part 6

25 3 0
                                    

"ada apa Riana?"tanya Risal memperhatikan Riana yang sedang menangis di kursi di sampingnya, sambil sesekali menatap kearah jalan.

"tidak, aku tak apa2" Riana memalingkan muka kearah jedela mobil dan terus melihat keluar.

"siapa yang menyakitimu, kataka padaku, tak ada yang boleh menyakiti adik kesayanganku" gumam Risal
kesal.

"tidak kak, aku hanya sedikit.."

"sedikit apa Riana, kau tak bisa berbohong kepadaku, air mata itu, bukan air mata biasa, kau sakit Riana dan air mata itu mengatakannya dengan jelas, apakah Rangga yang melakukannya?" Tanya Risal menyelidik.

"bukan, bukan Rangga, dia tak pernah lagi membuatku manangis" jelas Riana dengan suara serak.

"baguslah, karena kalau tidak, akau kan kembali mematahkan hidungnya seperti yg aku lakukan 6 bulan lalu" Risal memastikan dengan nada begitu serius. "lalu kenapa kau menangis kalau bukan karena Rangga?"

"kau tahu sendiri kak, siapa aku ini, aku begitu cengeng untuk menjadi gadis yang kuat" tukas Riana mengalihkan pembicaraan, berharap agar Risal tidak mendesak dan bertanya-tanya lagi, karena kalau sampai itu terjadi, Riana bisa memastikan Daniel akan berakhir seperti Rangga 6 bulan lalu.

"kau jangan coba-coba berbohong kepadaku Riana, tidak ada gunanya kau berbohong kepadaku" Risal kembali melirik kearah Riana setelah itu berbalik menatap jalan lagi. Riana tau bahwa kakak sepupunya tidak mungkin untuk dibohongi, dan Riana juga tidak cukup pintar untuk menyembunyikan sesuatu dari Risal.

" aku menangis karena mungkin aku akan kehilangan sahabatku yang sudah bersamaku selama 2 tahun" gumam Riana kembali mengeluarkan air mata dari sudut matanya, tapi pandagannya tetap kearah jendela mobil.

" ada apa? jelaskan dengan rinci, atau kakak sendiri yang akan menanyakannya pada Daniel" Risal memegang erat kemudi mobil.

" Daniel menyatakan perasaannya padaku,dan dia menyuruhku untuk melupakan Rangga, bagaimana mungkin aku melakukan itu kak, aku tak bisa, aku bahkan terlalu mecintai Rangga untuk dapat melakukannya, aku tak bisa kak" Tangis Riana kembali pecah.

"tenanglah Riana kau tak perlu melakukan permintaan konyol Daniel itu, ya walaupun kakak agak sedikit sutuju dengannya, tetapi kakak tau kau sangat menyayangi Rangga, kakak tau itu"

"apa yang harus aku lakukan kak? Daniel sahabatku, aku tak menyangka semuanya akan berjalan sekacau ini, perasaannya terhadapku membawa hubungan kami dalam kehancuran, akau tak mungkin terus dekat dengannya sementara aku tau dia menginginkanku melupakan Rangga" jelas Riana

"sudahlah Riana, untuk sementara kau harus menjauhkan diri dari Daniel" ucapkan Risal mencoba menenangkan Riana

" tapi kak"

"sudahlah itu perintahku" tegas Risal, dia sangat tidak ingin melihat adiknya itu bersedih apalagi meneteskan air mata seperti sekarang ini.

"baiklah" terdengar suara Riana tertelan oleh tangisannya.

"kita sudah sampai" Risal lalu mengemudikan mobil di depan pintu rumah yah begitu jauh dari pagar.

"baiklah aku akan masuk ke kamarku, dan terimah kasih kak" Riana tersenyum kearah Risal namun dengan cepat senyum itu kembali mumudar.

"akan aku katakan pada tante Ana kalau kau sakit perut sehingga harus pulang cepat"

Riana berbalik ke arah Risal kemudian berjalan masuk kedalam rumah.

*****

"kau sangat bodoh" terdengar suara Reno sedikit kesal terhadap tindakan saudaranya yang begitu kekanak-kanakan

" ya aku memang bodoh tapi setidaknya aku telah mengungkapkan perasaanku kepada Riana" kemudian Daniel memegang pangkal hidungnya

" ya sekaligus mengusir Riana dari hidupmu" celetuk Reno

" kali ini kata-katamu sangat tepat menusuk jantung Reno" Daniel menghela nafas panjang.

" apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Tanya Reno ragu

" mungkin aku akan ke rumah Riana"

" untuk menyerahkan dirimu untuk dipukuli oleh sepupu-sepupu Riana?" Reno mengangkat sebelah alisnya

" jika itu yang harus terjadi agar Riana memaafkanku aku tidak akan menyesel sama sekali" tiba-tiba Daniel merasa kepalanya begitu berat

" kau seperti harimau yang sedang memangsa kelinci yang berada ditangan pemburu, kau ingin memepertaruhkan tubuhmu itu untuk menjadi sasaran para pemburu" Reno memnghela napas kemudian berjalan ke luar "jika kau ingin pergi, katakan padaku, aku akan menemanimu, aku tak mungkin membiarkan saudaraku mati dipukuli orang lain diluar sana"

Daniel tersenyum miring mendengar ada kesungguhan dan kekhawatiran seorang kakak di balik kata-kata yang diucapkan oleh Reno. Kemudian Daniel menyandarkan tubuhnya di ujung ranjang.

*****

Let Your Heart ChooseWhere stories live. Discover now