Harus Apa?

959 32 1
                                    

***
Author POV

Sadar kalau tempat yang dituju sudah dekat. Fira menghapus air katanya kasar. Lalu bertingkah seakan akan tidak ada apa apa.

Gadis itu juga bingung. Mengapa bisa disaat seperti ini dia menangis? Dan wait. Bahkan dia menangis di punggung Ija. Berkali kali dia berharap di dalam hati bahwa getaran tangisnya tidak di sadari oleh Ija. Tak lupa ia juga merutuki segala ke cengengannya.

"Cuy,dah sampe. Yakali lu bengong terus." Ija berusaha menyadarkan Fira dari lamunannya.

Dan seperti biasa. Fira tetaplah Fira. Gadis itu hanya mengangkat alisnya cuek lalu turun dari motor. Melupakan kejadian beberapa menit yang lalu. Malu akan fakta bahwa dia menangis.

Fira menaruh tas dan sepatunya di bawah pohon. Lalu duduk di batu cukup besar yang letaknya tidak jauh dari tempat nya menaruh tas dan sepatu.

Kakinya menyentuh aliran air yang jernih. Berharap pikirannya dapat jernih saat itu juga. Dan melupakan segala fakta tenang Faqih. Namun harapan hanyalah harapan. Faktanya,semakin usaha Fira melupakan namun ada saja hal tenang Faqih yang terbesit di benak Fira.

"Dih galau aja lu kayak cewek,"ejek Ija lalu tertawa ringan.

Sebenarnya Ija sudah melihat Fira dari kejauhan. Sedikit berharap sahabatnya itu tidak apa-apa. Walau ia pun sadar ada sesuatu yang tidak beres pada gadis itu.

Fira menatap Ija datar. "Oh...maksud lo,gue itu mirip cabe-cabean alay di angkatan lo itu? Siapa deh namanya? Afifa? Afika? Afrika? Au ah gelap,"ujar Fira berusaha membantah persepsi Ija akan dirinya saat ini.

"Namanya itu Afila,Fir. Duh gimana sih."

"Ya mana gue tau nama cabe-cabean. Emang gue ini bertugas mencatat semua nama cabe di sekolah gitu,hm?"balas Fira tak kalah sengit.

Sedangkan Ija hanya menggelengkan kepalanya. Memuji betapa hebatnya gadis ini menyembunyikan kesedihannya.

Ija POV

"Mau cerita gak? Gak usah bohong. Sok ga ada apa-apa lagi lo,"tawarku.

"Cerita apaan? Lagian ada apaan? Sorry ye gue itu cewek ceterong,"balas Fira.

Aku menatapnya datar. Padahal dalam hati rasanya ingin tersenyum lebar. Ini menang bukan pertama kali aku berdua dengan Fira di suatu tempat. Bahkan bisa di bilang lumayan sering. Tapi aku sendiri pun bingung. Rasanya jantung ini tidak bisa di kontrol setiap berada di dekatnya.

"Strong neng bukan ceterong. Yakali terong,"aku membenarkan ucapannya.

"Ya...intinya itulah." Fira tetep tidak ingin mengalah.

Jatuh cinta? Entahlah. Aku rasa aku bukan pakar cinta yang baik. Namun,rasanya egois sekali aku jika mengedepankan perasaan sialan lalu mempertaruhkan persahabatan kita.

Kurasa untuk saat ini cukup aku menjadi sandaran untuk Fira. Daripada dia mengetahui semuanya dan pergi. Itu sama saja aku bunuh diri.

"Fir."

"Ja."

Aku terdiam karena kami berbicara berbarengan.

"Lo duluan." Lagi-lagi kali ini berbarengan.

"Gue rasa ladies first ,Fir,"titahku sebelum tadi Fira sempat membuka mulut.

"Um..okey. Pertama gue baru sadar kalo gue ladies,tapi kayaknya itu bukan hal yang buruk,"ujar Fira sembari mengangguk-angguk kecil layaknya mendapatkan  sebuah lolipop.

Akupun gemas lalu menjitaknya. Dan dia meringis.

"Dodol,apa salah gue?"bentaknya.

Aku malah tertawa.

"Astaga Ija,gue kutuk lo jadi kutil valak bodo amat,"ancamnya tak terbantahkan.

Lalu seperti tersihir,tawaku mereda. Tapi aku malah memandanginya seraya tersenyum.

"Please,Ja. Disini sepi. Dan lo gak udah gila gitu bisa kan ya? Gue malu aja gitu kalo gue mati tempat nya gak banget gitu loh,"cerocos Fira membuatku bingung.

Kenapa dia jadi bawel?batinku.

"Dasar orang gi--,"

"Cepetan tadi lo mau ngomong apa,"potong ku.

Lalu Fira memutar bola matanya. Seperti jengkel oleh sikapku.

"Kalo gue suka sama lo,gimana?"tanyaku sesantai mungkin.

Padahal jauh di dalam hati,aku grogi setengah mati. Namun rasanya seperti pengecut saja bila aku terang-terangan menunjukkan kegelisahanku.

Jadi sebenarnya akupun tak tau mengapa mulut ini menjadi berkali-kali lipat menyebalkan karena mengeluarkan begitu saja isi otakku. Untunglah aku bisa mengatur raut wajah.

***

Cewek Tomboy vs Cowok PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang