang sedikit merendahkan nada nya sehingga terlihat pelan tetapi jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hitam
RandomKetika aku berusaha mencari pelangi itu, ternyata pelangi itu adalah kamu. Ketika aku mencoba meraihnya yang sedang berada di dekatku, ternyata itu sangat jauh untuk raih. Ketika aku berusaha membuat pelangi hitam menjadi pelangi umumnya,aku menemuk...