Prolog

18K 1.1K 37
                                    

Incheon

Seorang gadis berjalan menuju halte bus dengan perasaan bahagia. Ia melangkahkan kakinya sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang diberi hadiah. Bagaimana tidak? Ia mendapat juara umum 1 di kelas 11. Ibunya pasti sangat bangga padanya.

Well, meskipun mereka hidup tanpa seorang ayah dan hidup sederhana mungkin cukup sulit untuk dijalani. Namun gadis yang bernama Song Hyerin itu tak pernah menyerah untuk terus belajar. Kelak ia ingin membanggakan Ibunya.

Ibunya bekerja di Seoul, menjadi seorang asisten di keluarga seorang pengusaha. Ibunya sudah bekerja selama 5 tahun disana. Ia pulang ke rumah 2 kali seminggu untuk menengok Hyerin dan Jisung —adik Hyerin. Walaupun Ibu Hyerin seorang asisten, Hyerin tak pernah merasa malu. Ia bahkan bersyukur karena ibunya mencari nafkah tidak dengan pekerjaan yang haram.

Setibanya di halte dan mengambil posisi untuk duduk, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Melihat nama 'Ibu' yang tertera di layar ponselnya, ia segera mengangkatnya.

"Halo? Ibu?"

"Halo, Hyerin-ah. Bagaimana pembagian raportnya, sayang?"

Hyerin tersenyum lebar. "Aku mendapat juara umum 1 Ibu." Jawabnya antusias.

"Woah, Chukhahae Hyerin-ah, Ibu bangga padamu. Itu harus dipertahankan, jangan hanya karena mendapat juara 1, kau menjadi sombong." Ucap Ibunya di seberang sana.

Hyerin terkekeh mendengar pernyataan Ibunya. "Tidak akan, Bu."

"Ya, baiklah. Oiya, Ibu mau membicarakan sesuatu denganmu."

"Membicarakan apa Bu?" Tanya Hyerin bingung. Tak seperti biasanya Ibu menelpon untuk membicarakan sesuatu padanya.

"Kita bicarakan dirumah. Hari ini ibu pulang. Ibu punya kabar bahagia untukmu."

Hyerin membulatkan matanya, antusias. "Kabar bahagia? Ibu serius? Baiklah, aku akan menunggu Ibu pulang. Hati-hati dijala."

"Ne, Ibu tutup."

Hyerin menurunkan ponselnya dari telinga. Ia tidak sabar mendengar kabar bahagia dari ibunya. Kira-kira kabar bahagia apa? Apa ibu mendapat gaji? Ah, tidak juga. Biasanya jika Ibu mendapat gaji, tidak selalu menelponku. Lalu apa? Hyerin mengendikkan bahunya. Lebih baik ia menunggu ibunya saja.

Dan saat itu juga bus berhenti di hadapannya. Hyerin segera memasuki bus tersebut untuk pulang ke rumah.

•••

"Astaga Taeyong-ah, bagaimana bisa kau mendapat ranking 96, eoh?! Sia-sia ibu membiayaimu di berbagai bimbingan belajar terbaik di Seoul. Apa saja yang kau lakukan? Kau tidak tahu seberapa pentingnya pendidikan itu? Dan apa ini? Apa kau seorang preman? Kenapa catatan kenakalanmu banyak sekali? Siapa yang mengajarimu melakukan ini, eoh? Aish, ibu sudah sangat lelah dengamu."

Seorang wanita berumur genap 40 tahun itu berdiri dihadapan anak lelakinya. Ia berkacak pinggang, sesekali ia memijat keningnya. Marah kepada anak semata wayangnya itu. Kenapa? Karena putra satu-satunya itu mendapat peringkat ke-96 dari 100 siswa kelas 11. Tak hanya itu, wanita itu juga dipanggil oleh wali kelas anaknya karena catatan kenakalan yang dilakukan anaknya sangat banyak. Ia bahkan merasa gagal mendidik putranya itu.

"Jika saja ayahmu yang mengetahui ini pertama kali, ibu tidak yakin wajahmu tidak memar. ibu tidak yakin tidak akan ada darah di sudut bibirmu."

Putranya, Lee Taeyong hanya mendengarkan omelan ibunya dengan malas. Sesekali ia mengutak-atik ponselnya saat ibunya menceramahinya. Tidak disekolah, tidak dirumah selalu diomeli. Ia bahkan tak yakin jika sekolah tempat ia belajar adalah milik keluarganya. Seharusnya, anak pemilik sekolah mesti dihormati 'kan?

Troublemaker [NCT's Taeyong Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang