Sadar

972 33 0
                                    

6 bulan kemudian,

Ija POV

"Dirjaa, bisa bantu aku?"

Aku segera menuju ke asal suara. Dan dia ada disana. Sedang berkutat dengan laptopnya. Katanya ada banyak tugas untuk liburan ini.

"Kenapa,Lay?" Tanyaku.

"Ini,kenapa ya? Kok jadi aneh gini sih laptopnya? Kursornya." jelas Lay.

Ya,semenjak dia amnesia dia menjadi lebih baik. Ralat. Kalem. Dia jadi penurut. Tapi tetap saja aku merindukan Fira yang dulu.

Aku mengutak-atik laptop yang berada di hadapan Lay. Sungguh,aku sangat ingin dia  kembali lagi seperti dulu. Ya walaupun dia nakal. Tapi sekarang ia menjadi manja. Iya sih gak manja banget tapi tetep aja.

Lay itu tetep aja Fira yang selalu nekat dan keras kepala. Kayaknya sifat itu permanen dan tak akan pernah berubah walaupun dia amnesia sekalipun.

"Nih udah,"aku menyingkir dari hadapan Lay.

Dia tersenyum,"makasih."

Ah! Dia memelukku! Dia sungguh memelukku. Tapi atas dasar terima kasih kah? Bukan atas dasar lain?

Yaampun. Sadarlah kau,Dirja! Ingatkah bahwa dia itu sedang amnesia. Jadi tidak mungkin kan kalau dia seperti itu jika dia sadar seperti dulu? Iblis di sebelah kiriku berbisik seperti itu.

"You're welcome." Aku segera pergi dari hadapan Fira.

~~~~~~~~~~~~~

Mey POV

Jangan tanya aku mau kemana karena aku pasti akan bisa menjalankan misiku kali ini. Ya,walaupun beberapa kali gagal.

Iket rambut? Check.

Bandana? Check.

Training? Check.

Sepatu? Check.

Tinggal jalan nih. Huhft. Semoga misi kali ini berhasil. Kasian kan si Ija kalau di kasih harapan palsu mulu.

Sebenernya sih bukan harapan palsu. Cuma Firanya aja yang gak sadar kan kalau dia itu kayak gitu?

Aku sendiri gak mau panggil Fira itu Lay. Alasannya simple. Aku harap dengan nama panggilan itu dia bisa sembuh dari amnesianya. Tapi tetap saja tidak. Dan kali ini akan ku buat menjadi iya.

Tok...tok...tok..

"Iyaaa sebentar..,"teriakan itu berasal dari arah dalam rumah Fira.

"Hai,Fir."

"Sudah kubilang jangan panggil aku Fira. Kau kenapa keras kepala,huh?"

Kulihat Fira sudah rapi dengan baju untuk lari paginya. Memang sebelumnya kita sudah janjian untuk lari pagi bersama.

"Kan aku udah biasa? Jadi keenakan gitu. Yaudah yuk,lari. Nanti keburu panas,"ajakku menarik paksa tangan Fira.

Kulihat dia hanya memanyunkan bibirnya. Inilah Fira setelah ia amnesia. Sedikit manja.

Aku mengajak Fira lari. Di tempat yang saat itu Fira lari bersama Faqih. Dan sekarang aku melarang keras Fira bertemu dengan bastard sialan itu.

"Fir,capek. Makan bubur disitu yuk,"ajakku menunjuk warung bubur.

Tak lain dan tak bukan itu adalah warung bubur dimana aku memata-matai Fira dan Faqih.

Sebenarnya aku sudah muak duluan dengan sikap Faqih yang seperti itu. Dan apakah dia balas dendam? Karena saat itu Fira jual mahal? Tapi kurasa tidak dengan cara menabraknya. Karena dia pasti tau kalau itu Fira,kan?

Jadi pasti ada unsur kesengajaan.

~~~~

Fira POV

Hufht. Lelah juga aku berlari beberapa putaran di sini. Ini bukan komplekku. Lebih luas pula.

Aku padahal baru lari 3 putaran. Tapi rasanya perut ini sudah kompromi untuk diisi. Wajar saja tadi pagi kan aku gak makan dulu. Karena kalau makan pasti akan mual dan sakit perutku saat lari.

"Fir,capek. Makan bubur disitu yuk,"ajak Mey menunjuk warung bubur.

Aku mengangguk semangat. Mey ini cenayang atau apa? Tau saja kalau aku lagi lapar.

Mey dan aku memasuki warung bubur ini. Aku sedang duduk menunggu Mey yang memesan. Aku pun mengedarkan pandanganku kearah warung bubur ini.

Ah! Kenapa kepalaku menjadi pusing begini sih?

--
"Lah kok ada Mey?" tanya Faqih bingung.

"Suka-suka dia lah" Jawabku ketus

"Ya bukannya gitu,yang. Kan aku cuma penasaran. Soalnya rumahnya dia kan jauh dari sini. Jadi? Gak salah kan kalo aku nanya?"

"Berapa kali gue bilang kalo pala gue gak peyang?!"  Aku menatap tajam.

"Gue ganggu moment kalian ya? Gak maksud kok. Yaudah,Fir. Gue cabut" Mey pasrah mundur.

"Iye! Gih sono lu hush!"

"Gak mey! Lo disini. Lo gak mau kan gue masuk sarang buaya?"  Aku menatap Faqih sinis.

"Ayok Mey! Bang,yang bayar dia"  Aku menunjuk Faqih karena aku dongkol sama dia.

--

Rasanya sekarang kepalaku pusing sekali. Seperti ingin pecah huh. Sebenarnya ada apa sih? Kenapa setiap ada bayang-bayang itu aku menjadi sakit kepala?

"Fir? Hey,Fira! Are you ok?"tanya Mey ketika ia selesai memesan.

Aku mengangguk pelan. Aku harus kuat. Iyakan?

"Yes,I'm okey. But,my headache,"aku masih memijat-mijat keningku.

"Oh! We must go to home now,must not we? I think you need medical attention,"Mey menempelkan punggung tangannya di dahiku.

Dia selalu seperti ini. Paling peduli kepadaku. Apalagi kalau aku sudah mulai sakit.

"Thanks. But I'm okey,Mey. It's just headache,okey? Jangan terlalu khawatirin aku kayak gitu. Selesai makan aku akan sembuh,"jawabku berusaha menenangkan Mey.

Kulihat Mey menghela napas panjang. Sebenarnya aku ini lebih pusing setelah aku memakan bubur itu.

Kami selesai makan. Mey dan aku berlari ke tukangnya untuk membayar pesanan kami.

Kepalaku terasa berat kali ini dan.... Semua jadi hitam.

~~~~~~~~~~~

Cewek Tomboy vs Cowok PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang